A. PENGERTIAN FRAKTUR
§ Fraktur
adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh benturan tubuh, jatuh atau
kecelakaan (Long, B. C., alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, 1996: 356).
§ Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et al, 2000: 346).
§ Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai tipe dan
tempatnya (Sapto Harnowo & Fitri H. Susanto, alih bahasa Monika Ester,
2001: 97).
§ Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Smeltzer and Bare, 2001).
B. ETIOLOGI FRAKTUR
Fraktur dapat terjadi akibat:
- Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang
tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran atau penarikan.
a. Bila
terkena kekuatan langsung.
Tulang
dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.
b. Bila
terkena kekuatan tak langsung
Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur
mungkin tidak ada.
- Fraktur kelelahan atau tekanan
Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga
dapat menyebabkan retak yang terjadi pada tulang.
- Kelemahan abnormal pada tulang
(fraktur patologik)
Fraktur
dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh. (Apley, A. Graham, alih bahasa Edi
Nugroho, 1995: 238-239)
Penyebab fraktur menurut Sjamsuhidayat
(1998) adalah:
1.
Ruda paksa
2.
Trauma
3.
Proses patologis
Misalnya: tumor, infeksi atau osteoporosis tulang.
Ini disebabkan kekuatantulang yang berkurang dandisebut patah tulang
patologis.
4.
Beban lama atau trauma ringan yang terus menerus
yang disebut fraktur
C. KLASIFIKASI FRAKTUR
- Berdasarkan garis patah tulang
a.
Greenstick, yaitu fraktur dimana satu
sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.
b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.
c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi
tungkai/lengan tulang.
d. Obliq, yaitu fraktur yang garis
patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.
- Berdasarkan bentuk patah tulang
a.
Complet, yaitu garis fraktur menyilang
atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang biasanya tergeser.
b.
Incomplet, meliputi hanya sebagian
retakan pada sebelah sisi tulang.
c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana
tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain.
d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh
ligamen.
e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah
menjadi beberapa bagian.
f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.
g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu
ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah.
h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu
tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.
i.
Fraktur
Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
- Berdasarkan keadaan luka
a.
Fraktur terbuka
Fraktur yang terjadi akibat ligamen tulang
bergeser ke bagian otot dan kulit sehingga adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu:
1)
Derajat I, yaitu luka tembus dengan diameter 1
cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan kontaminasi minimal.
2)
Derajat II, terdapat luka laserasi lebih dari 1
cm, tanpa disertai kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, kontaminasi
minimal.
3)
Derajat III, terjadi kerusakan jaringan lunak
yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi
derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas tiga bagian yaitu:
a) Jaringan lunak menutupi fraktur tulang
meskipun terdapat laserasi luar.
b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur
tulang yang terpapar atau kontaminasi massif.
c) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer
yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
b.
Fraktur tertutup
Yaitu fraktur yang tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar.
- Berdasarkan bentuk pergeseran
a.
Undisplaced, garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser.
b. Diaplaced, yaitu terjadi pergeseran
fragmen-fragmen tulang.
- Berdasarkan posisinya
a.
1/3 Proximal (1/3 bagian atas).
b.
1/3 Medial (1/3 bagian tengah).
c.
1/3 Distal (1/3 bagian bawah).
D. PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Trauma yang terjadi pada
tulang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keterbatasan gerak dan
ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat berupa fraktur
tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan
jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai
kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat atau
berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat menyebabkan fragmen
tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan
menyebabkan peradangan dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi.
Keluarnya darah dari luka
terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang
disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi
pada tulang, sebab tulang berada pada posisi yang kaku.
Patofisiologi menurut Black dan Jacob’s
(1993)
Peristiwa
trauma tunggal
Tekanan
yang berulang-ulang
Kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologi)
Fraktur
Kerusakan
periosteum, pembuluh darah dan sum-sum tulang
Perdarahan
pada ujung tulang yang fraktur
Merangsang
respon peradangan akut dan proliferasi sel-sel dibawah periosteum
Hematom
yang membeku perlahan diabsorbsi dan kapiler baru berkembang
Awal
proses penyembuhan
E. TANDA DAN GEJALA FRAKTUR
- Deformitas (perubahan bentuk atau
struktur) yaitu akibat adanya pergeseran fragmen tulang.
- Krepitasi yaitu suara derik tulang
yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan.
- Nyeri karena kerusakan jaringan dan
perubahan struktur yang meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan
pergerakan fraktur.
- Kurangnya sensasi karena adanya
gangguan saraf yang terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
- Spasme otot karena kontraksi
involunter disekitar fraktur.
- Pergerakan abnormal karena pergeseran
fragmen tulang.
- Bengkak pada sekitar fraktur sebagai
trauma dan perdarahan sekitar fraktur.
F. PENCEGAHAN FRAKTUR
Pencegahan
fraktur dapat dengan 3 pendekatan:
- Dengan membuat lingkungan lebih aman.
Langkah-langkahnya:
a. Adanya pegangan pada dinding dekat bak
mandi (bathtub).
b. Melengkapi kamar mandi dengan pegangan.
c. Menjauhkan kesed dan kendala lain dari daerah
yang dialui pasien dengan masalah locomotor.
d. Roda-roda kursi beruda harus dilengkapi
rem.
e. Mengajarkan kepada pasien yang harus
memakai alat bantu ambulatori dan kursi beroda sehingga terampil.
- Mengajarkan kepada masyarakat secara
berkesinambungan mengenai:
a.
Bahaya minum sambil mengemudi.
b.
Pemakaian sabuk pengaman.
c.
Harus berhati-hati pada waktu mendaki tangga,
melaksanakan kegiatan dengan mengeluarkan tenaga atau alat berat.
d.
Mengunakan pakaian pengaman untuk pekerjaan
berbahaya baik di rumah atau di tempat pekerjaan.
e. Menggunakan pakaian pelindung pada saat
berolah raga.
- Mengajarkan kepada para wanita
mengenai masalah osteoporosis.
(Long,
B. C., alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran,
1996: 356).
G. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
Untuk penyembuhan fraktur diperlukan immobilisasi.
Imobilisasi dilaksanakan dengan cara:
- Pembidaian Physiologik
Pembidaian semacam ini terjadi secara alami karena
menjaga pemakaian dan spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan.
- Pembidaian secara orthopedi eksternal
Ini digunakan dengan gips dan traksi.
- Fiksasi internal
Pada metode ini, kedua
ujung tulang yang patah dikembalikan kepada posisi asalnya dan difiksasi dengan
pelat dan skrup atau diikat dengan kawat.
Setelah immobilisasi
dilaksanakan, tulang akan beradaptasi pada kondisi tersebut, yaitu mengalami
proses penyembuhan dan perbaikan tulang. Faktor tersebut dapat diperbaiki
tetapi prosesnya agak lambat, karena melibatkan pembentukan tulang baru. Proses
tersebut terjadi empat tahap yaitu:
- Pembentukan prokallus/Hematoma
Hematoma akan terbentuk pada 42 jam sampai 72 jam
pertama pada daerah fraktur yang disebabkan karena adanya perdarahan yang
terkumpul di sekitar fraktur yaitu darah dan eksudat, kemudian akan diserbu
oleh kapiler dan sel darah putih terutama netrofil, kemudian diikat oleh
makrofag, sehingga akan terbentuk jaringan granulasi. Pada saat ini masuk juga
fibroblast dan osteoblast yang berasal dari lapisan dalam periosteum dan
endosteum.
- Pembentukkan Kallus
Selama 4 – 5 hari osteoblas menyusun trabekula di
sekitar ruang-ruangan yang kelak menjadi saluran harvest. Jaringan itulah yang
dinamakan kallus yang berfungsi sebagai bidai yang terbentuk pada akhir minggu
kedua.
- Osifikasi
Dimulai pada dua sampai tiga meinggu setelah
fraktur jaringan kallus akhirnya akan diendapi oleh garam-garam mineral dan
akan terbentuk tulang yang akan menghubungkan kedua sisi yang patah.
- Kallus Formation
a.
Osteoblast terus membuat jala untuk membangun
tulang.
b.
Osteoblast merusakkan tulang mati dan membantu
mensintesa tulang baru.
c.
Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan
deposit kalsium.
- Remodeling
Callus yang berlebihan
diabsorbsi dan tulang trabecular terbentuk pada garis cedera.
Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan callus:
- Penyambungan yang lambat
Bila
patah tulang tidak sembuh dalam periode penyembuhan.
Penyebab:
1) Callus putus atau remuk karena aktifitas
berlebihan.
2) Edema pada lokasi fraktur, menahan
penyaluran nutrisi ke lokasi.
3)
Immobilisasi yang tidak efisien.
4)
Infeksi terjadi pada lokasi.
5)
Kondisi gizi pasien buruk.
- Non union
Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah
memakan waktu lama. Penyebab antara lain :
1)
Terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera
sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen.
2) Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada
aliran darah.
3) Anemi endoceime imbalance
(ketidakseimbangan endokrim atau penyebab sitemik yang lain).
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang yaitu:
- Faktor lokal
a.
Sifat luka atau berat utama
Derajat
pembentukan formasi selama penyembuhan.
b.
Jumlah tulang yang hilang
c.
Tipe tulang yang cedera
d.
Derajat imobilisasi yang terkena
e. Infeksi lokal yang dapat memperlambat
penyembuhan.
f. Nekrosis tulang yang menghalangi aliran
darah ke daerah fraktur.
- Faktor klien
a.
Usia klien
b.
Pengobatan yang sedang dijalani.
c.
Sistem sirkulasi.
d.
Gizi
e.
Riwayat penyakit.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Rontgen
Menentukan
lokasi/luasnya fraktur/trauma
- Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI
Memperlihatkan
fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
- Arteriogram
Dilakukan
bila kerusakan vaskuler dicurigai
- Hitung darah lengkap
Hematokrit
mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ pada trauma multiple). Peningkatan jumlah sel darah putih
adalah respon stress normal setelah trauma.
- Kreatinin
Trauma
pada otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
- Profil Koagulasi
Perubahan
dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple atau cedera hati.
I. KOMPLIKASI FRAKTUR
- Sindrom Kompartemen
Terjadi bila pembengkakan akibat fraktur atau
tekanan dalam suatu ruang yang dibatasi oleh kompartemen atau inflamasi yang
mengakibatkan peningkatan dari dalam. Gejala utama dari sindrom kompartemen
adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada pergerakan pasif dan nyeri
tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain adalah terjadinya paralysis,
dan berkurangnnya denyut nadi.
- Kerusakan Saraf
Terjadi karena cidera kerusakan saraf itu sendiri
atau karena adanya penekanan oleh gips. Kerusakan saraf ini akan menyebabkan
kerusakan fungsi sensorik.
- Iskemik
Dengan adanya oedem akibat fraktur akan menekan
pada jaringan sekitarnya termasuk vaskuler. Tekanan ini dapat menyebabkan
sirkulasi darah berkurang dengan demikian akan menimbulkan iskemik pada
jaringan otot yang makin lama akan mengakibatkan kematian jaringan otot yang
akan diganti oleh jaringan fibrotik sehingga terjadi kontraktur.
Gejalanya: dingin, pucat, sianosis, nyeri,
bengkak distal dari cedera atau gips. Serangannya pada saat terjadi cedera atau
setelah pakai gips.
- Emboli
Perubahan tekanan pada fraktur menyebabkan molekul
lemak terdorong dari sum-sum ke dalam peredaran darah sistemik berakibat
gangguan pada respiratori dan sistem saraf pusat.
Gejalanya : sakit dada, pucat, dyspnea, putus asa,
bingung, perdarahan petechieare pada kulit dan conjungtiva.
Serangan : 2-3
hari setelah cedera.
Pengobatan
: Tindakan yang menunjang yakni sikap fowler, pemberian oksigen, transfusi
darah untuk mengatasi shock hipovolemik, berikan diuretik, bronkhodilator,
cortico- steroid dan imobilisasi yang baik serta penanganan yang cermat dapat
mencegah terulangnya masalah.
- Nekrosis Avaskuler
Nekrosis terjadi ketika daerah tulang rusuk karena
kematian tulang sehingga aliran darah terganggu dan tulang akan mengalami
osteoporosis dan nekrosis.
- Osteomyelitis
Kuman masuk ke dalam luka atau dari daerah lain
dari tubuh. Infeksi bagian sum-sum saluran havar dan subperiosteal yang
berakibat merusak tulang oleh enzim proteolitik.
Gejala : Edema, nyeri terdapat pus.
Pengobatan : Kultur dan tes sensitif antibiotik, drainage, debridemen.
Pencegahan : Terapkan teknik aseptis pada waktu membalut luka terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar