A.
PENGERTIAN FRAKTUR
§ Fraktur
adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. (Apley, A. Graham, alih
bahasa Edi Nugroho, 1995: 338).
§ Fraktur
adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh benturan tubuh, jatuh atau
kecelakaan (Long, B. C., alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, 1996: 356).
§ Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et al, 2000: 346).
§ Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai tipe dan
tempatnya (Sapto Harnowo & Fitri H. Susanto, alih bahasa Monika Ester,
2001: 97).
§ Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Smeltzer and Bare, 2001).
§ Fraktur
adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doengoes, 2000).
B. ETIOLOGI FRAKTUR
Fraktur dapat terjadi akibat:
- Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang
tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran atau penarikan.
a. Bila
terkena kekuatan langsung.
Tulang
dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.
b. Bila
terkena kekuatan tak langsung
Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur
mungkin tidak ada.
- Fraktur kelelahan atau tekanan
Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga
dapat menyebabkan retak yang terjadi pada tulang.
- Kelemahan abnormal pada tulang
(fraktur patologik)
Fraktur
dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh. (Apley, A. Graham, alih bahasa Edi
Nugroho, 1995: 238-239)
Penyebab fraktur menurut Sjamsuhidayat
(1998) adalah:
1.
Ruda paksa
2.
Trauma
3.
Proses patologis
Misalnya: tumor, infeksi atau osteoporosis tulang.
Ini disebabkan kekuatantulang yang berkurang dandisebut patah tulang
patologis.
4.
Beban lama atau trauma ringan yang terus menerus
yang disebut fraktur
C. KLASIFIKASI FRAKTUR
- Berdasarkan garis patah tulang
a.
Greenstick, yaitu fraktur dimana satu
sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.
b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.
c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi
tungkai/lengan tulang.
d. Obliq, yaitu fraktur yang garis
patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.
- Berdasarkan bentuk patah tulang
a.
Complet, yaitu garis fraktur menyilang
atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang biasanya tergeser.
b.
Incomplet, meliputi hanya sebagian
retakan pada sebelah sisi tulang.
c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana
tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain.
d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh
ligamen.
e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah
menjadi beberapa bagian.
f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.
g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu
ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah.
h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu
tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.
i.
Fraktur
Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
- Berdasarkan keadaan luka
a.
Fraktur terbuka
Fraktur yang terjadi akibat ligamen tulang
bergeser ke bagian otot dan kulit sehingga adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu:
1)
Derajat I, yaitu luka tembus dengan diameter 1
cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan kontaminasi minimal.
2)
Derajat II, terdapat luka laserasi lebih dari 1
cm, tanpa disertai kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, kontaminasi
minimal.
3)
Derajat III, terjadi kerusakan jaringan lunak
yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi
derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas tiga bagian yaitu:
a) Jaringan lunak menutupi fraktur tulang
meskipun terdapat laserasi luar.
b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur
tulang yang terpapar atau kontaminasi massif.
c) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer
yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
b.
Fraktur tertutup
Yaitu fraktur yang tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar.
- Berdasarkan bentuk pergeseran
a.
Undisplaced, garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser.
b. Diaplaced, yaitu terjadi pergeseran
fragmen-fragmen tulang.
- Berdasarkan posisinya
a.
1/3 Proximal (1/3 bagian atas).
b.
1/3 Medial (1/3 bagian tengah).
c.
1/3 Distal (1/3 bagian bawah).
D. PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Trauma yang terjadi pada
tulang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keterbatasan gerak dan
ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat berupa fraktur
tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan
jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai
kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat atau
berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat menyebabkan fragmen
tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan
menyebabkan peradangan dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi.
Keluarnya darah dari luka
terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang
disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi
pada tulang, sebab tulang berada pada posisi yang kaku.
Patofisiologi menurut Black dan Jacob’s
(1993)
Peristiwa
trauma tunggal
Tekanan
yang berulang-ulang
Kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologi)
Fraktur
Kerusakan
periosteum, pembuluh darah dan sum-sum tulang
Perdarahan
pada ujung tulang yang fraktur
Merangsang
respon peradangan akut dan proliferasi sel-sel dibawah periosteum
Hematom
yang membeku perlahan diabsorbsi dan kapiler baru berkembang
Awal
proses penyembuhan
E. TANDA DAN GEJALA FRAKTUR
- Deformitas (perubahan bentuk atau
struktur) yaitu akibat adanya pergeseran fragmen tulang.
- Krepitasi yaitu suara derik tulang
yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan.
- Nyeri karena kerusakan jaringan dan
perubahan struktur yang meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan
pergerakan fraktur.
- Kurangnya sensasi karena adanya
gangguan saraf yang terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
- Spasme otot karena kontraksi
involunter disekitar fraktur.
- Pergerakan abnormal karena pergeseran
fragmen tulang.
- Bengkak pada sekitar fraktur sebagai
trauma dan perdarahan sekitar fraktur.
F. PENCEGAHAN FRAKTUR
Pencegahan
fraktur dapat dengan 3 pendekatan:
- Dengan membuat lingkungan lebih aman.
Langkah-langkahnya:
a. Adanya pegangan pada dinding dekat bak
mandi (bathtub).
b. Melengkapi kamar mandi dengan pegangan.
c. Menjauhkan kesed dan kendala lain dari daerah
yang dialui pasien dengan masalah locomotor.
d. Roda-roda kursi beruda harus dilengkapi
rem.
e. Mengajarkan kepada pasien yang harus
memakai alat bantu ambulatori dan kursi beroda sehingga terampil.
- Mengajarkan kepada masyarakat secara
berkesinambungan mengenai:
a.
Bahaya minum sambil mengemudi.
b.
Pemakaian sabuk pengaman.
c.
Harus berhati-hati pada waktu mendaki tangga,
melaksanakan kegiatan dengan mengeluarkan tenaga atau alat berat.
d.
Mengunakan pakaian pengaman untuk pekerjaan
berbahaya baik di rumah atau di tempat pekerjaan.
e. Menggunakan pakaian pelindung pada saat
berolah raga.
- Mengajarkan kepada para wanita
mengenai masalah osteoporosis.
(Long,
B. C., alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran,
1996: 356).
G. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
Untuk penyembuhan fraktur diperlukan immobilisasi.
Imobilisasi dilaksanakan dengan cara:
- Pembidaian Physiologik
Pembidaian semacam ini terjadi secara alami karena
menjaga pemakaian dan spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan.
- Pembidaian secara orthopedi eksternal
Ini digunakan dengan gips dan traksi.
- Fiksasi internal
Pada metode ini, kedua
ujung tulang yang patah dikembalikan kepada posisi asalnya dan difiksasi dengan
pelat dan skrup atau diikat dengan kawat.
Setelah immobilisasi
dilaksanakan, tulang akan beradaptasi pada kondisi tersebut, yaitu mengalami
proses penyembuhan dan perbaikan tulang. Faktor tersebut dapat diperbaiki
tetapi prosesnya agak lambat, karena melibatkan pembentukan tulang baru. Proses
tersebut terjadi empat tahap yaitu:
- Pembentukan prokallus/Hematoma
Hematoma akan terbentuk pada 42 jam sampai 72 jam
pertama pada daerah fraktur yang disebabkan karena adanya perdarahan yang
terkumpul di sekitar fraktur yaitu darah dan eksudat, kemudian akan diserbu
oleh kapiler dan sel darah putih terutama netrofil, kemudian diikat oleh
makrofag, sehingga akan terbentuk jaringan granulasi. Pada saat ini masuk juga
fibroblast dan osteoblast yang berasal dari lapisan dalam periosteum dan
endosteum.
- Pembentukkan Kallus
Selama 4 – 5 hari osteoblas menyusun trabekula di sekitar
ruang-ruangan yang kelak menjadi saluran harvest. Jaringan itulah yang
dinamakan kallus yang berfungsi sebagai bidai yang terbentuk pada akhir minggu
kedua.
- Osifikasi
Dimulai pada dua sampai tiga meinggu setelah
fraktur jaringan kallus akhirnya akan diendapi oleh garam-garam mineral dan
akan terbentuk tulang yang akan menghubungkan kedua sisi yang patah.
- Kallus Formation
a.
Osteoblast terus membuat jala untuk membangun
tulang.
b.
Osteoblast merusakkan tulang mati dan membantu
mensintesa tulang baru.
c.
Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan
deposit kalsium.
- Remodeling
Callus yang berlebihan
diabsorbsi dan tulang trabecular terbentuk pada garis cedera.
Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan callus:
- Penyambungan yang lambat
Bila
patah tulang tidak sembuh dalam periode penyembuhan.
Penyebab:
1) Callus putus atau remuk karena aktifitas
berlebihan.
2) Edema pada lokasi fraktur, menahan
penyaluran nutrisi ke lokasi.
3)
Immobilisasi yang tidak efisien.
4)
Infeksi terjadi pada lokasi.
5)
Kondisi gizi pasien buruk.
- Non union
Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah
memakan waktu lama. Penyebab antara lain :
1)
Terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera
sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen.
2) Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada
aliran darah.
3) Anemi endoceime imbalance
(ketidakseimbangan endokrim atau penyebab sitemik yang lain).
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang yaitu:
- Faktor lokal
a.
Sifat luka atau berat utama
Derajat
pembentukan formasi selama penyembuhan.
b.
Jumlah tulang yang hilang
c.
Tipe tulang yang cedera
d.
Derajat imobilisasi yang terkena
e. Infeksi lokal yang dapat memperlambat
penyembuhan.
f. Nekrosis tulang yang menghalangi aliran
darah ke daerah fraktur.
- Faktor klien
a.
Usia klien
b.
Pengobatan yang sedang dijalani.
c.
Sistem sirkulasi.
d.
Gizi
e.
Riwayat penyakit.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa
pemeriksaan yang harus dilakukan pada klien dengan kasus fraktur (Doengoes, M.
E., 2000: 762) yaitu:
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi kadar
leukosit pada klien, karena pada klien dengan luka terbuka resiko tinggi
terjadi peningkatan kadar leukosit, hematokrit kemungkinan meningkat atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada grauma
multiple, kreatinin dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kelainan ginjal.
- Pemeriksaan Radiologi
Tampak jelas pada pemeriksaan rongent terlihat
lokasi dan luas fraktur. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
I. KOMPLIKASI FRAKTUR
- Sindrom Kompartemen
Terjadi bila pembengkakan akibat fraktur atau
tekanan dalam suatu ruang yang dibatasi oleh kompartemen atau inflamasi yang
mengakibatkan peningkatan dari dalam. Gejala utama dari sindrom kompartemen
adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada pergerakan pasif dan nyeri
tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain adalah terjadinya paralysis,
dan berkurangnnya denyut nadi.
- Kerusakan Saraf
Terjadi karena cidera kerusakan saraf itu sendiri
atau karena adanya penekanan oleh gips. Kerusakan saraf ini akan menyebabkan
kerusakan fungsi sensorik.
- Iskemik
Dengan adanya oedem akibat fraktur akan menekan
pada jaringan sekitarnya termasuk vaskuler. Tekanan ini dapat menyebabkan
sirkulasi darah berkurang dengan demikian akan menimbulkan iskemik pada
jaringan otot yang makin lama akan mengakibatkan kematian jaringan otot yang
akan diganti oleh jaringan fibrotik sehingga terjadi kontraktur.
Gejalanya: dingin, pucat, sianosis, nyeri,
bengkak distal dari cedera atau gips. Serangannya pada saat terjadi cedera atau
setelah pakai gips.
- Emboli
Perubahan tekanan pada fraktur menyebabkan molekul
lemak terdorong dari sum-sum ke dalam peredaran darah sistemik berakibat
gangguan pada respiratori dan sistem saraf pusat.
Gejalanya : sakit dada, pucat, dyspnea, putus asa,
bingung, perdarahan petechieare pada kulit dan conjungtiva.
Serangan : 2-3
hari setelah cedera.
Pengobatan
: Tindakan yang menunjang yakni sikap fowler, pemberian oksigen, transfusi
darah untuk mengatasi shock hipovolemik, berikan diuretik, bronkhodilator,
cortico- steroid dan imobilisasi yang baik serta penanganan yang cermat dapat
mencegah terulangnya masalah.
- Nekrosis Avaskuler
Nekrosis terjadi ketika daerah tulang rusuk karena
kematian tulang sehingga aliran darah terganggu dan tulang akan mengalami
osteoporosis dan nekrosis.
- Osteomyelitis
Kuman masuk ke dalam luka atau dari daerah lain
dari tubuh. Infeksi bagian sum-sum saluran havar dan subperiosteal yang
berakibat merusak tulang oleh enzim proteolitik.
Gejala : Edema, nyeri terdapat pus.
Pengobatan : Kultur dan tes sensitif antibiotik, drainage, debridemen.
Pencegahan : Terapkan teknik aseptis pada waktu membalut luka terbuka.
FRAKTUR FEMUR
A.
PENGERTIAN
Adalah fraktur pada tulang yang biasanya terjadi
karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian. Patah pada bagian ini dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok. (Reksoprodjo, 1998).
B.
KLASIFIKASI
Menurut
Schrok (1997: 458) ada 3 klasifikasi fraktur femur antaralain:
a. Fraktur femur 1/3 proximal
b. Fraktur femur 1/3 medial
c. Fraktur femur 1/3 distal
C.
MEKANISME CEDERA
Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah.
Umumnya fraktur femur terjadi pada batang 1/3 tengah. Biasanya terjadi karena
trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari
ketinggian. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
Fraktur femur amat sering ditemukan pada anak-anak
yang lebih tua dan biasanya akibat benturan langsung (misalnya; kecelakaan lalu
lintas) atau jatuh dari tempat tinggi. Tetapi pada anak-anak yang berumur di
bawah 2 tahun. Penyebabnya yang paling lazim adalah penyiksaan pada anak
(Anderson,1982) kalau terdapat beberapa fraktur dalam stadium penyembuhan yang
berbeda.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih
besar dibanding dengan normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan
aduksi karena empat penyebab:
1. Tanpa stabilitas longitudinal femur,otot
yang melekat pada fragmen atas dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang
menyebabkan bagian paha yang patah membengkak.
2. Aduktor melekat pada fragmen distal dan
abduktor pada fragmen atas. Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang
selanjutnya bekerja tanpa ada aksi antagonis.
3. Beban beratkaki memutarkan fragmen distal
ke rotasi eksterna
4. Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami
laserasi oleh ujung tulang fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah
sehingga terjadi pembengkakan.
E.
KOMPLIKASI
1. Peradarahan, dapat menimbulkan kolaps
kardiovaskuler.
2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi
dandebridement tidak memadai
3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur
pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan
interposisi jaringan lunak diantara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu
memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.
4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan
aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan
fragmen distal untuk aduktor. Deformitas harus diakibatkan oleh kombinasi gaya
ini.
5. Trauma arteri dan saraf jarang tetapi
mungkin terjadi
F.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Fraktur femur
Penatalaksanaan fraktur femur ini mengalami banyak
perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spicacasting atau
cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan
rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan
untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini tidak banyak dilakukan pada orang
dewasa.
Bila penderita stabil dan luka telah diatasi,
fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dari cara-cara berikut:
a. Traksi
Comminuted fracture dan fraktur yang baik tidak
sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di
bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang
melaluitibial pin.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama
24 jam untuk mengatasi spame otot dan mencegah pemendekan dan fragmen harus
ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan.
b. Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur
transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat
dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin
tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil
pemeriksaan radiologis memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi
diantara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas
longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderitadapat
diimobilisasikan cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2
minggu setelah fraktur. Kerugian meliputi anestesi, trauma bedah tambahan
danrisiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang
tercepat dengantrauma yang minimal, tetapi paling sesuai untul fraktur
transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan
locking nail yang dapat mempertahankanpanjang dan rotasi.
c. Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengantraksi stabildan
massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke
enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak
memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuktindakan ini.
2. Perawatan Klien Fraktur
a.
Perawatan klien dengan fraktur tertutup
Klien dengan fraktur
tertutup harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin.
Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas mungkin
memerlukan waktu sampai berbulan-bulan. Klien diajari bagaimana mengontrol.
Pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur
dan trauma jaringan lunak. Mereka didorong untuk aktif dalam batas imobilisasi
fraktur. Tirah baring diusahakan seminimal mungkin. Latihan segera dimulai
untuk mempertahankan kesehatan otot yang sehat, dan untuk meningkatkan kekuatan
otot yang dibutuhkan untuk pemindahan, menggunakan alat bantu (misalnya:
tongkat, walker).
Klien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat
tersebut dengan aman. Perencanaan dilakukan untuk membantu klien menyesuaikan
lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan dan bantuan keamanan pribadi, bila perlu. Pengajaran
klien meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan.
b.
Perawatan klien fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka (yang
berhubungan dengan luka terbuka memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah
cedera tulang) terdapat resiko infeksi seperti: osteomielitis, gas gangren, dan
tetanus. Tujuan penanganan adalah meminimalkan kemungkinan infeksi luka,
jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan
tulang.
Luka dibersihkan,
didebridemen (benda asing dan jaringan mati diangkat), dan diirigasi. Dilakukan
usapan luka untuk biakan dan kepekaan. Mungkin perlu dilakukan grapt tulang
untuk menjembatani defek, namun harus yakin bahwa jaringan resipien masih sehat
dan mampu memfasilitasi penyatuan.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut
Doegoes,dkk (1999) pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur
- Scan tulang, tomogram, magnetic
resonance imaging (MRI) memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
- Arteriogram, dilakukan bila dicurigai
adanya kerusakan vaskuler
- Profil koagulasi
- Perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah, tranafusi multiple atau cairan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar