IUD
(Intra Uterine Device)
I.
PENGERTIAN
-
IUD adalah alat yang terbuat dari plastik dan berukuran
kecil. (BKKBN, 1998).
-
Bentuk inert plastik yang diletakkan di dalam uterus. (Hamilton , 1995).
-
IUD merupakan benda asing yang ditempatkan didalam
vacum uteri untuk mencegah kehamilan. (Maulany, 1994, 174).
-
IUD merupakan alat kontrasepsi dalam rahim. (Emanuel F,
1998).
II.
MACAM-MACAM/JENIS IUD
Pada masa ini IUD telah memasuki era generasi
keempat, Karena itu berpuluh macam IUD telah dikembangkan mula dari generasi
pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam (besi baja, stainless steel,
dan tembaga) sampai pada generasi plastik (polietilen) baik yang tidak
ditambahi obat (unmedicated) maupun yang dibubuhi obat (medicated).
Menurut bentuknya IUD dibedakan menjadi:
-
Bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes
Loop, CU-T, Cu-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T, dan lain-lain.
-
Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota
Ring, Antigon, Grafenberg Ring, Hall-Stone Ring, dan lain-lain. Pada bentuk
tertutup, bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus dikembangkan,
karena dapat menyebabkan masuknya usus kedalam lubang atau cincin, dan kemudian
terjadilah ileus.
Menurut tambahan obat atau metal:
-
Medicated IUD, misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A; Cu-7,
Nova-T, ML-Cu 250, 375; Progrestarest, dan lain-lain.
-
Unmedicated IUD, misalnya Lippes Loop, Margulies, Saf-T
Coil, Antigon, dan lain-lain.
III. INDIKASI
Pemasukkan
IUD untuk tujuan kontrasepsi dapat dilakukan dengan cara:
-
Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih.
-
Ingin menjarangkan kehamilan (spacing).
-
Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut
atau menolak cara permanent (kontrasepsi mantap). Biasanya dipasang IUD yang
efektif lama (Lippes Lood, Nova-T untuk 5 tahun dan sebagainya).
IV. KONTRA
INDIKASI
-
Kehamilan
-
Peradangan panggul
-
Peradangan uterus abnormal
-
Karsinoma organ-organ panggul
-
Malformasi rahim
-
Mioma uteri terutama jenis submukosa
-
Dismenorea berat
-
Stenosis kanalis servikalis
-
Anemi berat dan gangguan pembekuan darah
-
Penyakit jantung rematik.
V.
CARA KERJA
Hingga dewasa ini masih belum jelas mekanisme
kerja IUD. Telah banyak teori-teori yang dikemukakan oleh berbagai penelitian,
namun mekanisme yang pasti belum ditemukan. Pada domba, IUD mencegah pembuahan
dengan jalan menstimulir fagositosis dan/atau sitolisis yang menghancurkan sel
dalam uterus sebelum pembuahan, serta menghalangi mobilitas sel mani dalam
tuba.
Mekanisme kerja IUD:
Berbagai teori dan hipotesis tentang
mekanisme kerja IUD adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan peristaltic usus dan tuba sehingga mendorong
sel telur yang belum/sudah dibuahi selit untuk berimplantasi.
2.
Menghasilkan enzim luteolisis yang mempengaruhi fungsi
korpus luteum.
3.
Menghasilkan sel-sel radang yang berefek toksis
terhadap embrio yang akan berimplantasi.
4.
Terbentuk sel sebagai reaksi terhadap adanya benda
asing dan sel ini dapat menstimulasi
fagositosis terhadap spermatozoa.
5.
Bersifat abortifan mekanik karena endomertium yang
mengalami trauma akan menolak implantasi embrio muda.
Bila disimpulkan, maka mekanisme kerja IUD
mungkin sebagai akibat tergantungnya sel mani dan/atau ovum oleh karena
gangguan implantasi blastokista.
VI. EFEK
SAMPING
Efek samping IUD cukup tinggi untuk mencegah
kehamilan dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan IUD berkisar antara
1,5-3 per 100 wanita pada tahun pertama dan angka ini akan semakin rendah untuk
tahun-tahun berikutnya.
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi angka
kehamilan IUD adalah jenis IUD; ukuran, besar dan luasnya permukaan IUD; umur
aseptor; lamanya pemakaian; dan ukuran teraturnya menjalani jadwal kontrol
untuk periksa ulangan.
Sebagian dari kehamilan terjadi dalam 6 bulan
pertama setelah insersi, sehingga untuk memperkecil kemungkinan hamil dapat
dianjurkan untuk mempergunakan cara atau alat lain selama 6 bulan pertama
setelah pemasangan, misalnya kondom atau pantang berkala. Bila selama ini
memakai pil, dianjurkan untuk terus memanaknya selama 6 bulan setelah insersi
IUD.
VII.
WAKTU PEMASANGAN IUD
v Sedang
Haid
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena
kanalis servikalis agak melebar dan kemungkinan tidak begitu banyak, inipun
dianggap oleh wanita sebagai darah haid.
v Pasca
Persalinan
Pemasangan dini (Immediate Insertion),
yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit. Pemasangan langsung
(Direct Insertion), yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung (Indirect Insertion), yaitu pemasangan setelah
lebih dari 3 bulan pasca persalinan atau keguguran.
v Pasca
Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu
ibu pulang dari rumah sakit.
v Masa
Interval
Yaitu antara 2 haid. Bila dipasang setelah
masa ovulasi, harus disiapkan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai
cara-cara lain untuk mencegah konsepsi (kondom, sistem kalender, dan
sebagainya).
v Sewaktu
Seksio Sesarea
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu
dikeluarkan darah-darah beku dari vacuum uteri, kemudian IUD dipasang pada
bagian fundus.
v Afteri
Morning
Pada kasus-kasus dimana dilakukan tonius
dilakukan koitus, maka IUD dipasang dalam waktu 72 jam kemudian, sebelum
terjadi implantasi blastokista.
VIII.
TEKNIK PEMASANGAN AKDR
Memperhatikan penyulit AKDR, maka pemasangan
perlu mendapat perhatian:
1.
Persiapan pemasangan AKDR
a.
Penderita tidur terlentang di meja ginekologi
b.
Vulva dibersihkan dengankapas lisol, betadin, hibiscrub
atau lainnya.
c.
Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar dan
dalam rahim.
d.
Duk steril dipasang dibawah bokong.
e.
Speculum cocor bebek dipasang, sehingga serviks tampak.
f.
Serviks-portio dibersihkan dengan kapas betadin atau
lisol atau lainnya.
g.
Dilakukan sodage untuk menentukan dalam-panjang rahim
dan arah posisi rahim.
2.
Persiadan dan Pemasangan AKDR
Dikemukakan beberapa jenis pemasangan AKDR
sebagai berikut:
a.
Jenis Lippes Loop
-
Lippes Loop dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal,
sampai mendekati ujung proksimal.
-
Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai keinginan atau
dipotong kemudian setelah pemasangan.
-
Introdusor dimasukkan kedalam rahim, sesuai dengan
dalamnya rahim.
-
Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk
mendorong sehingga Lippes Loop terpasang.
-
Setelah
pemasangan, maka introdusor dan pendorongnya ditarik bersama.
-
Tali AKDR dapat dipotong sependek mungkin untuk
menghindari sentuhan penis dan menghindari infeksi.
Komplikasi pemasangan Lippes Loop adalah:
1.
Perforasi yang dapat terjadi pada saat pemasangan atau
terjadi kemungkinan dalam bentuk translokasi.
2.
Gejala pervorasi
IUCD adalah penderita merasa nyeri sampai terjadi syok.
Cara menghadapi perforasi IUCD saat
pemasangan:
1.
IUCD ditarik kembali
2.
Observasi: keadaan umum, tekanan darah, nadi, dan suhu;
evaluasi perdarahan dalam kavum abdomen.
3.
Pengobatan pervorasi IUCD.
-
Anjurkan masuk rumah sakit
-
Berikan antibiotic
-
Observasi keadaan umum dan perdarahan dalam abdomen
-
Bila keadaan umum menurun dilakukan tindakan opersi
4.
Sikap bidan menghadapi pervorasi IUCD saat pemasangan.
-
Konsultasi pada dokter puskesmas, atau dokter ahli.
-
Penderita segera dirujuk ke rumah sakit.
- Jenis Cupper T atau Seven Cupper
AKDR Seven Cupper atau Cuper T telah tersedia
dalam keadaan steril, dan baru dibuka menjelang pemasangan.
-
Bingkus Seven Cupper atau Cuper T dibuka.
-
AKDR-nya dimasukkan kedalam introdusor melalui ujungnya
sampai batas tertentu dengan memakai sarung tangan steril.
-
Introdusor dengan AKDR terpasang dimasukkan dedalam
rahim sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit.
-
Pendorong selanjutnya mendorong AKDR sehingga
terpasang.
-
Introdusor dan pendorongnya ditarik.
- Jenis Multiload atau Medusa
AKDR jenis Medusa atau Multiload telah siap
untuk dipasang langsung:
-
Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan.
-
Teknik pemasangan langsung dengan mendorong sampai
mencapai fundus uteri, tanpa berhenti.
-
Setelah mencapai fundus uteri, introdusornya ditarik.
-
Tali AKDR dipotong sependek mungkin.
-
Sterilisasi pemasangan Medusa atau Multiload lebih
terjamin, komplikasi pervorasi terjadi saat pemasangan AKDR
3.
Pemeriksaan ulang AKDR
Setelah pemasangan AKDR perlu dilakukan kontrol
medis dengan jadwal:
a.
Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan
antibiotika profilaksis.
b.
Jadwal pemeriksaan ulang:
-
Dua minggu setelah pemasangan
-
Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
-
Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
-
Setiap satu bulan sampai satu tahun
Untuk AKDR tanpa bahan aktif Cupper;
pemakaiannya dapat berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan AKDR
dengan bahan aktif Cupper pemakaiannya tiga sampai empat tahun selanjutnya
diganti.
4.
Waktu AKDR di buka
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat
dibuka sebelum waktunya bila dijumpai:
-
Ingin hamil kembali
-
Leukorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus
-
Terjadi infeksi
-
Terjadi perdarahan
-
Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahim tidak dapat
dipasang pada keadaan:
a.
Terdapat infeksi genetalia;
-
Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi.
-
Keadaan patologis lokal: Frungkle, stenosis vagina;
inveksi vagina
b.
Dugaan keganasan serviks
c.
Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas
d.
Pada kehamilan: Terjadi abortus, nudah perforasi,
perdarahan, infeksi.
IX. EFEK
SAMPING DAN KOMPLIKASI
v Nyeri
dan Mulas
Kejang, nyeri dan mulas-mulas serta pegal di
pinggang-pinggang biasanya terjadi sehabis insersi IUD, yang pada umumnya akan
hilang dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatannya adalah
analgetika dan spasmolitika.
v Perdarahan
Dapat terjadi perdarahan pasca-insersi,
bercak diluar haid (spoting), atau perdarahan meno atau metroragi.
Perdarahan ditangani dengan memberikan obat-obatan seperti; Ermetrin, Metergin,
Daflon, Kalsium, Vitamin K dan C, Abodan AC-17 dan sebagainya. Jika perlu
diberikan antibiotic. Jika dengan cara-cara perdarahan tidak berhenti atau
tetap banyak, dianjurkan untuk mencabut IUD.
v Keputihan
(Fluor Albus, Lekorea)
Keputihan yang berlebihan mungkin terjadi
disebabkan oleh reaksi organ genitalia terhadap benda asing yang biasanya
terjadi pada beberapa bulan pertama setelah insersi. Sebelum dilakukan
pengobatan, carilah penyebabnya terlebih dahulu. Dapat diberikan tablet oral
atau tablet vaginal.
v Dismenorea
(Nyeri selama haid)
Tidak
seluruhnya wanita yang memakai IUD akan menderita nyeri haid, biasanya terjadi
memang pada wanita-wanita yang sebelumnya memang sering mengeluh nyeri sewaktu
haid. Pengobatannya dengan memberi analgetika dan spasmolitika.
v Disparenia
(Nyeri sewaktu Koitus)
Wanita
jarang merasakannya, sering pihak suami mengeluh sakit karena benang yang
panjang atau cara pemotongannya seperti bambu runcing. Penanganannya dengan
memendekkan benang dan buatlah agar ujungnya tumpul.
v Ekspusi
(IUD keluar dengan sendirinya)
Sering dijumpai pada masa 3 bulan pertama
setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi akan berkurang. Biasanya
terjadi sewaktu haid.
Faktor-faktoryang
berperan pada terjadinya ekspulsi adalah:
- Faktor IUD
-
Jenis IUD: Ekspulsi lebih jarang terjadi pada jenis IUD
tertutup.
-
Ukuran IUD: Makin besar ukurannya makin kecil
kemungkinan terjadinya ekspulsi.
- Waktu pemasangan
-
- Angka ekspulsi lebih tinggi pada pemasangan dini dan
pada pemasangan langsung dalam waktu bulan pertama pasca persalinan.
- Faktor Akseptor
-
Umur dan paritas akseptor; makin tinggi usia dan
pasitas makin rendah kejadian ekspulsi.
-
Adanya kelainan pada alat genitalia; misalnya
inkompetensi serviks, kelainan uterus, dan sebagainya. Ekspulsi lebih sering
terjadi pada kanalis serviks yang terbuka.
v Infeksi
Radang panggul (Pelvic Inflamatory Disease
= PID) dijumpai pada sekitar 2% akseptor pada tahun pertama pemakaian,
namun infeksi ini bersifat ringan. Yang perlu diingat adalah waktu memasang IUD
hendaknya bekerja secara lege artis dan suci hama .
v Translokasi-Dislokasi
Translokasi IUD masuk kedalam rongga perut,
sebagian atau seluruhnya, umumnya karena adanya perforasi uterus. Hal ini
paling sering terjadi pada waktu insersi IUD yang kurang hati-hati atau karena
adanya lokus minoris pada dinding rahim atau pada waktu usaha pengeluarannya
sulit.
Perforasi dengan translokasi IUD sebagian
besat tidak menimbulkan gejala; sebagian besar baru diketahui setelah beberapa
kali pemeriksaan ulang, dimana benang tadi melihat. Perforasi lebih sering
terjadi pada IUD jenis tertutup; pada pemasangan pasca persalinan dan masa
laktasi, serta pada kelainan letak uterus tidak diketahui.
Sikap sebagian besar ahli IUD mengenai
translokasi ini adalah sebagai berikut:
-
Karena IUD tertutup (Closed IUD) yang sudah
berulang dapat menimbulkan obstruksi usus (Ileus), maka sebaiknya segera
dikeluarkan dengan jalan laparoskopi, kuldoskopi atau minilaparotomi.
-
IUD yang mengandung ion-ion tembaga (Copper),
karena dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan organ dalam perut, maka
sebaiknya segera dikeluarkan seperti di atas.
-
Sedangkan pada IUD jenis dan bentuk terbuka (Open IUD),
jika tidak ada gejala dan akseptor dapat diberi pengertian, pengeluaran IUD
tidak perlu dilakukan terburu-buru. Kecuali bila oleh karena ini akseptor
menjadi tidak tenang, dan meminta dikeluarkan, maka kita wajib mengeluarkannya.
v Kehamilan
Dengan IUD Insitus
Kehamilan dengan IUD insitu di jumpai pada 1
sampai 3 kasus per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. 2 dari 3 kehamilan
terjadi dengan IUD insitu dan selebihnya terjadi karena ekspulsi yang tidak
diketahui. Risiko terjadinya keguguran pada kehamilan dengan IUD insitu lebih
tinggi dibandingkan dengan kehamilan tanpa IUD. Risiko terjadinya abortus
psontan adalah sama jika IUD-nya dicabut atau dibiarkan dalam uterus.
Sikap
kita jika menghadapti kehamilan dengan IUD insitu:
-
Bila benang masih dapat terlihat, maka dianjurkan untuk
mencabut IUD. Biasanya benang masih dapat terlihat pada lehamilan kurang dari
12 minggu.
-
Bila benang tidak terlihat, biarkan IUD insitu.
-
Beberapa sarjana menganjurkan pencabutan IUD bila IUD
dilapisi tembaga atau logam lainnya, karena mempunyai efek teratogenik pada
janin dan dikhawatirkan akan terjadi abortus septic.
-
Bila menggunakan IUD tanpa tambahan logam dan bila IUD
tidak dapat dikeluarkan karena benang tidak terlihat, maka kehamilan dapat
diteruskan. Tidak pernah dilaporkan terjadi malformasi janin akibat IUD insitu
sampai kehamilan cukup bulan. IUD yang tetap berada di luar kantung amnion,
akan keluar bersama selaput ketuban atau plasenta sewaktu melahirkan.
X.
KEUNTUNGAN
DAN KERUGUAN AKDR
Alat
kontrasepsi dalam dahim dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan
menempati urutan ketiga dalam pemakaian. Keuntungan AKDR sebagai beriktu:
1.
Dapat diterima masyarakat dengan baik
2.
Pamasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
3.
Kontrol medis yang ringan
4.
Penyulit tidak terlalu berat.
5.
Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung
baik
Alat AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang
sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian sebagai berikut:
1.
Masih terjadi kehamilan dengan AKDR insitu
2.
Terdapat perdarahan: Spotting dan Menometroragia.
3.
Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang
senggama terasa lebih basah.
4.
Dapat terjadi infeksi.
5.
Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer
atau sekunder dan kehamilan ektopik.
6.
Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
Sekalipun masih dijumpai penyulit AKDR
kelangsungan pemakaian cukup tinggi, sehingga tetap menjadi andalan gerakan
Keluarga Berencana Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Serba Serbi Kontrasepsi.
http://www.dktindonesia.org/andalaniud.php 02:08 24-05-2006
Bagian Obstruksi dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran bandung .
1980. Teknik Keluarga Berancana. Bandung :
Eistar offset.
Bagus, Ida Gede Manuaba. 1998. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Chamberlain, Geoffery, dkk. 1994. Obstetri
dan Ginekologi Praktis. Jakarta :
Widya Medika.
Entjang, Indian. 1981. Pendidikan
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Bandung :
Alumni.
Friedman, Emanuel A, dkk. 1998. Seri Skema
Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri Edisi Kedua. Jakarta : Binarupa Aksara.
Hakim, Lukman. 1977. Pil Anti Hamil dan
Pengaruh Sampingan. Yogyakarta : Konisius.
Hamitan, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC.
Jar. 2006. Tak Lelah Mengkapmanyekan Kontrasepsi Mantap. http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=241580&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=207
02:19 24-05-2006
Krisnadi, Sofie Rifayani. 2002.h Alat
Kontrasepsi Dalam Rahin (AKDR) Intra Uterine0Device0(IUD).Bandung.ttp://www.ibuhamil.com/new_design/lihat_artikel.php?id=1&asal=2&limit=20
01:41 25-05-2006
Mochtar, Pustam. 1995. Sinopsis Obstetri.
Jakarta : EGC.
Syahrum, Mohammad Hatta, dkk. 1994. Reproduksi
dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta : FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar