PENDAHULUAN
Kelenjar endokrin adalah suatu
kelenjar buntu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Hipofisis ini
menghasilkan 9 hormon, dimana 7 hormon dihasilkan oleh hipofisis anterior yang
meliputi:
ü TSH/Tiroid
Stimulating Hormone
ü FSH/Folikel Stimulating
Hormone
ü LH/Lutherizing
Hormone
ü ACTH/Adeno
Cortico Tropic Hormone
ü GH/Growth
Hormone
ü PRL/Prolactin
ü MSH/Melanosit
Stimulating Hormone
Sedangkan 2 hormon
yang dihasilkan oleh hipofisis posterior yaitu:
ü
ADH/Anti Diuretic Hormone
ü Oksitosin
ADH
yang disekresikan hipofisis posterior ini sangat penting dan merupakan respon
normal terhadap keadaan stress atau hiperosmolaritas, karena ADH merubah
membran tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi air untuk menyediakan volume
darah yang cukup selama keadaan stress. Dengan adanya ADH, urin menjadi pekat
dan menyebabkan penurunan ekskresi air di dalam ginjal sehingga kehilangan air
dalam jumlah yang besar ke dalam urine tidak terjadi.
Maka
dalam makalah ini penyusun akan menjabarkan tentang sekresi ADH yang berlebihan
sehingga mengakibatkan Syndrom of Inappropriate ADH Secretion (SI-ADH)
yang disusun dalam bentuk Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan .
(SYNDROME OF INAPPROPRIATE ANTIDIURETIK HORMON )
A.
Pengertian
1) SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda
yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorbsi atau menyerap air dalam
bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.
Timby )
2) SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena
skeresi ADH yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang
lain. (Black dan Matassarin
Jacob , 1993)
3) SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan
peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan. (Corwin ,
2001)
4) SIADH aadalah gangguan pada hipofisis posterior
akibat peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan
osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin ,
2001)
B. Etiologi
Produksi dari vasopresin oleh sel tumor (seperti
bronkogenik, pankreatik, kanker prostat dan limfoma dari duodenum, thymus dan
kandung kemih adalah yang paling umum sering menyebabkan SIADH. (Black dan
Matassarin, 1993) Faktor lain yang menyebabkan SIADH:
1)
Kelebihan vasopresin
2) Peningkatan tekanan intrakranial
baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
3) Proses infeksi (virus dan bakteri
pneumonia)
4) Obat yang dapat merangsang atau
melepaskan vasopresin (vinuristin, cisplatin dan oxytocin)
5) Penyakit endokrin seperti
insufisiensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary anterior
6)
Analgesik
7)
Muntah
C.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi yang berhubungan
dengan SIADH adalah:
1)
Hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun/letargi
sensitive, koma, mobilitas gastro intestinal menurun (Anorexia).
2) Peningkatan berat badan secara tiba-tiba
(tanpa oedema) sekitar 5-10 %.
3)
Distensi vena jugularis.
4)
Takhipnea.
D. Patofisiologi
Pengeluaran berlanjut dari ADH menyebabkan retensi air
dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan
hiponatremi delusional. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan renin dan
sekresi aldosteron menyebabkan penurunan Na+ direabsorbsi tubulus
proximal. Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila
osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi
ADH. Hal ini akan mengembalikan dan
meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum
menjadi normal.
Pada
pelepasan ADH berlanjut tanpa kontrol umpan balik, walaupun osmolaritas plasma
darah dan volume darah meningkat. Kelainan biokimiawi pada keadaan yang kronik,
Na turun dan Kalium naik, kadang-kadang terdapat keadaan yang disertai semua
kadar elektrolit dalam serum masih normal dan satu-satunya kelainan boikimiawi
hanya hipoglikemi. Atrofi adrenal yang idiopatik menyebabkan korteks kolaps,
sel-sel kolaps yang masih hidup mengalami pembesaran dengan sitoplasma
eosinofil.
(Black dan Matassarin Jacob, 1993)
E.
Pathway

F.
Komplikasi
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri
kepala dan konfusi sampai kejang otot, koma dan kematian akibat hipotremia dan
intaksikasi air.
G.
Penatalaksanaan
a) Tujuan
Ø
Mencari penyebabnya jika mungkin
Ø Ukur cairan elektrolit yang tidak
seimbang
Ø
Cegah komplikasi
b)
Rencana non farmakologi
Ø Pembatasan cairan (kontrol kemungkinan
kelebihan cairan)
Ø
Pembatasan sodium
c)
Rencana farmakologi
Ø Penggunaan diuretik untuk
mencariplasma osmolaritas rendah
Ø Obat/penggunaan obat
demeeloculine, untuk menekan vosopresin
Ø
Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
Ø
Ketidakseimbangan sistem metabolik, kandungan
dari hipertonik saline 3 % secara perlahan-lahan mengatasi hiponatremi dan
peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif.
Ø
Pengobatan khusus = prosedur pembedahan.
d)
Pengangkatan jaringan yang mensekresi ADH
e)
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik, maka
terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang
dilakukan bagi penderita SIADH antara lain:
a) Pentingnya memnuhi batasan cairan
untuk periode yang diprogramkan untuk membantu pasien merencanakan masukan
cairan yang diizinkan (menghemat cairan untuk situasi sosial dan rekreasi).
b) Perkaya diet dengan garam Na+
dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretik secara kontinyu.
c) Timbang berat badan pasien à sebagai indikator dehidrasi.
d)
Indikator intoksikasi air dan hiponat: sakit kepala,
mual, muntah, anoreksia segera lapor dokter.
e)
Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis,
jadwal, potensial efek samping.
f) Pentingnya tindak lanjut medis à tanggal dan waktu.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SIADH
A. Pengkajian
ü
Pantau status cairan dan elektrolit
ü Catat perubahan berat badan (BBI jika ada
peningkatan lebih dari 1 kg laporkan pada dokter)
ü Monitor status neurologis yang berhubungan
dengan hiponatremi dan segera lakukan tindakan untuk mengatasinya.
Pemeriksaan diagnostik
Ø Natrium serum: menurun < 135 M Eq/L
Ø Natrium urin: kurang dari 15 M Eq/L,
menandakan konservasi ginjal terhadap Na. Natrium urine > 20 M Eq/L
menandakan SIADH.
Ø Kalium serum: mungkin turun sesuai upaya
ginjal untuk menghemat Na dan Kalium sedikit.
Ø Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,
tergantung ion mana yang hilang dengan DNA.
Ø Osmolalitas: umumnya rendah, tetapi
mungkin normal atau tinggi.
Ø Osmolalitas urin: mungkin turun/biasanya
< 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi
osmolalitas serum.
Ø Berat jenis urin: meningkat (lebih dari
1,020) bila ada SIADH.
Ø Ht: tergantung pada keseimbangan cairan,
misalnya: kelebihan cairan versus dehidrasi.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Volume cairan berlebihan
berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Berhubungan
dengan perubahan absorpsi nutrisi dan natrium.
3. Gangguan proses pikir berhubungan
dengan penurunan kadar Na.
C.
INTERVENSI DAN EVALUASI
DX I
Volume cairan
berlebihan berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
Tujuan : Setelah dilakukan
keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan juga tidak ada oedema
pada tubuh cairan serta pengeluaran urine kembali seimbang.
NOC : 1. Fluid Balance
Kriteria hasil :
1. Tekanan darah normal.
2. Denyut nadi normal.
3. Tekanan vena pusat normal.
4. Denyut nadi teraba.
5. Tidak terjadi acites/oedema pada
perut.
6. Masukan selama 24 jam seimbang.
7. Berat badan tidak menurun.
8. Penegangan pada vena jugularis tidak
teraba.
9. Serum elektrolite normal.
10. Hematokrit normal.
11. Turgor kulit baik.
12. Berat jenis urine normal.
NIC : 1. Fluid/electrolyte management.
Rencana tindakan
keperawatan :
1. Kaji keadaan umum pasien.
2. Kaji tanda-tanda Vital.
3. Monitor tanda dan gejala
peningkatan retensi urine.
4. Monitor hasil laboratorium yang berkaitan
dengan retensi uriene.
5. Monitor hasil laboratorium yang berkaitan
dengan keseimbangan cairan seperti hemetoktrit, albumin, protein total,
osmolalitas serum, berat jenis urine.
6. Monitor status hemodinamika seperti
tekanan vena pusat.
7. Monitor respon pasien terhadap
terapi yang diberikan.
8. Pantau masukan dan keluaran urine serta
hitung keseimbangan sairan.
9. Berikan/batasi cairan tergantung
pada status volume cairan.
10. Kolaborasi medis untuk pemberian
obat-obatan.
EVALUASI DX I
1. Tekanan darah normal dengan skala 1 atau 2
2. Denyut nadi normal dengan skala 1 atau 2
3. Tekanan vena pusat normal dengan skala 1
atau 2
4. Denyut nadi teraba. Dengan skala 1
atau 2
5. Tidak terjadi acites/oedema pada
perut.dengan skala 1 atau 2
6. Masukan selama 24 jam
seimbang.dengan skala 1 atau 2
7. Berat badan tidak menurun.dengan skala 1
atau 2
8. Penegangan pada vena jugularis
tidak teraba.dengan skala 1atau 2
9. Serum elektrolite normal.dengan skala 1
atau 2
10. Hematokrit normal.dengan skala 1 atau 2
11. Turgor kulit baik.dengan skala 1 atau 2
12. Berat jenis urine normal.dengan
skala 1 atau 2.
DX II :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perubahan absorpsi nutrisi dan Na.
Tujuan tindakan keperawatan :
Setalah dilakukan tindakan kerawatan
diharapkan berat badan pasien akan stabil dan pasien bebas dari tanda-tanda mal
nutrisi serta pasien dapat mengumpulkan energinya kembali untuk beraktivitas.
NOC : 1. Nutritional status
: ffood and fluid intake.
Kriteria hasil
1.
Asupan
Nutrisi .
2.
Asupan makanan dan cairan.
3.
Kakuatan dapat terkumpul kembali.
4.
Berat badan meningkat.
5.
Pemeriksaan biomekanis.
NIC : 1. Nutrition
management.
2. Nutrition terapi.
3. Eating disorders management.
NIC I rencana tindaklan
keperawatan.
1.
Kaji berat badan pasien
2. Berriksn makanan tinggi kslori,
untuk peningkkatan energi.
3. Tingkatkan pemberian makan yang mengandung
proein, vitamin, dan besi apabila dianjurkan.
4. Berikan makanan tinggi Na
5. Sediakan makanan kecil yang
menarik.
6. Seleksi jenis makanan yang tepat
NIC II rencana tindakan
keperawatan.
1. Berikan lingkungan yang nyaman pada
saat pasien makan.
2. Lakukan perawatan mulut sebelum pasien
makan.
3. Sediakan makanan yang menarik
untuk pasien agar pasien merasa tertaik.
4. Ajari pasien dan keluaraga tentang
diet yang harus diberikan.
NIC III rencana tindakan
keperawatan.
1. Tentukan target berat badan yang
harus di capai pasien.
2. Timbang berat badan pasien secara teratur.
3. Monitor masukan kalori setiap hari.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
yang lain untuk pemberian asupan yang tepat.
5. Batasi aktivitas fisik.
6. Berikan program diet yang dianjurkan.
EVALUASI DX II
1. Asupan nutrisi baik dengan skala 1 atau 2.
2. Asupan makanan dan cairan baik dengan
skala 1 sampai 2.
3. Energi terkumpul kembali dengan
sekala 1 sampai 2
4. Berat badan meningkat dengan skala 1
sampai 2.
5. Pemeriksaan biomekanis menunjukan hasil
yang baik dengan skala 1 sampai 2.
DX III
Gangguan proses pikir
berhubungan dengan penurunan kadar Na.
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan tingkat kesadaran dapat meningkat kembali
ditandai dengan dapat mengenali lingkungan sekitar, serta memiliki koping
mekanisme yang baik.
NOC : Cognitive ability.
Kriteria hasil :
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Pasien bisa meningkatkan
konsentrasinya.
3. Orientasi pasien kembali normal.
4. Proses informasi bisa kembali
lancar.
NIC : 1. Electrolyte management : Hyponatremia.
Rencana asuhan keperawatan :
1. Kaji keadaan umum pasien.
2. Monitor tanda-tanda vital.
3. Monitor seberapa banyak pasien kehilangan
sodium.
4. Monitor keseimbangan elektrolit
pasien.
5. Batasi aktivitas pasien untuk
mengumpulkan energi.
6. Berikan larutan hipertonik (3%
sampai 5%) 3 ml/kg/jam sesuai dengan keluhan hyponatremia.
7. Ajari pasien untuk penggunaan terapi
diuresis.
8. Monitor manifestasi dari sistem
kardiovaskuler.
9. Monitor fungsi ginjal.
10. Timbang berat badan pasien.
11. Berikan makanan/cairan tinggi
sodium.
EVALUASI :
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
dengan skala 1 atau 2.
2. Pasien bisa meningkatkan konsentrasi
dengan skala 1 atau 2.
3. Orientasi pasien kembali normal
dengan skala nilai 1 atau 2.
4. Proses informasi kembali lancar
dengan sakala nilai 1 atau 2
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
SIADH adalah suatu tanda
yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorbsi atau menyerap air dalam
bentuk ADH yang terasa dan hipofisit posterior yang mengakibatkan seseorang
tidak dapat mengekskresikan urine yang encer sehingga terjadi retensi urin. Penyebab
dari penyakit ini yang paling sering adalah produksi vasopresin dari sel tumor
dan pengobatannya dengan pemberian diuretik. Jika masih memungkinkan dan dilakukan operasi
untuk menghilangkan tumor. Apabila ADH berasal dari produksi tumor.
B.
Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan, retriksi
cairan cukup dengan pembatasan cairan dan pembatasan sodium. Dan penderita dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Black M. Matassarin and Jacob M. Ester . (1997). Medical Surgical Nursing.
Ed. 3. Philadelphia :
W.B. Sounders.
Corwin, J.
Elizabet. (1996). Patofisiologi: Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.
Lee Ellen
and Jacquelyn. (2000). Pathophysiology. Ed. 2. Philadelphia : W.B. Sounders.
Price,
Sylvia. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
PSIK UGM.
(2001). Diagnosa Keperawatan NANDA 2001/2002.
Doengoes,
Marilynn C. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar