BAB
I
PENDAHULUAN
Sindrom cushing paling banyak
menyerang wanita yang menderita hirsutisme yang mengakibatkan hipersekresi
androgen adrenal. Penyakit ini disebabkan oleh adenoma sel basofil adrenal.
Akibatnya terjadi peningkatan ACTH yang dapat mengakibatkan hiperkortisolisme
yang merupakan penyebab utama dari sindrom cushing. Sindrom cushing dapat
diketahui melalui pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG dan CT scan
abdomen. Banyak sekali komplikasi dari sindrom cushing diantaranya infeksi
berat akibat diabetes melitus sampai terjadinya kematian.
BAB
II
KONSEP
DASAR
A.
Sindrom Cushing
1.
Pengertian
-
Sindrom
cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh adenoma sel-sel basofil
hiposis (Harvey Cushing, 1932).
-
Sindrom
cushing adalah bentuk spesifik tumor hipofisis yang berhubungan dengan sekresi
ACTH hipofisis yang berlebihan.
-
Sindrom
cushing adalah hiperplasia adrenal bilateral yang menyebabkan hiperkortisolisme
yang merupakan akibat adenoma hipofise yang mensekresikan ACTH.
2.
Etiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh :
a. Meningginya kadar ACTH, tidak selalu karena
adenoma sel basofil adrenal.
b. Meningginya kadar ACTH karena adanya tumor di
luar hipofisis, misalnya tumor paru, timus, pankreas yang mengeluarkan “ACTH like subtance”.
c. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan
karsinoma.
d. Lain-lain : kehamilan, pengaruh obat-obatan
kortikosteroid eksogen (atrogenik) seperti salisilat, ACTH dan glukortikoid.
Berdasarkan
penyebabnya sindrom cushing dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
a. Penyakit cushing (cushing desease), ditemukan pada kira-kira 80%, sel-sel basofil
menunjukkan degranulasi (crooke’s change)
sekunder terhadap glukortikoid berlebihan. Terjadi hiperplasia bilateral
korteks adrenal.
b. Tumor adrenal, dijumpai pada kira-kira 15%.
Biasanya adenoma kecil, tunggal dan jinak, dapat berubah menjadi karsinoma yang
mengeluarkan kortikosteroid.
c. ACTH ectopic, salah satu sindrom cushing yang
disebabkan karena produksi ectopic, yaitu ACTH oleh tumor maligna non endokrin
biasa dalam bentuk cat – cell bronchial carsinoma. Gejalanya klinis ditandai
penyakit yang cepat menjadi berat, penurunan BB dan edema serta pigmentasi.
d. Alkoholisme, ini dapat menyebabkan sindrom
cushing sementara.
3.
Patofisiologi
Sindrom
cushing muncul perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan
bisa hilang timbul. Sindrom tersebut disebabkan oleh adenoma sel basofil
adrenal, tumor non hipofisis (tumor paru, timus, pankreas), neoplasma adrenal,
dan kehamilan, serta pengaruh obat-obatan kortikosteroid eksogen, yang mampu
menyebabkan peningkatan ACTH. Dimana peningkatan ACTH tersebut menyebabkan
sel-sel basofil menunjukkan degranulasi (crooke’s
change) sekunder, yang merangsang terjadinya hiperplasi dari korteks secara
bilateral, dan kadang terjadi hiperplasi nodular. Hal tersebutlah yang
menyebabkan hiperkortisolisme yang menjadi penyebab utama dari sindrom cushing.
Sindrom
cushing menimbulkan gejala yang bervariasi, diantaranya adalah BB bertambah,
amenorea sekunder (infertilitas), kelemahan otot, perubahan wajah, hipertensi,
diabetes, dan lain-lain. Dari gejala-gejala yang timbul dari sindrom cushing
dapat menimbulkan komplikasi diantaranya adalah infeksi berat dan penyakit
arteri koroner, bahkan dapat menimbulkan kematian.
4.
Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinis yang mungkin muncul dari sindrom cushing, yaitu :
a. Obesitas
Merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dijumpai. Keadaan ini secara klasik
bersifat sentral, terutama mengenai wajah, leher, badan dan abdomen dan
bersifat relatif di ekstremitas. Akumulasi lemak menyebabkan moon facies yang khas terdapat pada 75
% kasus dan disertai dengan pletora
fasial pada sebagian besar pasien. Sedangkan akumulasi lemak pada leher
terutama pada jaringan lemak supraklavikular dan dorsoservikal (punuk sapi).
Tidak
terdapat obesitas pada sejumlah kecil pasien yang tidak mengalami peningkatan
BB, lemak didistribusikan di daerah sentral, serta gambaran wajah yang khas.
b. Perubahan-perubahan pada kulit
Hal ini
diakibatkan oleh kortisol yang berlebihan. Atropi pada jaringan ikat dibawahnya
menyebabkan penipisan kulit serta pletora fasial, penipisan kulit mengakibatkan
juga muka tampak merah sampai keunguan, timbul strie dan ekimosis
c. Hirsutisme
Hirsutisme
adalah tumbuhnya rambut yang berlebihan di daerah kemaluan dan ketiak. Terjadi
80% pada perempuan akibat hiersekresi antrogen adrenal. Hal tersebut dapat
menyebabkan timbulnya akne dan seborea.
d. Hipertensi
Diastol
biasanya lebih dari 100 mmHg, 50% penderita, 75% pada hipertensi klasik.
Hipertensi dan komplikasinya menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas
dari sindrom cushing.
e. Disfungsi gonad
Terjadi
akibat peningkatan androgen pada wanita dan kortisol pada laki-laki. Sehingga
wanita mengalami amenore pada usia premenopause disertai infertilitas dengan
presentasi 75%, sedang pada laki-laki menyebabkan penurunan libido, sebagian
mengalami penurunan rambut tubuh dan testis melunak.
f. Gangguan Psikologi
Labilitas
emosional dan peningkatan iritabilitas. Ansietas, depresi, konsentrasi buruk,
ingatan buruk, euforia, gangguan tidur/insomnia dapat timbul.
g. Kelemahan otot
Terjadi
sekitar 50% kasus. Terjadi pada bagian proksoimal dan paling dominan pada
ekstremitas bawah.
h. Osteoporosis
Terdapat
nyeri dibagian belakang tubuh yang merupakan keluhan awal pada 58% kasus.
Fraktur terjadi pada iga dan korpus vertebra.
i.
Batu
ginjal
Terjadi
akibat hiperkolsiuria disebabkan oleh glukokortikoid, terjadi pada sekitar 15%
pasien biasanya terjadi kolik ginjal.
j.
Haus
poliuria
Terjadi
akibat hiperglikemia berat dan diabetes melitus terjadi pada sekitar 10%
pasien, lebih sering dijumpai intoleransi glukosa yang asimtomatik.
k. Hipernatremia
l.
Hipokalemia
5.
Komplikasi
Komplikasi
yang terjadi akibat sindrom cushing adalah :
a. Penyakit arteri koroner, terjadi karena
hipertensi berat.
b. Infeksi berat, terjadi jika pasien mengalami
diabetes melitus dan mengalami luka, sehingga memungkingkan terjadinya infeksi
berat.
c. Penyakit serebro vaskuler (cerebro vascular desease / CVD).
6.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa sindrom cushing dapat dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah, didapati adanya
limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000 /mm3,
eosinopeni sampai 50 /mm3.
2) Pemeriksaan CRU, ACTH, dan berbagai
glukokortikoid.
3) Pemeriksaan urine (pagi hari), ditemukan
adanya hiperglikemi (diabetes melitus terjadi pada 10 % kasus), hipoglikemia
dan adanya hiponatremia.
b. Pemeriksaan Foto rontgen
Pemeriksaan
radiologi rutin mungkin menunjukkan adanya kardiomegali akibat penyakit jantung
hipertensi atau aterosklerosi. Mungkin juga ditemukan adanya fraktur kompresi
pada vertebra fraktur iga-iga dan batu ginjal.
c. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dari
pemeriksaan tersebut dapat ditemukan adanya gambaran hipertensi, iskemik dan
perubahan lainnya.
d. Pemeriksaan CT Scan abdomen
Terutama pada
abdomen menunjukkan adanya pembesaran bilateral kelenjar adrenal, maupun
menunjukkan adanya massa pada adrenal kiri.
7.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan sindrom cushing adalah
dengan :
a. Pembedahan
Pada sindrom cushing dapat
dilakukan adrenalektomi unilateral, bilateral eksisi tumor.
b. Radioterapi
Terapi iradiasi dilakukan bila
terdapat tumor
c. Obat-obatan
Dapat diberikan obat-obatan yang
menghambat sintesis/penekanan kortisel sistensi contoh : Mitotane, Cyadren,
Metyrapon.
8.
|
|
|
|
![]() |
B. Asuhan Keperawatan Pada Sindrom Cushing
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji untuk dapat
menegaskan diagnosa, bahwa pasien mengalami sindrom cushing antara lain adalah
:
a.
Kaji tanda-tanda vital
Pengkajian tanda vital terutama pada tekanan
darahnya. Apakah ditemukan adanya hipertensi atau tidak, dimana diastol lebih
dari 100 mmHg.
b.
Kaji pola istirahat
Pada pasien sindrom cushing biasanya ditemukan adanya
insomnia atau gangguan tidur.
c.
Kaji pola eliminasi
Pola eliminasi yang perlu dikaji adalah pola BAK,
dimana pada pasien sindrom cushing yang menunjukkan adanya peningkatan glikogen
akan menyebabkan hipernatremia dan hipokalemia sehingga akan terjadi poliuria.
d.
Kaji pola aktivitas
Pada pasien sindrom cushing mengalami gangguan pola
eksteremitas bawah karena adanya kelemahan otot.
e.
Kaji tekstur dan warna kulit
Karena adanya akibat kortisol yang berlebihan dan
atropi jaringan ikat dibawah kulit menyebabkan penipisan kulit, serta kulit
pada muka tampak merah sampai keunguan
f.
Kaji fisiologis
Pasien dengan sindrom cushing biasanya mengalami
obesitas pada wajah, leher, badan, abdomen dan ekstremitas. Bentuk muka
biasanya moon facies dan adanya
obesitas.
g.
Kaji pola koping
Pada pasien dengan sindrom cushing perlu dikaji
adanya pola emosional dan peningkatan iritabilitas. Apakah pasien mengalami
depresi atau tidak.
h.
Kaji pola seksual
Pada penderita sindrom cushing biasanya mengalami
amenore dan infertilitas pada wanita dan paca laki-laki libido menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
DX 1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan konsentrasi
urine meningkat, ditandai dengan :
DS : - Pasien
mengatakan bak 10 – 15 x/ hari
-
Pasien mangatakan lemas dan lelah
DO : -
Konsentrasi urine encer
-
Kelopak mata bagian bawah terlihat cekung
-
Integritas kulit menurun
DX 2
Harga diri rendah berhubungan dengan :
DS : -
Pasien mengatakan tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya
-
Pasien mengatakan tidak menstruasi dan tidak hamil lagi
sejak tiga tahun
-
Pasien mengatakan tidak hamil lagi setelah 5 tahun
kelahiran anak pertamanya
DO : -
Pasien terlihat menarik diri dari lingkungan sosial
DX 3
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan:
DS : - Pasien mengatakan tidak mampu ke toilet
sendiri saat BAK dan mandi tanpa bantuan orang lain
DO :- Pasien
dibantu keluarga saat pergi ketoilet
DX 4
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan penurunan
konsentrasi ditandai dengan :
DS : - Pasien merasa kurang mengetahui tentang penyakitnya
-
Pasien mengatakan mudah lupa dengan apa yang dijelaskan
oleh tim medis
DO :- Pasien
terlihat bingung dan tidak konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan perawat.
3. Intervensi
Diagnosa I
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
-
Keseimbangan cairan tubuh kembali normal
-
Pasien BAK 6 – 8 x/ hari
-
Pasien tidak terlihat lemas
-
Kelopak mata normal
-
Integritas kulit pasien normal
Intervensi
Mandiri
-
Kaji tentang rasa haus, kelelahan dan turgor kulit
Rasional : Untuk
mengindikasikan berlanjutnya hipovolemi
-
Anjurkan cairan oral >3000 ml/ hari sesuai kemampuan
pasien
Rasional : Untuk
memberikan keseimbangan cairan tubuh
-
Anjurkan pasien istirahat yang cukup
Rasional : Menurunkan
resiko penurunan kesadaran dan trauma
Kolaborasi
-
Beri cairan sesuai indikasi
Rasional : Untuk mengembalikan
keseimbangan caitan tubuh
Diagnosa II
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan :
-
Pasien kembali merasa percaya diri
-
Pergaulan sosial kembali normal
Intervensi
-
Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi
dalam perawatan diri
Rasional : Dapat
membantu meningkatkan percaya diri dan memperbaiki harga diri.
-
Kurangi stimulus yang berlebihan
Rasional : Meminimalkan
perasaan stres, frustasi, depresi dan meningkatkan kemampuan koping.
Kolaborasi
-
Rujuk keahli psikologi
Rasional : Pendekatan
secara komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara
tingkah laku koping
Diagnosa III
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan
-
Pasien mampu melaksanakan perawatan diri sendiri tanpa
bantuan orang lain.
Intervensi
Mandiri
-
Dorong Pasien untuk merencanakan dan melakukan latihan
aktivitas sehari-hari
Rasional : Untuk
menghindari terjadinya kekakuan otot.
Kolaborasi
-
Rujuk pasien ke fisioterapi
Rasional : Memberikan
pelatihan otot dan mengembalikan pada keadaan normal.
Diagnosa IV
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan
-
Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang
penyakit prognosis, dan pengobatannya.
Intervensi
Mandiri
-
Memberi penjelasan pada pasien tentang penyakitnya
Rasional : Agar
pasien mengerti dan memahami tentang penyakitnya.
-
Atur lingkungan dan waktu saat memberikan penjelasan
Rasional : Agar
pasien tetap dapat berkonsentrasi terhadap penjelasan.
4. Evaluasi
DX 1
-
Keseimbangan cairan tubuh kembali normal
-
Pasien BAK 6 – 8 x/ hari
-
Pasien tidak terlihat lemas
-
Kelopak mata normal
-
Integritas kulit normal
DX 2
-
Pasien kembali merasa percaya diri
-
Pergaulan sosial kembali norma
DX 3
-
Pasien mampu melaksanakan perawatan diri sendiri tanpa
bantuan orang lain
DX 4
-
Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang
penyakit prognosis dan pengobatannya.
BAB III
KESIMPULAN
Sindrom cushing adalah hiperplasia adrenal bilateral yang menyebabkan
hiperkortisolisme yang merupakan akibat adenoma hipifise yang mensekresikan
ACTH.Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi empat yaitu penyakit cushing, tumor
adrenal, ACTH ectopic, dan alkoholisme. Sindrom cushing sebagian besar
menyerang wanita. Komplikasi dari sindrom cushing diantaranya penyakit arteri
koroner, infeksi berat dan penyakit serebro vaskuler. Tindakan penatalaksanaan
biasanya dengan obat-obatan, pembedahan dan radioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J., 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
FKUI, 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta
Long, Barbara, C, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Yayasan IAPK, Bandung.
Greenspan, Francis S, 1998, Endokrinologi
Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C, 1983, Fisiologi Kedokteran Edisi 5, EGC, Jakarta.
Natta H, David, 1984, Terapi
Medik, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Robins, dkk., 1995, Buku Ajar
Patologi II, EGC, Jakarta.
Price, Sylvia. A., 1995, Patofisiologi,
EGC, Jakarta.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, EGC, Jakarta.
Harrison, dkk, 2000, Prinsip-prinsip
Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, 1999, Rencana
Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

LAMPIRAN
Pertanyaan
– pertanyaan yang muncul dari hasil diskusi :
1. Pertanyaan dari Esti utami
Mengapa kehamilan bisa menyebabkan Sindrom Chusing ?
Jawab :
Pada kehamilan
kadar kortisol plasma meningkat hingga tiga kali kadar normal saat menjelang
trimester ketiga. Peningkatan terutama akibat pertambahan globulin pengikat
kortikosteroid ( Corticosteroid Bliding Globulin/CBG ) hingga dua kali lipat.
Dan yang bertanggung jawab atas peningkatan CBG tersebut adalah peningkatan
estrogen, yang pada gilirannya mampu mengurangi katabolisme kortisol di hati.
Akibatnya adalah peningkatan waktu paruh kortisol plasma hingga 2 kali
lipatnya. Selain itu juga adanya peningkatan produksi kortisol di zona
fasikulata. Dampak akhirnya adalah peningkatan kadar kortisol bebas dalam
plasma, apakah melalui ACTH atau melalui mekanisme lain tidaklah diketahui.
Sehingga kadar kortisol plasma mendekati kadar yang ditemukan pada Sindrom
Chusing.
2. Pertanyaan
dari Muhamad Edi ( II B )
Mengapa Sindrom
Chusing dapat mengakibatkan infeksi berat ?
Jawab :
Sindrom Chusing
dapat mengakibatkan infeksi berat karena :
1.
Jika pasien tersebut mempunyai gejala peningkatan
glikogen dan berakibat pada Diabetes mellitus. Dan jika pada pasien tersebut
mengalami luka/trauma maka akan ada kemungkinan terjadi infeksi berat.
2.
Pada pasien Sindrom Chusing, salah satunya mempunyai
gejala terjadi atrofi pada jaringan di bawah kulit, sehingga menyebabkan
penipisan serta plethora fasial, mengakibatkan mudah terjadi memar karena
trauma kecil dan striae ( kulit kemerahan – ungu ). Karena keadaan tersebut
pada pasien dengan Sindrom Chusing akan beresiko tinggi terjadi infeksi berat
meski hanya dengan trauma ringan.
3. Pertanyaan
dari Widi R
Bagaimana
mekanisme terjadinya Atherosklerosis pada Sindrom Chusing ?
Jawab :
Peningkatan
glukokortikoid pada Sindrom Chusing mengakibatkan kortisol ( glukokortikoid
yang diproduksi oleh korteks adrenal ) memproduksi asam lemak bebas dalam
jumlah berlebihan di dalam plasma. Sehingga terjadi penimbunan lipid dan
jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit
lumen pembuluh darah. Akibatnya aliran darah ke jantung tidak adekuat.
4. Pertanyaan
dari Oktapiadi ( II B )
Mengapa pada
Sindrom Chusing dapat mengakibatkan fraktur iga ?
Jawab :
Glukokortikoid
mempunyai efek katabolik dan anti anabolic pada protein yang menyebabkan
penurunan kemampuan sel –sel pembentuk protein untuk mensintesis protein.
Sebagai akibatnya metrics tulang menjadi rapuh sehingga ada resiko untuk
terjadinya fraktur patolosis, osteoporosis terutama pada tulang iga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar