Definisi
Efusi
pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga
pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan cairan atau darah.
Etiologi
Cairan
pleura terakumulasi jika pembentukan cairan pleura melebihi absorbsi cairan
pleura. Normalnya, cairan
memasuki rongga pleura dari kapiler dalam pleura parietalis dan diangkut
melalui jaringan limfatik yang terletak dalam pleura parietalis. Cairan juga
dapat memasuki rongga pleura dari ruang intersisium paru melalui pleura
viseralis atau dari kavum peritoneum melalui lubang kecil yang ada di difragma.
Saluran limfe memiliki kapasitas menyerap cairan 20 kali lebih besar daripada
cairan yang dihasilkan dalam keadaan normal. Oleh karenanya efusi pleura dapat
terbentuk bila ada pembentukan cairan pleura yang berlebihan atau jika terjadi
penurunan pengangkutan cairan melalui limfatik.
Patifiologi
Terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan
antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.
Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan
interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui limphe sekitar pleura.
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat
disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang disebabkan oleh kuman piogenik
akan terbrntuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini
mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
Proses terjadinya pnemotoraks karena pecahnya alveoli
dekat pleura parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura.
Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut
yang kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema paru.
Tanda
dan Gejala
1. Sesak napas
2. Rasa berat pada dada
3. Keluhan/gejala
lain penyakit dasar efusi pleura seperti: bising jantung (pada payah jantung),
lemas disertai penurunan BB yang progresif (neoplasma), batuk yang kadang
berdarah pada perokok (karsinoma bronkus), tumor di organ lain (metastasis),
demam subfebril (pada TB), demam menggigil (pada empiema), ascites (pada
sirosis hepatic), ascites dengan tumor di pelvis (pada sindrom Meigh).
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan: fremitus yang
menurun, perkusi yang pekak, tanda-tanda pendorongan mediastinum, suara napas
yang menghilang pada auskultasi.
Diagnosis
Diagnosis kadang-kadang dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik saja, tetapi kadang-kadang sulit juga, sehingga perlu
pemeriksaan tambahan. Seperti:
1. Sinar
tembus dada
Permukaan
cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva,
dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial pasti
terdapat udara dalam rongga tersebut yang berasal dari luar atau dalam
paru-paru sebdiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara baying cairan bebas
dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan
foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi
gravitasi.
Pemeriksaan dengan USG pada pleura dapat menentukan
adanya cairan dalam rongga pleura.
CT scan dada, sangat memudahkan dalam menentukan adanya
efusi pleura karena adanya densitas cairan dengan jaringan sekitarnya. Hanya
saja tidak banyak dilakukan karena biayanya sangat mahal.
2. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk
dignosis maupun terapeutik.
Pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada penderita dengan
posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga IX garis
aksilaris posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran
pleura sebaiknya jangan melebihi 1.000 samapi 1.500 cc pada setiap kali
aspirasi.
- Efusi pleura transudatif: protein < 3
gram/liter, spesifik gravity < 1,015
- Efusi pleura
eksudatif, memenuhi paling tidak 1 dari criteria berikut:
– protein cairan pleura/protein serum > 0,5
- LDH cairan pleura/LDH serum > 0,6
- LDH cairan pleura > 2/3 LDH serum plasma
- Kadar glukosa amylase
- Sitologi cairan pleura
- Hitung sel jenis
- Klutur dan pewarnaan
3. Biopsi
pleura
Pemeriksaan
histology satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50-75%
diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura.
4. Thorakoskopi
5. Fungsi pulmonary dari analisa gas darah
6. Scanning
isotop
7. Bronkoskopi
Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan
dengan memakai pipa intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental
sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan
operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam
fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera
dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran
cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah
aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan
pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium
parvum dll.
Efusi
sekunder akibat keganasan
Efusi maligna yang terjadi akibat kelainan metastasis
merupakan efusi terseing kedua paling sering ditemukan diantara tipe efusi
eksudatif. Tiga jenis tumor yang menyebabkan kira-kira 75% dari seluruh efusi
pleura maligna adalah karsinoma paru (30%), karsinoma Mammae (25%) dan tumor
kelompok limfoma (20%). Sebagian besar
pasien efusi pleura akibat kmalignitas ini mengkin mengeluhkan gejala dipsnea
yang kerap kali proporsinya tidak sebanding dengan luas efusi. Cairan pleura
yang ditemukan berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura tersebut
mungkin menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup tinggi.
Diagnosis
dibuat melaui pemeriksaan sitologik cairan pleura. Jika pemeriksaan sitologik
awal memberikan hasil negative, diperlukan pemeriksaan sitologik ulang dengan
tindakan biopsy pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy). Jika
diagnosisnya masih belum dapat ditegakkan, torakoskopi mungkin akan
menghasilkan diagnosis bilamana pasien menderita keganasan.
Sebagian besar pasien dengan efusi pleura yang ganas
harus diterapi secara simptomatis, karena keberadaan efusi menunjukkan penyakit
yang diseminasi dan kebanyakan keganasan yang disertai efusi pleura tidak dapat
disembuhkan dengan kemoterapi. Jika kehidupan pasien terganggu dengan gejala
dipsnea dan dipsnea tersebut dapat dikurangi dengan torakosintesis maka salah
satu prosedur berikut harus dikerjakan:
1. Torakostomi dengan pemasangan selang yang disertai
pemberian preparat yang menyebabkan sclerosis seperti bleomisin, 60 IU, atau
minosiklin, 5 hingga 10 mg/kg BB
2. Torakoskopi yang disertai abrasi pleura atau penghembusan
bedak talk
3. Pemasangan
pintas pleuroperitoneal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar