♠ Definisi
Cedera tulang
belakang merupakan kelainan yang pada masa kini lebih banyak memberikan
tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan di bidang
penatalaksanaannya. Cedera tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang
dan terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal.
♠ Etiologi
Cedera tulang belakang terjadi sebagai
akibat :
1.
jatuh dari ketinggian, misal pohon kelapa, kecelakaan
ditempat kerja.
2.
kecelakaan lalu lintas
3.
kecelakaan olah raga
cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau
rotasi tulang belakang. Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung
oleh struktur torak.
Fraktur
dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi,
sedangkan kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio,
kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau
perdarahan.
Kelainan
sekunder pada sumsum tulang belakang dapat disebabkan oleh hipoksemia dan
iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, udem, atau kompresi.
Perlu
disadari bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang merupakan kerusakan yang permanent karena
tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada fase awal setelah
trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan oleh kerusakan
sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar atau udem.
♠ Manifestasi
klinik
Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya
kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi
motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal.
Syok spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena
hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai dengan:
1.
Kelumpuhan flasid
2.
anesthesia
3.
arefleksi
4.
Hilangnya prespirasi
5.
Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih
6.
Priapismus
7.
bradikardi dan hipotensi.
Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat
hiperrefleksi. Terlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering
karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan kandung kemih
dan gangguan defekasi.
Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan
otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada
kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.
Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini
pada umumnya terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh
hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh
ligamentum flavum yang terlipat. Manifestasinya berupa tetraparese parsial.
Gangguan pada ekstermitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas,
sedangkan daerah perianal tidak terganggu.
Sindrom Brown-Sequard
disebabkan oleh kerusakan separu lateral sumsum tulang belakang. Gejala klinik
berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan posisi ipsilateral; di
kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.
Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan
anesthesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya
refleks anal dan refleks bulbokavernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus
medularis.
Sindrom kauda equine
disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi ujung konus
medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral yang
mirip dengan sindrom konus medularis.
♠ Pencegahan
dan penatalaksanaan
Cedera
tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian
atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent. Kelumpuhan yang
terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan banyak peralatan.
Ada dua tujuan utama penanganan cedera tulang belakang:
1.
Tercapainya tulang belakang yang stabil serta tidak
nyeri
2.
Mencegah terjadinya jejas lintang sumsum tulang
belakang sekunder.
Tindakan
yang dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang :
1.
Lakukan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan).
2.
Optimalisasi faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan
peredaran darah.
3.
Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??)
4.
Pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi
5.
Pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan)
6.
Tindak bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi)
7.
Pencegahan penyulit
·
Ileus paralitik → sonde lambung
·
Penyulit kelumpuhan kandung kemih
·
Pneumoni
·
Dekubitus
♠ Diagnosa
Keperawatan yang muncul
1.
Deficit self care
2.
Gangguan mobilitas fisik
3.
Gangguan body image
4.
Kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik ( terjadi
dekubitus)
5.
Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC, Jakarta
Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing
Diagnosis: A Guide To Planning Care, available on: www.Us.Elsevierhealth.com
Jong, W, 1997, Buku
Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta
McCloskey, 1996, Nursing
Interventions Classification (NIC), Mosby, USA
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition
& Classification 2005-2006, Philadelphia USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar