A. PENGERTIAN
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus
yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
B. ETIOLOGI
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis
yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
C. PATOFISIOLOGI
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga . disamping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan
lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas
akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin
yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
D. TANDA DAN GEJALA
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan
poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat
mengalami pengkihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala . Pasien dengan
penurunann volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi
ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada
saat berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai
denyut nadi lemah dan cepat.
Ketosisi dan asidosisi
yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis menimbulkan gejala
gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri
abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga
tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang memerlukan tindakan
pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti buah) sebagai
akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu hiperventilasi (didertai
pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat terjadi.
Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis
guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang
satu dan lainnya. Pasien dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini
biasanya tergantung pada osmolaritas plasma (konsentrasi partikel
aktif-osmosis).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800
mg/dl. Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih
rendah dan sebagian lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl
atau lebih (yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi)
·
Harus disadari bahwa
ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
·
Sebagian pasien dapat mengalami
asidosi berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl,
sementara sebagia lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum
sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar
bikarbonat serum yang rendah ( 0- 15 mEq/L)
dan pH yang rendah (6,8-7,3).
Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
(pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan
urin.
Kadar natrium dan kalium dapat rendah, normal atau
tinggi, sesuai jumlah cairan yang hilang (dehidrasi). Sekalipun terdapat
pemekatan plasma harus diingat adanya deplesi total elektrolit tersebut (dan
elektrolit lainnya) yang amoak nyata dari tubuh. Akhirnya elektrolit yang
mengalami penurunan ini harus diganti.
Kenaikan kaar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) Hb,
dan Hmt juga dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada
pasien yang mengalami insufisiensi renal.
F. PENATALAKSANAAN
©
Rehidrasi
§ NaCl 0,9 %; diguyur 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan
normal saline hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien –pasien yang
menderita hipertensiatau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal
jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam)
dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya..
©
Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dikaukan meskipun
konsentrasi kalium dalam plasma normal.
©
Insulin
Asidosis yang terjadi
dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn menghambat pemecahan
lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam.
Insulin diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu ( mis: 5
unti /jam). Kadar glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam
cairan infus bila kadar glukosa darah mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari
penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes
Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan
dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian
secara rinci adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999)
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat
keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat
melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid,
diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
2. Kaji terhadap manifestasi
Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG)
memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk
pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau
diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat
diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar
trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik
dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang
kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk
mencegah komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang
kondisi penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan
Diabetes Mellitus, diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah
a. Resiko kekurangan cairan
b. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
c. PK: hiperglikemi dan
ketoasidosis. hipoglikemi
d. Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan
kekuatan otot
e. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar