Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri.
Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi.
Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar antara 40%–88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%–40%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus. Kebiasaan makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan zat-zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi seseorang, kebiasaan makan yang baik dicerminkan oleh konsumsi pangan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu.
Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya.
Dengan adanya transisi ekonomi, juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Perubahan pola konsumsi mulai terjadi di kota-kota besar, yaitu dari pola makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral bergeser ke pola makanan berat yang cenderung banyak mengandung lemak, protein, gula dan garam serta miskin serat, vitamin dan mineral sehingga mudah merangsang terjadinya penyakit-penyakit gangguan saluran pencernaan, penyakit jantung, obesitas dan kanker. Menurut Moehji (2003) kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia remaja mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi dan dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi keadaan ini berkaitan dengan “mode” yang tengah marak di kalangan remaja seperti kebiasaan makan fast food dan makanan siap saji. Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah terpengaruh oleh siapa saja teman pergaulan dan media masa terutama iklan yang menarik perhatian remaja tentang makanan yang baru dan harga yang terjangkau. Kebutuhan energi pada remaja menurut AKG adalah 2500 Kal untuk laki- laki dan 1900 Kal untuk perempuan, sedangkan kebutuhan protein sebesar 60 gr untuk laki-laki dan 50 gr untuk perempuan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa rata-rata konsumsi energi responden masih rendah dari yang dianjurkan, yaitu sebesar 1706,62 Kal. Konsumsi karbohidrat dan lemak perlu ditingkatkan untuk mencapai angka kecukupan energi yang dibutuhkan.
Kebutuhan energi merupakan faktor yang cukup dominan dan perlu di perhatikan. Remaja yang mempunyai aktifitas yang lebih akan memerlukan energi lebih banyak di bandingkan dengan remaja yang tidak banyak melakukan aktifitas. Remaja yang kurang gizi dapat terjadi karena jumlah energi dan zat-zat lainnya yang di konsumsi tidak memenuhi kebutuhan yang sangat meningkat.
Bila asupan energi kurang dari makanan dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami keseimbangan negatif akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal), bila terjadi pada masa pertumbuhan maka akan menghambat proses pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan. Asupan energi yang kurang juga menyebabkan cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh terkuras untuk menghasilkan energi dan akhirnya akan berakibat pada penurunan berat badan.
Penelitian Soekirman (2000) di Jawa Tengah mengemukakan bahwa masalah gizi, lebih banyak disebabkan karena asupan energi yang kurang dari pada kekurangan protein. Hal ini diduga terjadi disebabkan protein yang dikonsumsi berasal dari nabati yang relatif murah sehingga dari angka kecukupan terpenuhi tapi belum mempunyai mutu protein yang tinggi, sedangkan pertumbuhan dan penambahan otot hanya akan optimal terjadi bila mutu protein itu komplet atau protein dengan nilai biologi tinggi yang mengandung semua jenis asam amino essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai dengan keperluan pertumbuhan. Penyebab lain kemungkinan protein digunakan sebagai pengganti energi yang kurang, karena bila energi didalam tubuh terbatas maka sel terpaksa menggunakan protein untuk membentuk/menghasilkan energi.
Bila asupan protein kurang dari makanan maka jaringan dalam tubuh tidak dapat berkerja dengan maksimal karena protein berfungsi sebagai memperbaiki jaringan yang rusak dan sebagai pertumbuhan pada usia remaja. Konsumsi makan golongan remaja yang salah akan mengakibatkan munculnya masalah gizi karena ketidak seimbangan konsumsi makanan secara fisik. Makanan disebabkan terlalu ketatnya berdiet., aspek pemilihan makanan penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap independensi dalam mengkonsumsi serat Dapat dilihat dalam bentuk tubuh yang terlalu langsing atau kegemukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan, pemilihan bahan makanan serta banyaknya pangan yang dimakan antara lain :
(1) Jenis dan banyaknya Pengetahuan gizi. pangan yang dikonsumsi dan tersedianya bahan,
(2) Tingkat pendapatan
(3) Pengetahuan gizi.
Pengetahuan tentang konsumsi makanan remaja yang rendah akan berpengaruh pada pola konsumsi makanan cepat saji pada remaja tersebut. Masalah yang sering timbul ialah perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan mereka, di mana remaja mulai berinteraksi dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku, yang menjadikan mereka lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dimakannya mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah Fast Food
Konsumsi makanan cepat saji dapat mempengaruhi kesehatan manusia yang dibagi dalam 3 kategori yaitu : 1) aspek taksikologis, kategori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ tubuh manusia, 2) aspek microbiologis mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh (Majeed, A, 1996).
Sikap dan perilaku manusia terhadap gizi dan kesehatan akan menjadi masalah apabila perilaku tersebut menyebabkan manusia kekurangan gizi yang diperlukan. Adanya pengetahuan gizi akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Pengetahuan tidak hanya didapat dari buku saja tetapi juga dari lingkungan lainnya. Jadi seseorang yang berpendidikan tinggi belum tentu mempunyai pengetahuan yang baik mengenai makanan (Waridjan, 1992)
Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi adalah pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi. Sehingga mempengaruhi pengetahuan gizi, masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi, termasuk tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima perubahan di bidang gizi. Pengetahuan gizi yang rendah akan mempengaruhi konsumsinya
1. Karakteristik Remaja
Berdasarkan angka kecukupan gizi yang termasuk remaja yaitu antara umur 13-15 tahun. Biasanya kecukupan gizi anak sudah dibedakan menurut jenis kelamin karena kecukupan gizi pria dan wanita pada usia tersebut relatif tidak sama.
Masa remaja adalah masa transisi, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada golongan ini di tandai dengan pertumbuhan sel, pertumbuhan sikap mental dan respon emosional. Pada remaja putri terjadi 3 macam perkembangan biologis yaitu pre puber, puber dan post puber
2. Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi remaja berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk golongan umur 10- 19 tahun dapat dilihat pada Tabel 1.
Golongan Umur | Berat badan | Tinggi Badan | energi | protein |
Pria | 30 | 135 | 2000 | 45 |
10 -12 | 45 | 150 | 2400 | 64 |
13 -15 | 56 | 160 | 2000 | 54 |
16 – 19 | 35 | 140 | 1900 | 54 |
Perempuan | 46 | 153 | 2100 | 62 |
10 – 12 | 50 | 154 | 2500 | 51 |
13 – 15 | 30 | 135 | 2000 | 45 |
16 - 19 | 45 | 150 | 2400 | 64 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar