MENGHADAPI KLIEN DENGAN KELAINAN BAWAAN


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Untuk memenuhi harapan individu, keluarga, dan masyarakat seorang perawat perlu mempunyai kualifikasi tertentu yang mempunyai efek penyembuhan (terapeutik). Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan teraupetik karena komunikasi dapat mempengaruhi perilaku orang lain sehingga hubungan perawat – klien tidak akan tercapai bila komunikasi tersebut tidak lancer atau malah tidak ada komunikasi.
Menurut As hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status.

1.2  Tujuan
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah







BAB II
MENGHADAPI KLIEN DENGAN KELAINAN BAWAAN



2.1  Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu  intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi  interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan  Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

2.2  Komunikasi Dengan Klien Dengan Gangguan Telewicara
Indra wicara merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem saraf pengatur wicara pada korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di pons, struktur mulut dan tenggorok, serta paru-paru sebagai pensuplai udara yang digunakan untuk menghasilkan suara. Sebenarnya suara yang timbul dari mulut kita merupakan udara yang dihembuskan paru-paru melewati pita suara sehingga dihasilkan suara. Proses ini disebut vonasi. Suara yang muncul akibat getaran pita suara masih merupakan suara murni sehingga terdengar seperti suara “aaaa”. Suara yang muncul dari tenggorok selajutnya dipantulkan melalui langit-langit (palatal), lidah (lingual) dan bibir (labial), yang kemudian membentuk susunan vokal dan konsonan serta membentuk kata-kata kompleks. Proses ini disebut artikulasi.
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut perlu diperhatikan :
1.      Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
2.      Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan klien.
3.      Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
4.      Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
5.      Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
6.      Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
7.      Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.

2.3  Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di keluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran :
1.      Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
2.      Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
3.      Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4.      Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet.
5.      Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
6.      Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
7.      Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU