PRINSIP KEBUTUHAN DASAR PADA MANUSIA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki jiwa biologis, pisikologis, sosial, dan spiritual. Manusia mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam dilahirkan, berkembang dan mati ,memiliki pandangan hidup dorongan hidup yang sejalan dengan sifat yang berbeda. Kebutuhan dasar manusia diantaranya: kebutuhan psikologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan dicintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Sedangkan selain terdapat kebutuhan dasar manusia yang psikologis ada juga kebutuhan dasar pada manusia yang fisiologis diantanya adalah Kebutuhan Oksigenasi untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh. Kebututuhan Nutrisi adalah zat kimia organik atau anorganik yang ditemukan dalam makanan untuk fungsi tubuh yang sebaik-baiknya. Makanan itu sendiri mempunyai manfaat yaitu untuk memelihara proses tubuh dalm pertumbuhan dan perkembangan, memelihara energy guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.  
Selain nutrisi yang akan kita bahas adalah mengenai keseimbangan cairan tubuh bagi manusia. Cairan merupakan subtansi penting bagi tubuh. Oleh karena itu, cairan selalu dipertahankan dalam keseimbangan tubuh. Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Hampir 90% dari berat badan tubuh manusia merupakan cairan. Terdapat juga Kebutuhan Eliminasi, Prinsip pemenuhan kebutuhan perawatan diri, ambulasi, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan psikososial dan rasa nyaman (bebas nyeri), kemanan lingkungan, personal hygiene, serta untake dan output.
Dengan demikian latar belakang masalah pembuatan makalah ini yaitu merupakan salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Praktek Klinik yang diberikan Dosen mata kuliah tersebut. Supaya mahasiswa lebih memahami teori tersebut, selain itu yang paling penting mahasiswa di harapkan dapat merealisasikannya dengan baik dan tepat.

1.2    Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan memahami serta mendapatkan pengetahuan yang lebih baik juga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa.
1.2.2        Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh prinsip kebutuhan dasar pada manusia.
2.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh prinsip pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
3.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh prinsip pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh prinsip kebutuhan cairan dan elektrolit.
5.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.
6.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauj prinsip pemenuhan kebutuhan perawatan diri.
7.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh pinsip pemenuhan kebutuhan ambulasi.
8.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh pinsip pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
9.      Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh pinsip pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
10.  Untuk mengetahui dan memahani lebih jauh personal hygiene..
11.  Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh keamanan lingkungan.
12.  Untuk mengetahui dan memhami lebih jauh intake dan output.












BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  PRINSIP KEBUTUHAN DASAR  PADA MANUSIA
      A. HOMEOSTASIS DAN HOMEODINAMIK
a.      Homeostasis
Homeostasis adalah suatu proses yang terjadi secara terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostasis merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi berbagai kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi secara alamiah apabila tubuh mengalami stress.
Homeostasis terdiri atas homeostasis fisiologis dan psikologis. Dalam tubuh manusia, homeostasis dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan sistem saraf otonom. Proses homeostasis fisiologis ini terjadi melalui empat cara sebagai berikut:                                                                                                                            
1.      Pengaturan diri (self regulation). Secara otomatis, cara ini terjadi pada orang yang sehat, seperti pengaturan fungsi organ tubuh.
2.      Kompensasi. Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat tubuh mengalami ancaman, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh, serta penyempitan pembuluh darah perifer dan terangsangnya pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan yang dapat  menghasilkan panas (misalnya menggigil) sehingga suhu tubuh tetap stabil apabila lingkungan menjadi dingin secara tiba-tiba.
3.      Umpan balik negatif. Cara ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik negative untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi. Contoh, apabila tekanan darah meningkat akan meningkatkan baroceptor. Kemudian akan menurunkan rangsangan pada simpatik yangb meningkatkan para simpatik, menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi, terjadi dilatasi pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah sampai pada keadaan normal melalui feedback mekanisme.
4.      Umpan balik positif untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis. Sebagai contoh, terjadinya proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh apabila seseorang mengalami hipoksia. Kondisi mekanisme tubuh tersebut terkait dengan kondisi dalam keadaan sakit.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contohnya adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul, meremas, mencerca, dan lain-lain.
Dengan demikian, pada intinya proses homeostasis adalah keseimbangan dalam tubuh. Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 2.1.1).
    Input                                          Output
                                                  Homeostasis
b.   Homeodinamik   
Homeodinamik merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan sekitarnya secara terus-menerus. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang merupakan satu kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta memiliki keunikan tersendiri. Dalam proses homeodinamik, terdapat beberapa prinsip menurut teori Rogers sebagai berikut:
1.      Prinsip integral, yaitu prinsip utama dalam hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara manusia dan lingkungan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya interaksi yang saling memengaruhi antara manusia dan lingkungan.
2.      Prinsip resonansi, yaitu prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi karena manusia memiliki pengalaman dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3.      Prinsip helicy, yaitu prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan. (Falco dan Lobo, 1997).
     B. KONSEP KEBUTUHAN DASAR PADA MANUSIA
Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
  1. Kebutuhan Dasar pada Manusia Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan perlindungan; kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki; kebutuhan harga diri; serta kebutuhan aktualisasi dirii (Potter dan Perry 1997).
1.      Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia, antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.
2.      Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
a.       Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan lain-lain.
b.      Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan lain-lain.
3.      Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain member serta menerima kasih saying, kehangatan, dan persahabatan; mendapat tempat dalam keluarga serta kelompok sosial; dan lain-lain.
4.      Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain, terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

                 Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat digambarkan sebagai suatu piramida sebagai berikut (Gambar 2.1.2)

KEBUTUHAN
AKTUALISASI DIRI
KEBUTUHAN HARGA DIRI
KEBUTUHAN RASA CINTA
MEMILIKI DAN DIMILIKI
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN
KEBUTUHAN FISIOLOGIS
Gambar 2.1.2 Kebutuhan dasar pada manusia menurut Maslow
     b.  Ciri Kebutuhan Dasar pada Manusia
              Manusia memiliki dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang aman. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kegagalannya, manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.
    c. Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Manusia
              Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut;
1. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan  pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih besar dari biasanya.
   2.      Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yangb baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
  3.       Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Tahap perkembangan
     a.    Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan.
     b.    Berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda pada setiap tahap perkembangan.
    c.     Setiap tahap tersebut memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, mauoun spiritual.

2.2 KEBUTUHAN OKSIGENASI
              Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenesi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel.

Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
              Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah, dan paru-paru.
          1. Saluran pernapasan bagian atas
              Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglottis. Saluran ini berfungsi dalam menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang di hirup.
Hidung
               Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat nares anterior yang mengandung kelenjar sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung lainnya, yang dilapisi oleh selaput lender dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada di dalam vestibulum (sebagai bagian dari rongga hidung), kemudian udara tersebut akan dihangatkan dan dilembabkan.
           Faring
             Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring).
           Laring (tenggorokan)
             Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring. Laring terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah.
Epiglottis
             Epiglottis merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menelan.
       2. Saluran pernapsan bagian bawah
             Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trachea, bronchus, segmen bronchi, dan bronkhiolus. Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
Trakhea
             Takhea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin. Trachea dilapisi oleh selaput lendir dan terdapat epithelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
Brokhus
             Brokhus merupakan kelanjutan dari trachea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Bronchus bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronchus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan bronchus kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
Bronkiolus
            Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
        1. Paru-paru
             Paru-paru merupakan salah satu organ utama dalam sisem pernapasan. Paru-paru terletak di dalam rongga toraks seetinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung yang berbentuk kerucut beserta pembuluh darahnya. Bagian puncak paru-paru disebut dengan apeks.
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura. Pleura tersebut ada dua macam yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Di antara kedua pleura tersebuut terdapat cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.keberadaan cairan tersebut ditujukan untuk melindungi paru-paru.
Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastic dan berpori. Paru-paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Proses Oksigenasi
           Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
            1.   Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
    1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,  maka tekanan udaranya semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tempat tersebut maka tekanan udaranya semakin tinggi.
    2. Adanya kondisi jalan napas yang baik. Jalan napas tersebut dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf tersebut terdiri atau sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Terjadinya rangsanga simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, sedangkan kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehinggiksia dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. Adapun baiknya kondisi jalan napas dapat disebabkan oleh adanya peran mucus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Selain itu, baiknya kondisi jalan napas juga dipengaruhi oleh adanya reflex batuk dan muntah.
    3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. Kemampuan paru-paru untuk mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksinya paru-paru. Apabila compliance baik, tetapi recoil terganggu. Gas CO2 tidak dapat keluar secara maksimal. Compliance dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya surfaktan dan adanya sisa udara. Surfaktan pada lapisan alveoli diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas. Surfaktan tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaaan. Sedangkan adanya sisa udara menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
                      Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh proses ventilasi. Hal tersebut karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapsan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan. Bila PaCO2  ≤ 80 mmHg, maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi
              Difusi gas merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


            a.  Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli interstisial. Keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan. Makintebal membrane, maka proses difusi makin sulit.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah secara berdifusi karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi daripada tekanan O2 dalam darah vena pulmonali. Sedangkan CO2 dari arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
           3. Transportasi
              Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma  (3%). Sedangkan CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a.       Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi   denyut jantung.
b.        Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktivitas seperti olahraga, dan lain-lain.


       Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
         1. Saraf otonom
              Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kntriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpitis. Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhodilatasi; sedangkan parasimpatis mengeluarkan asetikolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik pada saluran pernapasan (Gambar 2.2.1)
 













              Gambar 2.2.1 Pengaruh saraf otonom terhadap oksigenasi

       2. Hormonal dan Obat
              Semua hormone termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti Sulfas Atropin. Ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
       3.  Alergi pada saluran napas
              Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal; batuk apabila rangsangannya di saluran napas bagian atas; bronkhokontriksi terjadi pada asma bronkhiale; dan rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran napas bagian bawah.
      4.  Faktor perkembangan
              Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature dengan adanya kecenderungan kurang pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi dewasa, kematangan organ terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
      5.  Faktor lingkungan
              Kondisi lingkungan yang dapat me mengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
       6.  Faktor perilaku
            Perilaku yang dimaksud di antaranya adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi makanan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti obesitasnya seseorang yang memengaruhi proses pengembangan paru-paru. Sedangkan merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah.
       Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
       1. Hipoksia
             Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
      2.  Perubahan pola pernapasan
a. Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Badipnea merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang disertai narkotik atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolism tubuh yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini ditandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi, ketidakseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis. Pasien dengan hiperventilasi dapat mengalami hipokapnea, yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kussmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen. Tidak cukupnya oksigen untuk digunakan ditandai dengan adanya nyeri kepala; penurunan kesadaran; disorientasi atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis; otot-otot pernapasan lumpuh; depresi pusat pernapasan; peningkatan tahanan jalan udara pernapasan; penurunan tahanan jaringan paru-paru dan toraks; serta penurunan compliance paru-paru dan toraks. Keadaan demikian menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga PaCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) dan akhirnya mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan sesak napas dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Ortopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru-paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
i.  Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes,akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pernapasan ini ditandai dengan periode apnea tak beraturan, bergantian dengan periode pengambilan empat atau lima napas yang kedalamannya sama. Pola ini sering dijumpai pada pasien dengan radang selaput otak, peningkatan tekanan intracranial, trauma kepala, dan lain-lain.
k.  Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.
       3. Obstruksi jalan napas
              Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan baik secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh  secret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi; immobilisasi; stasis sekresi; serta batuk tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akiabat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda klinis
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan secret di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

       4. Pertukaran gas
              Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan sitem vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau immobilisasi akibat penyakit sitem saraf; depresi susunan saraf pusat; atau penyakit radang paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang tidak baik.
Tanda klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vascular paru-paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2.
g. Sianosis.
    Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi
       1. Latihan napas
             Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress.
Prosedur Kerja;
1. Cuci tangan.
2.  Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi (duduk atau tidur terlentang).
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup.
5. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
6.  Cacat respons yang terjadi.
7.  Cuci tangan.
        2. Latihan batuk efektif
             Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing.
Prosedur Kerja:
1.     Cuci tangan.
2          Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3          Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
4          Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan pernapasan diafragma.
5          Setelah itu, tahan napas selama ± 2 detik.
6          Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.
7          Tarik napas dengan ringan.
8          Istirahat
9          Catat respons yang terjadi.
10      Cuci tangan.
        3. Pemberian oksigen
               Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melaui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan:
1 Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifler.
2 Nasal kateter, kanula, atau masker.
3 Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly).
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Cek flowmeter dan humidifler.
4. Hidupkan tabung oksigen.
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kindisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu beri lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan.
        4. Fisiologi dada
              Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Pot sputum berisi desinfektan.
2. Kertas tisu.
3. Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage).
4. Satu bantal (untuk postural drainage).
Prosedur Kerja:
Postural drainage
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Miringkan pasien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan).
4. Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri).
5. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah).
6. Lakukan postural drainage ± 10-15 menit.
7. Observasi tanda vital selama prosedur.
8. Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction.
9. Lakukan hingga lendir bersih.
10. Catat respons yang terjadi.
            11. Cuci tangan.
Clapping
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendir bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.
Vibrating
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien untuk mengeluarkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dan cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendirr bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.
        5. Pengisapan lendir
              Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan.
2. Kateter pengisap lendir.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
1 Cuci tangan.
2 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksankan.
3 Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kea rah perawat.
4 Gunakan sarung tangan.
5 Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap.
6 Hidupkan mesin penghisap.
7 Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8 Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak menghisap.
9 Tarik leendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik.
10 Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%5.
11      Lakukan hingga lendir bersih.
12      Catat respons yang terjadi.
13      Cuci tangan.

     2.3 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
           KEBUTUHAN NUTRISI
           Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas.
       Saluran Pencernaan
1.      Mulut
            Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi: serta bagian yang terdiri atas rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui proses mengunyah. Dalam prosesnya, makanan akan dihancurkan sampai merata dengan bantuan enzimamilase yang akan memecah amilum menjadi maltose. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang terkoordinasi antara lidah, gigi, dan otot-otot mengunyah. Didalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk mencerna hidrat arang, khususnya amilum dan melicinkan bolus sehingga mudah ditelan. 
2.      Faring dan Esofagus
            Faring merupakan bagian pencernaan yang terletak dibelakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vertebrae servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yyang memiliki otot dengan panjang ± 20-25 cm yang terletak di belakang trachea dan di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
            Esofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm. kedua ujungnya dilindungi oleh sphincter. Dalam keadaan normal sphincter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ bagian atas, yaitu esofagus. Proses penghantaaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltik.
3.      Lambung
            Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dn bagian bawah yang horizontal (antrum pilorik). Lambung ini berhubungan langsung dengan esofagus melaluli orifisium kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas. Lambung memiliki fungsi sebagai berikut:
a.       Fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah makanan menjadi partikel kecil, dan mencampurnya dengan asam lambung.
b.      Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsinogen rennin, dan lipase. Pepsinogen di aktifkan oleh HCL menjadi pepsin yang dapat memecah protein menjadi proteosa an pepton.
4.      Usus Halus
            Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang ± 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi ± 6 m pada orang yang telah meninggal akibat relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang ± 25 cm, jejunum dengan panjang ± 2 m, dan ileum dengan panjang ± 1 m atau 3/5 akhir dari usus.
            Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili, kira-kira 4-5 juta yang membentuk mukosa yang menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili, terdapat tonjolan yang menyerupai jari – jari yang disebut dengan mikrovili. Vili bersama-sama dengan mikrovili dan valvuva kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalagi isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.
            Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter dengan fugsi sebagai pelindung terhadap infeksi. Di dalam ileum, nodula ini membentuk tumpukan kelenjar yang terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.
            Pada umumnya, fugsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung. Zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus, yakni pada duodenum. Di sini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D: serta vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
5.      Usus Besar
            Usus besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus, mulai dari katup ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya makanan. Kolon memiliki panjang ± 1,5 m. kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Kolon asenden merupakan bagian kolon yang berjalan ke atas dari sekum ke pleksura. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedangkan tempat kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis. Kolon desenden merupakan bagian kolon yang berjalan ke bawah dari fleksura sampai kolon sigmoid. Kolon berakhir ditektum yang panjangnya kira-kira 10 cm dan kemudian pada saluran anal.
            Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (± 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air ± 5000 cc/hari, kemudian flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B, serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
     Organ Asesoris
       Organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pancreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.
1.      Hati
             Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati memiliki berat ± 1500 gr (kira-kira 2,5% orang dewasa) terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma.
             Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri, yang dipisahkan oleh ligament falsiformis. Pada libus kanan bagian belakang, terdapat kantong empedu dengan sel yang yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Selain itu, hati berfungsi dalam menghasilkan cairan empedu, membuat sel darah merah, dan menyimpan glikogen.
2.      Kantong empedu
             Kantong empedu merupakan sebuah kantong yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai di pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm, dengan kapasitas 40-60 cm3. Kantong empedu memiliki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus  yakni sebelah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membrane mukosa.
             Fungsi dan kantong empedu adalah sebagian tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu dengan member pH yang optimum, dan mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh. Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol, pigmen fospolipid, dan sedikit protein.


3.      Pankreas
             Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama sepertii kelenjar ludah dengan memiliki panjang ± 15 cm. pancreas terdiri atas bagian kepala pancreas, badan pancreas, dan bagian ekor pankreas.
             Pankreas memiliki dua fungsi, yakni fungsi eksokrin dan fungsi endokrin. Fungsi endokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori, membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Sedangkan fungsi endokrin tersebar di antara alveoli pankreas.
     ZAT GIZI
                   Zat gizi (nutrient) merupakan zat yang terdapat di dalam makanan, yang terdiri atas:
1.      Karbohidrat
            Karbohidrat merupakan zat gizi berbentuk amilum. Di mulut, amilum diubah menjadi maltose oleh enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Zat tersebut kemudian diteruskan ke lambung. Dari lambung hidrat arang dikirim terus ke usus dua belas jari dan sisa amilum yang belum diubah menjadi maltose oleh amylase pancreas ini diubah seluruhnya menjadi maltosa. Usus halus mengeluarkan getah usus halus yang  mengandung musin dan enzim-enzim, seperti enzim maltose, enzim sukrase, serta enzim lactase, enzim maltase yang bertugas mengubah maltose menjadi dua molekul glukosa. Enzim sukrase mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Enzim lactase bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
            Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/dimakan ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut di dalam air, sehingga dapat diserap melewati dinding usus/mukosa usus mengikuti hukum difusi osmosis yang tidak memerlukan tenaga dan langsung memasuki pembuluh darah.
2.      Lemak
            Pencernaan lemak dimulai dalam lambung karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah untuk kemudian tiba di hati. Sintesis kembali lemak menjadi seperti aslinya terjadi di dalam saluran getah bening.
            Penyerapan lemak dalam bentuk gliserol dan asam lemak. Gliserol diserap secara pasif, sedangkan asam lemak yang teremulsi ini mampu diserap melewati dinding usus halus. Tidak semua lemak dapat diserap. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penyerapan lemak dilakukan dengan cara aktif selektif.
3.      Protein
            Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease terdapat dalam lambung. Enzim protease yaitu berupa pepsin yang mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton. Selanjutnya, diubah menjadi asam amino dan diserap oleh dinding usus.
            Dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang berasal dari pancreas yang berfungsi mengubah sisa protein yang belum sempurna untuk diubah menjadi albuminosa dan pepton.
4.      Mineral
            Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral lendir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, mneral diserap dengan mudah melalui dinding usus secara difusi pasif maupun tanspor aktif. Mekanisme transpor aktif terjadi jika kebutuhan tubuh meningkat atau diet yang rendah kadar mineralnya. Mekanisme transpor aktif ini diatur oleh hormon.
Tabel 2.3.1 Jenis Mineral, Sumber, dan Fungsi
Jenis
Mineral
Sumber
Fungsi
Kalsium



Fosfor


Yodium


Besi


Magnesium




Zinc

Susu



Telur, daging, dan susu


Garam beryodium dan makanan laut.

Hati, telur, daging


Biji-bijian, susu, dan daging.



Makanan laut dan hati
Pembentukan gigi dan tulang, aktivitas neuromuscular, koagulasi (penggumpalan darah).
Sebagai penyangga pembentukan gusi dan tulang.
Pengaturan metabolisme tubuh, memperlancar pertumbuhan.
Komponen hemoglobin,
membantu oksidasi dalam sel.
Membantu kegiatan neuromuscular, pengaktifan dalam sel, serta pembentukan gigi dan tulang.
Sebagai bahan pembentuk
enzim dan insulin.





5.      Vitamin
            Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transpor aktif yang membawa lemak ke seluruh tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa variasi mekanisme transport aktif.
Tabel 2.3.2 Jenis Vitamin, Sumber, dan Fungsi
Jenis Vitamin
Sumber
Fungsi
Vitamin A (retinol)






Vitamin B1 (tiamin) larut dalam air




Vitamin B2 (riboflavin) larut dalam air





Vitamin B3 (niasin)




Vitamin B6 (piridoksin)





Vitamin B12 ( sianikobalamin)




Vitamin C (asam askorbat)







Vitamin D (kalsicerol)






Vitamin E (alfa tokoperol)


Vitamin (biotin)



Vitamin K (koinon)
Lemak hewani, mentega,
keju, kuning telur, susu lengkap, mineral hati ikan, dedaunan hijau, buah yang kuning, dan sayuran.

Ikan, daging ayam tak berlemak, kacang-kacangan, serta susu.




Telur, sayuran daun hijau, daging tak berlemak, susu, dan bijian lengkap.




Daging tak berlemak, hati, ikan, kacang-kacangan, bijian lengkap, dan hati.


Biji-bijian, sayuran, daging, pisang.





Hati dan ginjal, susu, daging tak berlemak, susu, ikan, dan kerang laut.


Buah, jus jeruk, tomat, buah beri, kubis, sayuran hijau, dan kentang.





Minyak hati ikan, susu, kuning telur, mentega, hati, kerang, atau terbentuk di kulit akibat pemanasan sinar matahari.


Sayuran daun hijau.



Kuning telur, sayur hijau, susu, hati, dan ginjal.

Hati, telur, dan sayuran daun hijau.
Membantu dalam pertumbuhan sel tubuh,penglihatan, kulit rambut yang sehat, integritas membrane epitel, dan mencegah xeroptalmia.

Metabolisme karbohidrat, membantu kelancaran system persarafan, dan mencegah beri-beri atau penyakit yang ditandai neuritis.

Membantu dalam pembemtukan enzim, pertumbuhan, dan membantu mata dalam beradaptasi terhadap cahaya.


Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein ; komponen enzim ; serta mencegah menurunnya nafsu makan.

Membantu kesehatan gusi dan gigi, pembentukan sel darah merah, serta metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

Metabolisme protein, pembentukan sel darah merah, kesehatan jaringan, mencegah anemia.

Kesehatan tulang, gigi, dan gusi; pembentukan dinding pembuluh darah dan pembuluh kapiler; kesembuhan jaringan dan tulang; memudahkan penyerapan zat besi dan asam folat.

Penyerapan kalsium dan fosfor; mencegah rakhitis.





Pembentukan sel darah merah dan melindungi asam amino utama.

Kegiatan enzim; serta metabolisme karbohidrat dan protein.

Produksi protombin.




6.      Air
            Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh manusia terdiri kira-kira 50-70% air. Asupan air secara teratur sangat penting dibandingkan dengan asupan nutrisi lain.
            Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar daripada orang dewasa. Semakin tua usia seseorang, maka proporsi air tubuhnya semakin berkurang. Pada orang dewasa, asupan cairan berkisar antara 1200-1500 cc per hari, walaupun sering dianjurkan 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air dapat masuk ke tubuh melalui makanan lain berkisar antara 500-900 cc per hari. Di samping itu, juga dapat diperoleh dari hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan air akan makin meningkat jika terjadi peningkatan kehilangan air, misalnya berkeringat, muntah, diare, atau adanya gejala dehidrasi.
      KESEIMBANGAN ENERGI
            Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas yang dapat diukur melaui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai asupan zat gizi di antaranya protein, karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan dalam tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori dasar/basal, dan tingkat aktivitas.
                        Rumus = berat badan ideal x 10
                                                                KKB
Keterangan : KKB = kebutuhan kalori basal
Kemudian dilihat dari tingkat aktivitas, maka rumusnya seperti dalam tabel berikut:
Tingkat Aktivitas
Kebutuhan Kalori
Tetap
KKB x 3
Sedang
KKB x 5
Berat
KKB x 10

            Metabolisme Basal
            Metabolisme basal merupakan energi yang dibutuhkan seseorang dalam keadaan istirahat dan nilainya disebut dengan basal metabolism rate (BMR). Nilai metabolisme basal setiap orang berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor usia, kehamilan, malnutrisi, komposisi tubuh, jenis kelamin, hormonal, dan suhu tubuh.
MACAM-MACAM DIET
Diet Wanita Hamil
            Pada wanita, masa hamil merupakan saat di mana zat gizi diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak, secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan saat tidak haamil. Asupan zat gizi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan juga untuk tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Diet Ibu Menyusui
            Masa menyusui juga memerlukan asupan gizi yang baik agar dapat menghasilkan air susu dalam jumlah yang maksimal untuk bayinya.
GANGGUAN/MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN NUTRISI
1.      Obesitas
                  Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas normal berat badan seseorang. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan asupan kalori dari kebutuhan normal dan diiringi dengan penurunan penggunaan kalori (kurang aktivitas fisik). Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
2.      Malnutrisi
                  Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah meskipun asupan makanannya cukup dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, kulit pucat, konjungtiva, dan lain-lain.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
1.      Pengetahuan
                  Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
2.      Prasangka
                  Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan yang bernilai gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah, tetapi tidak digunakan sebagai makanan sehari-hari karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi tempe dapat merendahkan derajat mereka.
3.      Kebiasaan
                  Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat juga memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah terdapat larangan makan pisang dan percaya bagi para gadis remaja. Padahal makanan itu merupakan sumber vitamin yang baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan. Padahal ikan merupakan sumber protei yang sangat baik bagi ank-anak.
4.      Kesukaan
                  Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus malnutrisi pada remaja karena asupan gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.
5.      Ekonomi
                  Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi.
TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
1.      Pemberian nutrisi melaui oral
                  Pemberian nutrisi melaui oral merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri. Tindakan yang dilakukan adalah dengan membantu memberikan makanan/nutrisi melalui pral (mulut). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pasien.
Persiapan Alat dan Bahan:
1.      Piring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU