A. Persiapan
Berbeda dengan pendekatan pada orang dewasa, agar pemeriksa dapat berkomunikasi dengan baik dengan anak, maka perlu diketahui cara-cara pendekatan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa takut, tidak menangis, dan tidak menolak untuk diperiksa.
Cara pendekatan tergantung umur dan keadaan anak. Kehadiran orang tua penting untuk menghilangkan rasa takut. Pada bayi, yang berumur < 4 bulan biasanya lebih mudah karena bayi belum bisa membedakan orang disekitarnya.
Bayi yang lebih besar akan takut dengan orang yang belum dikenalnya. Pada anak yang lebih besar lagi pendekatan dapat dimulai dengan memberi salam, tanya namanya, sekolahnya, dll. Pada waktu pemeriksaan dapat diceritakan sesuatu yang sesuai dengan tingkat umur anak.
Pada anak yang sakit berat, hal-hal tersebut tidak usah dilakukan, anak dapat langsung diperiksa.
Cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak umumnya sama dengan cara pemeriksaan orang dewasa, yang dimulai dengan :
· Inspeksi (periksa lihat)
· Palpasi (periksa raba)
· Perkusi (periksa ketuk)
· Auskultasi (periksa dengar)
Pada keadaan tertentu urutan pemeriksaan tidak harus demikian.
Ø Pemeriksaan pada bayi atau anak tidur di meja periksa. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang, cahaya yang cukup terang.
Ø Bayi atau naka kecil diperhatikan tanpa pakaian, anak yang lebih besar pakaian dibuka sebagian.
Ø Sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa cuci tangan dengan air hangat, untuk menghindari rasa dingin pada tangan.
Ø Setelah selesai pemeriksaan tangan dicuci kembali. Pada neonatus atau pasien dengan penyakit infeki, tangan dicuci dengan sabun atau cairan antiseptic.
Inspeksi
Dapat dibagi menjadi dua, yaitu
· Inpeksi umum ‘
· Inspeksi local
Pada inspeksi umum : dilihat perubahan secara umum sehingga dapat diperoleh hasil keadaan umum anak.
Pada inspeksi local : dilakukan saat pemeriksaan setempat, dilihat perubahan-perubahan local sampai sekecil-kecilnya. Sering kali perlu perbandingan dengan sisi lainnya.
Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba, menggunakan dengan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak tangan dan jari-jari tangan. Dengan palpasi dapat ditentukan :
·
Bentuk

· Besar ukuran
· Tepi suatu organ
· Permukaan
· Konsistensi
Bentuk organ bisa dinyatakan dengan satuan ukuran atau besaran yang sudah dikenal, misalnya : bola pingpong, telur ayam, dsb.
Permukaan bisa dinyatakan dengan licin, berbenjol-benjol.
Konsistensi bisa dinyatakan dengan lunak, keras, kenyal, kistik, atau berfluktuasi.
Tepi bisa dinyatakan tajam atau tumpul. Bila ada bagian yang sakit maka perabaan dimulai dari bagian yang tidak sakit, baru kemudian ke bagian yang sakit.
Perkusi
Maksudnya pemeriksaan dengan ketuk.
Tujuannnya untuk mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ, misal paru-paru, jantung, hati atau masa di rongga abdomen. Hal ini perlu latihan yang intensif.
Secara garis besar perkusi dibagi menjadi tiga macam :
· Sonor (suara yang terdengar pada perkusi paru normal )
· Pekak (suara yang terdengar pada perkusi otot, missal otot paha atau bahu)
· Timpani ( suara yang terdengar pada perkusi abdomen bagi lambung )
Suara-suara yang terletak diantaranya :
· Redup
· Hipersonor
Auskultasi
Dengan menggunakan stetoskop. Bisa untuk mendengar suara pernapasan, bunyi dan bising jantung peristaltic usus, aliran darah dalam pembuluh darah.
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien.
Hal pertama yang dinilai adalah kesan keadaan sakit.
Hal ini bisa berarti :
· Tidak tampak sakit
· Tampak sakit ringan
· Tampak sakit sedang
· Tampak sakit berat
Selanjutnya kesadaran pasien, bila anak tidak tidur, tingkatkan kesadaran yang dapat dinilai antara lain :
· Compos mentis : sadar sepenuhnya dan reaksi respon adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan.
· Apatik : pasien sadar tapi tampak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar.
Ia akan memberikan respon yang adekuat bila diberikan stimulus.
· Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari apatik, pasien tampak mengantuk, selalu ingin kembali tidur, ia tidak responsive terhadap stimulus ringan, tapi masih memberikan respon terhapad stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi.
· Sopor : pada keadaan ini penderita tidak memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon terhadap stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih positif .
· Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran paling rendah.
· Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, bisa disertai disorientasi, iritatif, dan salah presepsi terhadap rangsangan sensorik sehingga terjadi halusinasi.
Selanjutnya perhatikan juga kelainan-kelainan yang tampak, misalnya :
· Dispone
· Nafas cuci hidung
· Retraksi
· Sianosis
· Ikterus
· Oedema anasarka, dll.
Jenis tangisan anak atau bayi juga perlu diketahui :
· Tangisan yang kuat : karena merasa sakit ketakutan, atau memang mau menagis saja.
· Tangis yang lemah : menunjukan keadaan pasien yang lemah atau sakit cukup berat.
· Cengeng : jenis tangisan lemah tanpa sebab yang jelas sering tampak pada penderita maal nutrisi berat atau penderita penyakit kronik yang menyebabkan keadaan tubuh yang lemah.
Tangisan dengan nada tinggi (high pitched cry) dapat menunjukan terdapatnya tekanan intracranial yang meninggi atau lessi SSP lainnya.
Tangis dengan suara serak menunjukan terdapatnya kelainan pada laring tetani.
Posisi pasien
Perlu juga dinilai, apakah dating dengan benjolan, duduk, tidur aktif atau tiduran pasif. Kadang-kadang dapat diduga adanya paresis, paralysis.
Status gizi
Status gizi penderita juga dinilai :
· Gizi cukup atau baik : bila BB antara 80-120% dari P50 nilai baku dan tidak terdapat oedema.
· Gizi kurang : bila BB anatara 60-80% dari P50 nilai baku serta tidak terdapat oedema.
· Gizi buruk, dibagi menjadi dua:
ü Kwarsiorkor : BB > 60% dari P50 nilai baku dan terdapat oedema.
ü Maramus : BB < 60% dari P50 nilai baku tapi tidak terdapat oedema.
· Maramus/ kwashiorkor : BB < 60% + oedema.
· Gizi lebih : BB > 120% dari P50 nilai baku.
Tanda vital yang harus diperiksa :
A. Nadi
Ø Frekuensinya → paling bagus saat anak tidur. Disertai perhitungan frekuensi jantung juga.
Takikardia terjadi pada :
· Demam
· Aktifitas pisik
· Tirotoksikosis
· Miokarditis
· Dehidrasi
· Renjatan ( shock )
Pada demam kenaikan suhu 1ºC di ikuti oleh kenaikan denyut nadi sebanyak 15-20x/menit.
Pada demam tifoid kenaikan denyut nadi relative sedikit dibandingkan dengan kenaikan suhu ( bradikardi relative ).
Pada demam rematik → kenaikan denyut nadi lebih tinggi dibandingkan kenaikan suhu.
Ø Iramanya → adakah disaritmia : keridakteraturan denyut nadi.
Ø Kualitas nadi → apakah isi nadi cukup atau kurang.
B. Tekanan darah
Tekanan sistolik dan diastolic meningkat pada kelainan ginjal, pada peningkatan TIK (tekanan intra cranial), berfungsi adenal, intoksikasi vitamin A dan D.
C. Pernapasan
Dalam keadaan normal pernapasan bayi sudah abdominal atau diafragmatik. Jika terdapat peranfasa torakal periksa adakah :
Ø Kelainan paru-paru
Ø Anak sangat kembung
Umur 7-8 tahun komponen torakal menjadi per abdominan ( torakoabdominal)
Bayi prematur kadang-kadang ditemukan pernafasan cheyne stokes.
· Cheyne stokes → pernafasan yang cepat dan dalam, di ikuti oleh periode pernafasan yang lambat dan dangkal akhirnya apneu.
· Kusmaul → pernafasan cepat vdan dalam serinbg di temukan pada :
ü Asidasi metabolic seperti dehidrasi
ü Hipotarmi
ü Keracunan salisilat
· Biot → irama pernafasan yang sama sekali tidak teratur. Biasanya merupakan petunjuk terdapatnya penyakit susunan saraf pusat seperti encephalitis atau poliomyelitis bulbaris.
· Takipnue : pernafasan cepat → sering pada berbagai penyakit paru-paru. Pada bayi dan anak jika di dapatkan hasil takipneu merupakan tanda dini gagal jantung.
· Bradipneu: pernafasan lambat → gangguan pusat pernafasan, meningktanya tekanan pernafasan intra karnial ( TIK ), pengaruh obat sedatifa, alkolisis.
· Dispneu : kesulitan bernafas, ditandai oleh pernafasan cuping hidung, retraksisubkostal, interkostal, atau suptrasternal, dapat disertai siarnosis dan takipneu.
· Ortopneu : kseulitan bernafas bila penderita tiduran, yang berkurang bila pasien duduk atau berdiri. Terdapat pada asma, gagal jantung, oedema paru-paru, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar