BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak dahulu hingga sekarang pendidikan selalu
mempunyai peranan penting didalam aspek kehidupan. Disini, pendidikan tidak
hanya sebagai penunjang masa depan untuk manusia,tetapi juga sebagai penunjang
masa depan Bangsa dan Negara. Dengan semakin berkembang dan majunya teknologi
zaman sekarang, menuntut setiap orang untuk berpendidikan dan menuntut kualitas
dari pendidikan itu sendiri. Manusia merupakan objek utama pendidikan, karena
dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan kompetensi yang ia miliki dan
manusia tersebut akan memiliki masa depan yang cerah. Sedangkan didalam suatu
Negara, pendidikan tersebut menjadi faktor pendukung dalam kemajuan
pembangunan.
Yang kita tahu, Indonesia merupakan Negara yang
memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, tetapi pengelolaannya hanya
ditangani oleh orang asing atau perusahaan asing yang datang ke Indonesia, itu
semua terjadi karena sumber daya manusia di Indonesia sangat kurang, sehingga
tidak dapat berbuat apa – apa dan hanya menjadi penonton di Negara sendiri.
Jadi, hal tersebut dapat diubah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, membri
kesempatan kepada semua masyarakat untuk mengenyam pendidikan, serta melakukan
pemerataan pendidikan, dan menjadikan pendidikan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat, khususnya rakyat kecil. Ssehingga dapat melahirkan SDM yang
berkualitas ddan dapat menjadikan Negara tercinta ini sebagai Negara Maju.
Sejak dahulu hingga sekarang, pendidikan selalu mempunyai
peranan penting didalam aspek kehidupan. Yang menentukan maju atau tidaknya
suatu Negara salah satunya adalah Pendidikan, karenanya pendidikan dapat
dikatakan sebagai penunjang masa depan bangsa. Namun kita lihat dulu, apakah
Warga Negara Indonesia sudah dapat mengenyam pendidikan secara keseluruhan,
karena kalau kita lihat di daerah – daerah terpencil, pendidikan disana belum
terlalu efektif. Maka dari itu, sangat diperlukan pemerataan pendidikan
diseluruh wilayah. Sehingga dapat memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada
masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan menjadikan pendidikan sebagai wahana
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang masa depan masa depan bangsa.
Apa gunanya memiliki penduduk yang banyak,jika
kualitas dari penduduk tersebut tidak ada, siapa lagi yang akan mengolah SDA
yang ada di Negara ini kalau bukan kita sebagai anak bangsa, tentunya semua ini
harus ada peranan pendidikan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah
yang dimaksud dengan pemerataan pendidikan ?
Apa
perbedaan proses pendidikan di daerah terpencil, berkembang dan maju ?
Bagaimana
pengaruh pendidikan terhadap masa depan ?
Apa
saja masalah yang dihadapi didalam pemerataan pendidikan ?
Bagaimana
upaya penanggulangan masalah pemerataan pendidikan ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan, saya sengaja mengambil judul
tentang Pendidikan Sebagai Penunjang Masa Depan Bangsa, tujuannya untuk
memberikan pemahaman terhadap pembaca tentang pentingnya Pendidikan, dan
mengulas segala kendala pendidikan sehingga memunculkan sebuah pemecahan agar
dapat diketahui oleh pembaca.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat
bagi pembaca adalah:
untuk menambah wawasan sehingga menumbuhkan
kesadaran dalam dirinya untuk memanfaatkan pendidikan sebagai penunjang masa
depannya serta masa depan bangsa.
membangkitkan semangat pembaca dalam mengenyam pendidikan,
walaupun keadaan wilayah dan kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Tapi
semangatlah yang akan mengubah semuanya. Dengan semangat, seseorang akan lebih
giat belajar, serius dalam mewujudkan cita – cita, sehingga akan menjadikan dia
berprestasi.
Adapun
manfaat untuk penulis adalah:
untuk
melatih kemampuan didalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan
keterampilan dalam menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber, menjadi satu pemikiran yang matang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mutu
Sekolah Kota Lebih Baik Dari Sekolah di Desa
Bila kita melihat komposisi penduduk Indonesia,
sebagian besar masih tinggl di pedesaan. Data terakhir menunjukkan penduduk
desa sebesar 56% dan penduduk kota sebesar 44%. Dengan komposisi tersebut maka
dengan mudah kita menyatakan lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di
desa-desa.
Desa biasanya identik dengan keterbatasan fasilitas,
keterbatasan tingkat perkembangan ekonomi dan minimnya fasilitas pelayanan
publik baik yang disediakan negara maupun masyarakat. Tidak mengherankan banyak
warga desa akhirnya pergi ke kota untuk memperbaiki perikehidupannya atau untuk
bisa memperoleh layanan publik yang lebih baik seperti mengikuti pendidikan dan
memperoleh layanan kesehatan.
Ketika sekarang bermunculan sekolah berstandar
internasional, untuk menunjukkan kebermutuan sekolah semuanya dibangun di kota.
Begitu juga dengan sekolah-sekolah yang oleh publik diakui sebagai sekolah
bermutu umumnya ada di perkotaan. Sekolah-sekolah negeri yang dikategorikan
sekolah favorit atau sekolah yang diakui bermutunya, kebanyakan di kota.
Padahal bila pembangunan kita hendak berorientasi
untuk mengembangkan pedesaan, sekolah-sekolah bermutu seharusnya lebih banyak
dibangun di desa-desa. Karena memang lebih dari separuh penduduk tinggal di
kawasan pedesaan tersebut.
Dunia pendidikan kita memang masih sangat
berorientasi kota. Bukan hanya lulusannya yang dipersiapkan untuk mengisi
jabatan pekerjaan di kota. Melainkan lokasinya juga bertumpuk di kota-kota.
Bila hendak memajukan kehidupan bangsa ini, tentunya
perlu dipertimbangkan untuk membangun lebih banyak sekolah bermutu di pedesaan.
Bila RSBI atauy SBI menunjukkan kebermutuan sekolah, maka seyogyanya lebih
banyak RSBI/SBI sejak jenjang dasar sampai menengah dibangun di pedesaan (Yosal
Irantara).
2.2 Satu Guru Mengajar Semua itu Biasa
Papua Barat masih kekurangan tenaga pendidik,
khususnya untuk sekolah dasar. Masalah pendidikan ini ditambah kualitas dan
mentalitas guru yang rendah. Kepala Dinas Pendidikan Papua Barat Yunus Boari,
Rabu (14/9/2011), mengakui masih banyak sekolah dasar di pedalaman atau
pinggiran kota yang kekurangan guru.
Sering dijumpai, seorang guru mengajar dua sampai
tiga kelas. Bahkan, seorang guru SD mengajar enam kelas sekaligus. Kondisi ini
tak banyak berubah sejak 20-30 tahun lalu.
“Hal ini sudah biasa terjadi di Papua. Tidak ada
guru yang mau ditempatkan di pedalaman. Jadi, satu sekolah hanya ada satu atau
dua guru saja,” kata Yunus.
Dinas Pendidikan Provinsi Papua tak punya wewenang
untuk menangani hal ini karena yang bertanggung jawab ialah dinas di tingkat
kabupaten. Penyediaan dan kebutuhan guru ditangani oleh dinas pendidikan di
tiap kabupaten guru.
Dinas Pendidikan Papua Barat akan menyiapkan
pendidik, yakni guru kontrak, jika ada permintaan dari bupati atau dinas
pendidikan di tingkat kabupaten/kota.
Sayangnya, Yunus mengakui, jumlah tenaga pendidik
yang tak merata dan minim ini ditambah tingkat disiplin guru yang rendah.
Sering kali ditemui, guru tidak mengajar selama seminggu lebih tanpa alasan
yang jelas. Guru di daerah pedalaman itu lebih suka menghabiskan waktu di kota
daripada di desa.
Belum ada solusi tegas yang dilakukan meski sudah
ada aturan dan sanksi bagi pegawai negeri sipil yang mangkir. “Guru mangkir ini
juga jadi masalah kami, tapi belum ada tindakan dari dinas. Upaya yang mungkin
akan kami lakukan ialah memberi pelatihan membangun karakter bagi para guru,”
ujarnya.
2.3 Guru
Lebih Suka di Kota Dari Pada di Desa
Antonia Korain, 42 tahun, seorang guru di pedalaman
(guru sekaligus kepala sekolah SD di Kampung Mosun, Distrik Aifat Utara,
Kabupaten Maybrat, Papua Barat.)
Program sertifikasi menambah alasan bagi guru untuk
pergi ke kota. Sekarang ini banyak guru yang melanjutkan kuliah untuk mengejar
titel. Tapi sayangnya banyak guru
kemudian tidak mau lagi ditempatkan di pedalaman. Sementara guru yang bertugas di pedalaman
akhirnya juga lebih banyak pergi ke kota dan meninggalkan kewajiban
mengajarnya.
Seperti yang sudah saya sampaikan, tidak mudah hidup
sebagai guru di pedalaman. Itulah mengapa banyak guru lebih suka tinggal di
kota. Tapi saya sendiri memilih untuk bertahan di pedalaman. Ada alasan kuat
yang membuat saya bisa bertahan mengajar di sekolah pedalaman. Salah satunya
adalah keberlangsungan pendidikan anak-anak di kampung. Saya berpikir, kalau
saya yang orang asli pedalaman saja tidak mau berkorban untuk menjadi guru di
pedalaman, lalu siapa lagi yang mau mendidik anak-anak kami. Lagipula orang tua
saya yang asli dari kampung sini butuh perhatian saya. Mereka sudah tua dan
tidak kuat lagi bekerja. Ini pula yang membuat saya tetap bertahan mengajar di
kampung.
“Yah begitulah kisah hidup saya sebagai guru SD di
pedalaman. Semua serba terbatas. Saya
sendiri bermimpi suatu saat nanti nasib guru akan berubah seperti yang terjadi
di negara-negara lain. Konon khabarnya, di negara lain guru mendapatkan
perhatian penuh dari pemerintah, terutama guru SD. Konon katanya juga di negara lain peran guru
SD dianggap sangat penting dalam sistem pendidikan. Peran penting guru SD bisa
diibaratkan pandai besi yang dapat mengubah besi menjadi parang. Tapi di negara
ini saya merasakan, guru – terlebih guru SD – benar-benar tidak dihargai.”
2.4
Fasilitas Sekolah di Desa dan Kota Harus Sama
PALANGKARAYA–BN: MASIH terjadinya ketimpang-an
pemberian fasilitas antara sekolah di kota dan di desa, membuat Wakil Ketua
DPRD Kota Palangkaraya, Srio Sako, angkat bicara. Menurut dia, semua sekolah,
baik itu tingkat dasar maupun- menengah wajib mendapat fasilitas yang sama
untuk menunjang proses belajar dan mengajar.
Sebagai contoh, fasilitas seperti alat peraga untuk
praktek anak didik. Faktanya, fasilitas (alat praktek siswa) untuk sekolah di
desa belum seluruhnya ada. Justru, sekolah di perkotaan lebih diprioritaskan
oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) .
Padahal, Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Sekolah
telah mengintruksikan sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas segera dilengkapi.
Namun hingga sekarang belum seluruhnya direalisasikan dengan alasan
keterbatasan anggaran.
Karena itu, Sako, mendesak Disdikpora Palangkaraya
agar segera menerapkan Permendagri itu. “Jika tidak ada dana, bisa kita
bicarakan bagaimana solusinya. Jika tahun ini tidak ada, ya kita alokasikan
tahun depan, tapi minimal dinas itu harus kordinasi dengan dewan,” tegas Sako,
kemarin.
Selain fasilitas, kata Sako, standar minimal dalam
Permendagri itu tidak memperbolehkan satu ruang kelas diisi lebih dari 36 siswa.
Begitu juga kebutuhan guru tidak boleh berlebihan, khususnya di kota, sementara
di pedesaan justru kekurangan guru
seperti di Kelurahan Bukit Suai.
“Saat reses, kami mendapat informasi salah satu
sekolah di Kelurahan Bukit Suai kekurangan fasilitas , termasuk guru,”
tuturnya. Dia berharap Disdikpora segera
mendata sekolah, baik negeri maupun swasta yang masih kekurangan fasilitas dan
guru harus diprioritaskan tahun depan. (RI/I-2).
2.5 Kemauan Keras anak-anak Desa terpencil Untuk
mendapatkan pendidikan.
Pendidikan yang layak merupakan harapan bagi setiap
siswa, guru, maupun orang tua siswa. di kota-kota besar di bangun gedung-gedung
pencakar langit yang membuat mata kita tercengang untuk melihatnya, ditambah
lagi akan dibangunnya gedung DPR yang baru dengan jumlah angka yang WAH… namun
miris sekali jika kita harus melihat pendidikan dan gedung sekolah yang tidak
jauh berbeda dari kandang kambing. Namun walaupun demikian siswa-siswi yang
berkeinginan yang besar yang dimiliki siswa tersebut tidak di barengi dengan
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, semoga mereka tidak selamanya
bersekolah di dinding bambu dan lantai tanah, semoga mereka dapat merasakan
sekolah yang layak, dan tercapai cita-cita yang mereka harapkan bersekolah
tetap memiliki semangat yang besar untuk mencapai cita citanya. seperti
terlihat di gambar, sekolah tersebut hanya berdinding bambu dan berlantaikan
tanah, sekolah tersebut berada di dusun Sakan, kecamatan nanga mahap, kabupaten
sekadau, kalimantan barat.
BAB
III
KAJIAN
TEORI
3.1 Pengertian Pemerataan Pendidikan
Masalah Pemerataan Pendidikan adalah persoalan
bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya
kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembangunan SDM untuk menunjang pembangunan.
Masalah Pemerataan Pendidikan timbul apabila masih
banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung
didalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas yang
tersedia. Pada masa awalnya, ditanah air kita pemerataan pendidikan itu telah
dinyatakan didalam Undang – undang No.4 tahun 1950 sebagai dasar – dasar
pendidikan dan pengajaran disekolah pada abad XI pasal 17 :
“ Tiap – tiap
warga Negara RI mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu
sekolah jika syarat – syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran
pada sekolah itu dipenuhi “.
Jadi, seorang warga Negara mempunyai hak yang sama
dengan warga Negara yang lainnya untuk diterima menjadi murid suatu sekolah,
apabila sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pendidikan dan pengajaran di
sekolah itu, maka dia berhak untuk sekolah disitu. Syarat tersebut seperti
sudah memasuki usia sekolah, hal ini sudah dicanangkan dalam UU No. 4 tahun
1950 dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI. Pasal 10 ayat 1, menyatakan :
“ Semua anak yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan
belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun lamanya “.
Pada zaman dulu, anak berumur 6 tahun itu sudah berhak
untuk belajar di sekolah dan 8 tahun sudah diwajibkan, sedikitnya 6 tahun
lamanya,artinya hanya tamat SD. Dan program pemerintah sekarang itu mewajibkan
belajar 9 tahun, bahkan tahun ini menteri pendidikan dan kebudayaan sedang
merintis program wajib belajar 12 tahun. Sekolah – sekolah sekarang juga tidak
hanya untuk anak usia 6 tahun, tetapi sudah ada sekolah – sekolah untuk anak
usia 4 tahun dan 3 tahun, yaitu untuk 4-5 tahun ad ataman kanak – kanak serta
>2->3 tahun ada Paud (Pendidikan Anak Usia Dini).
3.2 Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan jalannya suatu sistem
pendidikan yang lebih menekankan pada praktek, haal ini menyangkut kegiatan
belajar dan mengajar. Tetapi, proses pendidikan ini terkadang berbeda, bedanya
dimana? Perbedaan ini terletak pada keadaan tempat suatu lembaga pendidikan itu
sendiri yakni Sekolah. Proses pendidikan antara Kota dan Desa itu sangat
berbeda, terlebih lagi pada daerah terpencil. Berikut ini akan kita bahas
proses pendidikan di Kota dan di Desa.
a. Proses
Pendidikan Kota
Kalau kita lihat, fasilitas yang ada di tiap – tiap
sekolah di kota dapat dikatakan sudah lengkap. Mulai dari gedung sekolah, para
pengajar, fasilitas computer, fasilitas laboratorium, fasilitas olahraga, dan
sebagainya. Mungkin, kesemuanya ini tidak lepas dari biaya administrasi yang
begitu mahal saat pendaftaran, dan pungutan – pungutan biaya lainnya dari
siswa. Tidak heran siswa – siswanya memiliki pemikiran yang maju, keterampilan
dan bakat, dibandingkan dengan para siswa – siswa desa.
b. Proses
Pendidikan Desa
Kalau fasilitas yang ada di sekolah – sekolah kota
begitu lengkap, maka fasilitas sekolah desa malah sebaliknya. Begitu banyak
fasilitas yang belum terpenuhi, seperti Perpustakaan, Lab. Komputer, Lab. IPA,
Seni, Para pengajar, yang paling utama adalah Guru, sekolah – sekolah yang ada
di pedesaan terkadang kekurangan guru, bahkan ada satu orang guru sudah
merangkap pelajaran di bidang studi yang bukan keahliannya, ini menyebabkan
proses pendidikan di sekolah itu tidak berjalan dengan baik, apalagi pada
daerah terpencil, yang menjadi guru disitu biasanya hanya sukarelawan.
Jadi, bagaimana pengetahuan siswa desa bisa seperti
siswa kota, jika kondisi proses pendidikannya
seperti ini. Apalagi masalah keterampilan, minat, dan bakat siswa, jika
fasilitasnya kurang lengkap, tentu saja manat dan bakat siswa tidak akan
berkembang bahkan bisa saja akan hilang, pada akhirnya menimbulkan rasa tidak
percaya diri dan tidak memiliki ketrampilan. Beruntunglah bagi desa yang sudah
berkembang, aka nada sedikit kemajuan, tapi bagaimana dengan desa
terpencil? Semua ini akan terselesaikan
dengan adanya pemerataan pendidikan dalam artian pemerataan pembangunan,
pemerataan pengajar, dan pemerataan fasilitas pendidikan.
BAB
IV
MASALAH
PEMERATAAN PENDIDIKAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN
4.1 Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang
penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada
SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui
berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia, baik mereka itu nantinya
berperan sebagai produsen maupun
konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap
pembangunan. Namun itu semua tidak akan terwujud jika masih terdapat masalah
dalam pemerataan pendidikan di desa apalagi di desa terpencil. Berikut ini
beberapa masalah dalam pemerataan pendidikan:
1. Akses
Transportasi
Masalah ini merupakan sesuatu yang sering terjadi di
daerah terpencil, yang menyebabkan kesulitan dalam memberikan bantuan berupa pembangunan gedung sekolah dan
pemberian fasilitas lainnya. Seperti tidak adanya jembatan penghubung antara
desa yang satu dengan desa terpencil. Dan hal ini, membuat anak-anak sekolah
yang berada di desa terpencil tersebut harus menyebrangi sungai, yang bisa saja
akan berakibat fatal pada diri mereka.
2.
Kurangnya Tenaga Pengajar
Guru merupakan sesuatu yang utama dalam hal belajar
dan mengajar. Fasilitas hanyalah pelengkap, jika tidak ada guru pasti kegiatan
belajar siswa tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Namun, fakta sekarang
banyak guru-guru yang tidak mau mengajar di desa apalagi di pedalaman,
kebanyakan dari mereka lebih suka di kota. Jadi bagaimana caranya pemerataan
pendidikan bisa terwujud, jika tenaga pengajarnya saja memilih-milih tempat
untuk menyalurkan ilmu yang mereka miliki.
4.2 Upaya Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Langkah-langka yang ditempuh melalui cara
konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a. Membangun
gedung sekolah seperti SD, menambah ruangan belajar, terutama sekolah di desa
pedalaman.
b. Memparbaiki
fasilitas umum seperti jembatan yang ada di desa pedalaman, agar mempermudah
akses transportasi.
c. Menggunakan
gedung sekolah untuk double shift (system pergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan,
utamanya untk pendidikan dasar ialahmembangkitkan kemauan belajar bagi
masyarakat/keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
a. System
pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru). System tersebut dirintis di Solo dan
didiseminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD
kecil pada daerah terpencil
c. System
guru kunjung
d. Setiap
tahun harus ada tambahan guru disetiap sekolah di desa.
e. SMP
Terbuka
f. Kejar
paket A dan B.
g. Belajar
jarak jauh, seperti universitas terbuka.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Simpulan
Setiap warga Negara harus mempunyai pendidikan dami
masa depan dirinya dan juga masa depan dirinya dan juga masa depan bangsa dan
Negara. Jika masih ada warga Negara yang sudah memasuki usia sekolah, tetapi
belum mengenyam pendidikan maka ia wajib untuk bersekolah. Tetapi jika ada yang
belum bisa mengenyam pendidikan itu artinya pemerataan pendidikan belum
terwujud dengan baik. Masalah pendidikan ini bisa diatasi dengan membangun
gedung sekolah di daerah-daerah terpencil, memberikan bantuan kepada keluarga tidak
mampu agar mereka juga mempunyai kesempatan yang sama dalam mengeyam
pendidikan.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan
penyediaan memperoleh kesempatan
pendidikan didasarkan atas pertimbangan factor kuantitatif, karena kepada
seluruh warga Negara perlu diberikan bekal dasar yang sama. Pada jenjang
pendidikan menengah terutama pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan
pemerataan didasarkan atas pertimbangan
kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak , keperluan tenaga
kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan teknologi.
Agar tercapai keseimbangan antara factor minat dengan kesempatan memperoleh
pendidiikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai
bidang-bidang pekerjaan, keahlian , dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam
pembangunan, utamanya, bagi bidang-bidang yang baru dan langkah.
5.2 Saran
Bagi pembaca yang
membaca karya tulis ilmiah ini agar lebih memacuh semangat untuk tetap
belajar dan member motivasi kepada orang lain, supaya sama-sama untuk
mewujudkan pemerataan pendidikan dengan baik. Dan saya sarankan untuk para
calon guru agar tidak memilih-milih tempat untuk menyalurkan pengetahuan yang
dimiliki, entah itu di perkotaan maupun dipedesaan. Sesungguhnya masih banyak
saudara-saudara kita yang belum mengenyam pendidikan secara efektif, karena
factor kurangnya tenaga pengajar di daerah mereka, apalagi daerah terpencil.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Drs. H. dan Uhbiyati, Nur, Dra.
2003. ilmu pendidikan. Cet. Kedua. Jakarta: P.T
Rinekacipta
Tirtarahardja, Umar, prof. dr. dan Sulo, La.L.S, Drs.
2008. pengantar pendidikan.cet.kedua. Jakarta: P.T
Rineka cipta Share Yosal, Irantara
";lette�+ai �@��>BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
|
Selama dua
minggu setelah ibu melahirkan, kolostrum secara bertahap akan berubah
menjadi ASI matur. Selama masa transisi ini, volume ASI akan meningkatdengan
pesat, sementara konsentrasi antibodi akan berkurang, tetapi bukan
berartihilang. Selama bayi Anda mengkonsumsi ASI, ia akan tetap mendapat
vaksingratis yang akan melindunginya dari serangan berbagai virus dan bakteri.
B.
Saran
Dalam
penyusunan makalah ini banyak hambatan penulis alami namun berkatdukungan dari
semua pihak makalah yang berjudul Pentingnya Susu Kolostrum PadaBayi Pasca
Melahirkan ini dapat diselesaikan. Olehnya itu saran yang dapat penulissumbangkan
untuk karya ilmiah ini ialah teruslah n jangan lelah untuk melakukaninisiasi
menyusui sejak dini. Setiap kita manusia menginginkan kesehatan yang
baik sekarang dan yang akan datang. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2009.
Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif
dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedoteran. Jakarta: Media Aesculapius.Brooker,Christine.
2001. Kamus Saku Keperawatan.
Edisi 31. Jakaeta: EGC.
Doenges,
Marilynn E. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3
. Jakarta:
EGC.http://www.rumahbunda.com/breastfeeding/manfaat-kolostrum-bagi-bayi.htmlPosted
onSunday, May 1st, 2011 at 10:15 PMhttp://vet02ugm.wordpress.com/2010/08/22/colostrum-kolostrum.htmlPosted: August 22,2010 by v et02ugm
In Article http://ninahasilah.multiply.com/reviews/item/18.htmlAug 25, '07 2:24 PMhttp://triakoso.wordpress.com/2009/01/08/pentingnya-kolostrum-bagi-neonatus.html Januari 8, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar