karya Ilmiah Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak dahulu hingga sekarang pendidikan selalu mempunyai peranan penting didalam aspek kehidupan. Disini, pendidikan tidak hanya sebagai penunjang masa depan untuk manusia,tetapi juga sebagai penunjang masa depan Bangsa dan Negara. Dengan semakin berkembang dan majunya teknologi zaman sekarang, menuntut setiap orang untuk berpendidikan dan menuntut kualitas dari pendidikan itu sendiri. Manusia merupakan objek utama pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan kompetensi yang ia miliki dan manusia tersebut akan memiliki masa depan yang cerah. Sedangkan didalam suatu Negara, pendidikan tersebut menjadi faktor pendukung dalam kemajuan pembangunan.

Yang kita tahu, Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, tetapi pengelolaannya hanya ditangani oleh orang asing atau perusahaan asing yang datang ke Indonesia, itu semua terjadi karena sumber daya manusia di Indonesia sangat kurang, sehingga tidak dapat berbuat apa – apa dan hanya menjadi penonton di Negara sendiri. Jadi, hal tersebut dapat diubah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, membri kesempatan kepada semua masyarakat untuk mengenyam pendidikan, serta melakukan pemerataan pendidikan, dan menjadikan pendidikan yang dapat dijangkau oleh masyarakat, khususnya rakyat kecil. Ssehingga dapat melahirkan SDM yang berkualitas ddan dapat menjadikan Negara tercinta ini sebagai Negara Maju.


Sejak dahulu hingga sekarang, pendidikan selalu mempunyai peranan penting didalam aspek kehidupan. Yang menentukan maju atau tidaknya suatu Negara salah satunya adalah Pendidikan, karenanya pendidikan dapat dikatakan sebagai penunjang masa depan bangsa. Namun kita lihat dulu, apakah Warga Negara Indonesia sudah dapat mengenyam pendidikan secara keseluruhan, karena kalau kita lihat di daerah – daerah terpencil, pendidikan disana belum terlalu efektif. Maka dari itu, sangat diperlukan pemerataan pendidikan diseluruh wilayah. Sehingga dapat memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan menjadikan pendidikan sebagai wahana pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang masa depan masa depan bangsa.
Apa gunanya memiliki penduduk yang banyak,jika kualitas dari penduduk tersebut tidak ada, siapa lagi yang akan mengolah SDA yang ada di Negara ini kalau bukan kita sebagai anak bangsa, tentunya semua ini harus ada peranan pendidikan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan pemerataan pendidikan ?
Apa perbedaan proses pendidikan di daerah terpencil, berkembang dan maju ?
Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap masa depan ?
Apa saja masalah yang dihadapi didalam pemerataan pendidikan ?
Bagaimana upaya penanggulangan masalah pemerataan pendidikan ?

1.3  TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan, saya sengaja mengambil judul tentang Pendidikan Sebagai Penunjang Masa Depan Bangsa, tujuannya untuk memberikan pemahaman terhadap pembaca tentang pentingnya Pendidikan, dan mengulas segala kendala pendidikan sehingga memunculkan sebuah pemecahan agar dapat diketahui oleh pembaca.

1.4  MANFAAT PENULISAN
Manfaat bagi pembaca adalah:
untuk menambah wawasan sehingga menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk memanfaatkan pendidikan sebagai penunjang masa depannya serta masa depan bangsa.
membangkitkan semangat pembaca dalam mengenyam pendidikan, walaupun keadaan wilayah dan kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Tapi semangatlah yang akan mengubah semuanya. Dengan semangat, seseorang akan lebih giat belajar, serius dalam mewujudkan cita – cita, sehingga akan menjadikan dia berprestasi.
Adapun manfaat untuk penulis adalah:

untuk melatih kemampuan didalam mengembangkan suatu ilmu pengetahuan
keterampilan dalam menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, menjadi satu pemikiran yang matang.




BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Mutu Sekolah Kota Lebih Baik Dari Sekolah di Desa
Bila kita melihat komposisi penduduk Indonesia, sebagian besar masih tinggl di pedesaan. Data terakhir menunjukkan penduduk desa sebesar 56% dan penduduk kota sebesar 44%. Dengan komposisi tersebut maka dengan mudah kita menyatakan lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di desa-desa.
Desa biasanya identik dengan keterbatasan fasilitas, keterbatasan tingkat perkembangan ekonomi dan minimnya fasilitas pelayanan publik baik yang disediakan negara maupun masyarakat. Tidak mengherankan banyak warga desa akhirnya pergi ke kota untuk memperbaiki perikehidupannya atau untuk bisa memperoleh layanan publik yang lebih baik seperti mengikuti pendidikan dan memperoleh layanan kesehatan.
Ketika sekarang bermunculan sekolah berstandar internasional, untuk menunjukkan kebermutuan sekolah semuanya dibangun di kota. Begitu juga dengan sekolah-sekolah yang oleh publik diakui sebagai sekolah bermutu umumnya ada di perkotaan. Sekolah-sekolah negeri yang dikategorikan sekolah favorit atau sekolah yang diakui bermutunya, kebanyakan di kota.
Padahal bila pembangunan kita hendak berorientasi untuk mengembangkan pedesaan, sekolah-sekolah bermutu seharusnya lebih banyak dibangun di desa-desa. Karena memang lebih dari separuh penduduk tinggal di kawasan pedesaan tersebut.
Dunia pendidikan kita memang masih sangat berorientasi kota. Bukan hanya lulusannya yang dipersiapkan untuk mengisi jabatan pekerjaan di kota. Melainkan lokasinya juga bertumpuk di kota-kota.
Bila hendak memajukan kehidupan bangsa ini, tentunya perlu dipertimbangkan untuk membangun lebih banyak sekolah bermutu di pedesaan. Bila RSBI atauy SBI menunjukkan kebermutuan sekolah, maka seyogyanya lebih banyak RSBI/SBI sejak jenjang dasar sampai menengah dibangun di pedesaan (Yosal Irantara).

2.2   Satu Guru Mengajar Semua itu Biasa
Papua Barat masih kekurangan tenaga pendidik, khususnya untuk sekolah dasar. Masalah pendidikan ini ditambah kualitas dan mentalitas guru yang rendah. Kepala Dinas Pendidikan Papua Barat Yunus Boari, Rabu (14/9/2011), mengakui masih banyak sekolah dasar di pedalaman atau pinggiran kota yang kekurangan guru.
Sering dijumpai, seorang guru mengajar dua sampai tiga kelas. Bahkan, seorang guru SD mengajar enam kelas sekaligus. Kondisi ini tak banyak berubah sejak 20-30 tahun lalu.
“Hal ini sudah biasa terjadi di Papua. Tidak ada guru yang mau ditempatkan di pedalaman. Jadi, satu sekolah hanya ada satu atau dua guru saja,” kata Yunus.
Dinas Pendidikan Provinsi Papua tak punya wewenang untuk menangani hal ini karena yang bertanggung jawab ialah dinas di tingkat kabupaten. Penyediaan dan kebutuhan guru ditangani oleh dinas pendidikan di tiap kabupaten guru.
Dinas Pendidikan Papua Barat akan menyiapkan pendidik, yakni guru kontrak, jika ada permintaan dari bupati atau dinas pendidikan di tingkat kabupaten/kota.
Sayangnya, Yunus mengakui, jumlah tenaga pendidik yang tak merata dan minim ini ditambah tingkat disiplin guru yang rendah. Sering kali ditemui, guru tidak mengajar selama seminggu lebih tanpa alasan yang jelas. Guru di daerah pedalaman itu lebih suka menghabiskan waktu di kota daripada di desa.
Belum ada solusi tegas yang dilakukan meski sudah ada aturan dan sanksi bagi pegawai negeri sipil yang mangkir. “Guru mangkir ini juga jadi masalah kami, tapi belum ada tindakan dari dinas. Upaya yang mungkin akan kami lakukan ialah memberi pelatihan membangun karakter bagi para guru,” ujarnya.

2.3   Guru Lebih Suka di Kota Dari Pada di Desa
Antonia Korain, 42 tahun, seorang guru di pedalaman (guru sekaligus kepala sekolah SD di Kampung Mosun, Distrik Aifat Utara, Kabupaten Maybrat, Papua Barat.)
Program sertifikasi menambah alasan bagi guru untuk pergi ke kota. Sekarang ini banyak guru yang melanjutkan kuliah untuk mengejar titel.  Tapi sayangnya banyak guru kemudian tidak mau lagi ditempatkan di pedalaman.  Sementara guru yang bertugas di pedalaman akhirnya juga lebih banyak pergi ke kota dan meninggalkan kewajiban mengajarnya.
Seperti yang sudah saya sampaikan, tidak mudah hidup sebagai guru di pedalaman. Itulah mengapa banyak guru lebih suka tinggal di kota. Tapi saya sendiri memilih untuk bertahan di pedalaman. Ada alasan kuat yang membuat saya bisa bertahan mengajar di sekolah pedalaman. Salah satunya adalah keberlangsungan pendidikan anak-anak di kampung. Saya berpikir, kalau saya yang orang asli pedalaman saja tidak mau berkorban untuk menjadi guru di pedalaman, lalu siapa lagi yang mau mendidik anak-anak kami. Lagipula orang tua saya yang asli dari kampung sini butuh perhatian saya. Mereka sudah tua dan tidak kuat lagi bekerja. Ini pula yang membuat saya tetap bertahan mengajar di kampung.
“Yah begitulah kisah hidup saya sebagai guru SD di pedalaman. Semua serba terbatas.  Saya sendiri bermimpi suatu saat nanti nasib guru akan berubah seperti yang terjadi di negara-negara lain. Konon khabarnya, di negara lain guru mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, terutama guru SD.  Konon katanya juga di negara lain peran guru SD dianggap sangat penting dalam sistem pendidikan. Peran penting guru SD bisa diibaratkan pandai besi yang dapat mengubah besi menjadi parang. Tapi di negara ini saya merasakan, guru – terlebih guru SD – benar-benar tidak dihargai.”

2.4   Fasilitas Sekolah di Desa dan Kota Harus Sama
PALANGKARAYA–BN: MASIH terjadinya ketimpang-an pemberian fasilitas antara sekolah di kota dan di desa, membuat Wakil Ketua DPRD Kota Palangkaraya, Srio Sako, angkat bicara. Menurut dia, semua sekolah, baik itu tingkat dasar maupun- menengah wajib mendapat fasilitas yang sama untuk menunjang proses belajar dan mengajar.
Sebagai contoh, fasilitas seperti alat peraga untuk praktek anak didik. Faktanya, fasilitas (alat praktek siswa) untuk sekolah di desa belum seluruhnya ada. Justru, sekolah di perkotaan lebih diprioritaskan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) .
Padahal, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Sekolah telah mengintruksikan sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas segera dilengkapi. Namun hingga sekarang belum seluruhnya direalisasikan dengan alasan keterbatasan anggaran.
Karena itu, Sako, mendesak Disdikpora Palangkaraya agar segera menerapkan Permendagri itu. “Jika tidak ada dana, bisa kita bicarakan bagaimana solusinya. Jika tahun ini tidak ada, ya kita alokasikan tahun depan, tapi minimal dinas itu harus kordinasi dengan dewan,” tegas Sako, kemarin.
Selain fasilitas, kata Sako, standar minimal dalam Permendagri itu tidak memperbolehkan satu ruang kelas diisi lebih dari 36 siswa. Begitu juga kebutuhan guru tidak boleh berlebihan, khususnya di kota, sementara di pedesaan  justru kekurangan guru seperti di Kelurahan Bukit Suai.
“Saat reses, kami mendapat informasi salah satu sekolah di Kelurahan Bukit Suai kekurangan fasilitas , termasuk guru,” tuturnya.  Dia berharap Disdikpora segera mendata sekolah, baik negeri maupun swasta yang masih kekurangan fasilitas dan guru harus diprioritaskan tahun depan. (RI/I-2).
2.5  Kemauan Keras anak-anak Desa terpencil Untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan yang layak merupakan harapan bagi setiap siswa, guru, maupun orang tua siswa. di kota-kota besar di bangun gedung-gedung pencakar langit yang membuat mata kita tercengang untuk melihatnya, ditambah lagi akan dibangunnya gedung DPR yang baru dengan jumlah angka yang WAH… namun miris sekali jika kita harus melihat pendidikan dan gedung sekolah yang tidak jauh berbeda dari kandang kambing. Namun walaupun demikian siswa-siswi yang berkeinginan yang besar yang dimiliki siswa tersebut tidak di barengi dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, semoga mereka tidak selamanya bersekolah di dinding bambu dan lantai tanah, semoga mereka dapat merasakan sekolah yang layak, dan tercapai cita-cita yang mereka harapkan bersekolah tetap memiliki semangat yang besar untuk mencapai cita citanya. seperti terlihat di gambar, sekolah tersebut hanya berdinding bambu dan berlantaikan tanah, sekolah tersebut berada di dusun Sakan, kecamatan nanga mahap, kabupaten sekadau, kalimantan barat.

BAB III
KAJIAN TEORI


3.1 Pengertian Pemerataan Pendidikan
Masalah Pemerataan Pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan SDM untuk menunjang pembangunan.
Masalah Pemerataan Pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung didalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas yang tersedia. Pada masa awalnya, ditanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan didalam Undang – undang No.4 tahun 1950 sebagai dasar – dasar pendidikan dan pengajaran disekolah pada abad XI pasal 17 :
  Tiap – tiap warga Negara RI mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat – syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi “.
Jadi, seorang warga Negara mempunyai hak yang sama dengan warga Negara yang lainnya untuk diterima menjadi murid suatu sekolah, apabila sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pendidikan dan pengajaran di sekolah itu, maka dia berhak untuk sekolah disitu. Syarat tersebut seperti sudah memasuki usia sekolah, hal ini sudah dicanangkan dalam UU No. 4 tahun 1950 dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI. Pasal 10 ayat 1, menyatakan :
“ Semua anak yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun lamanya “.
Pada zaman dulu, anak berumur 6 tahun itu sudah berhak untuk belajar di sekolah dan 8 tahun sudah diwajibkan, sedikitnya 6 tahun lamanya,artinya hanya tamat SD. Dan program pemerintah sekarang itu mewajibkan belajar 9 tahun, bahkan tahun ini menteri pendidikan dan kebudayaan sedang merintis program wajib belajar 12 tahun. Sekolah – sekolah sekarang juga tidak hanya untuk anak usia 6 tahun, tetapi sudah ada sekolah – sekolah untuk anak usia 4 tahun dan 3 tahun, yaitu untuk 4-5 tahun ad ataman kanak – kanak serta >2->3 tahun ada Paud (Pendidikan Anak Usia Dini).


3.2 Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan jalannya suatu sistem pendidikan yang lebih menekankan pada praktek, haal ini menyangkut kegiatan belajar dan mengajar. Tetapi, proses pendidikan ini terkadang berbeda, bedanya dimana? Perbedaan ini terletak pada keadaan tempat suatu lembaga pendidikan itu sendiri yakni Sekolah. Proses pendidikan antara Kota dan Desa itu sangat berbeda, terlebih lagi pada daerah terpencil. Berikut ini akan kita bahas proses pendidikan di Kota dan di Desa.

a.    Proses Pendidikan Kota
Kalau kita lihat, fasilitas yang ada di tiap – tiap sekolah di kota dapat dikatakan sudah lengkap. Mulai dari gedung sekolah, para pengajar, fasilitas computer, fasilitas laboratorium, fasilitas olahraga, dan sebagainya. Mungkin, kesemuanya ini tidak lepas dari biaya administrasi yang begitu mahal saat pendaftaran, dan pungutan – pungutan biaya lainnya dari siswa. Tidak heran siswa – siswanya memiliki pemikiran yang maju, keterampilan dan bakat, dibandingkan dengan para siswa – siswa desa.

b.   Proses Pendidikan Desa
Kalau fasilitas yang ada di sekolah – sekolah kota begitu lengkap, maka fasilitas sekolah desa malah sebaliknya. Begitu banyak fasilitas yang belum terpenuhi, seperti Perpustakaan, Lab. Komputer, Lab. IPA, Seni, Para pengajar, yang paling utama adalah Guru, sekolah – sekolah yang ada di pedesaan terkadang kekurangan guru, bahkan ada satu orang guru sudah merangkap pelajaran di bidang studi yang bukan keahliannya, ini menyebabkan proses pendidikan di sekolah itu tidak berjalan dengan baik, apalagi pada daerah terpencil, yang menjadi guru disitu biasanya hanya sukarelawan.

Jadi, bagaimana pengetahuan siswa desa bisa seperti siswa kota, jika kondisi proses pendidikannya  seperti ini. Apalagi masalah keterampilan, minat, dan bakat siswa, jika fasilitasnya kurang lengkap, tentu saja manat dan bakat siswa tidak akan berkembang bahkan bisa saja akan hilang, pada akhirnya menimbulkan rasa tidak percaya diri dan tidak memiliki ketrampilan. Beruntunglah bagi desa yang sudah berkembang, aka nada sedikit kemajuan, tapi bagaimana dengan desa terpencil?  Semua ini akan terselesaikan dengan adanya pemerataan pendidikan dalam artian pemerataan pembangunan, pemerataan pengajar, dan pemerataan fasilitas pendidikan.

BAB IV
MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN

4.1 Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia, baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen  maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan. Namun itu semua tidak akan terwujud jika masih terdapat masalah dalam pemerataan pendidikan di desa apalagi di desa terpencil. Berikut ini beberapa masalah dalam pemerataan pendidikan:

1.      Akses Transportasi
Masalah ini merupakan sesuatu yang sering terjadi di daerah terpencil, yang menyebabkan kesulitan dalam memberikan bantuan  berupa pembangunan gedung sekolah dan pemberian fasilitas lainnya. Seperti tidak adanya jembatan penghubung antara desa yang satu dengan desa terpencil. Dan hal ini, membuat anak-anak sekolah yang berada di desa terpencil tersebut harus menyebrangi sungai, yang bisa saja akan berakibat fatal pada diri mereka.

2.      Kurangnya Tenaga Pengajar
Guru merupakan sesuatu yang utama dalam hal belajar dan mengajar. Fasilitas hanyalah pelengkap, jika tidak ada guru pasti kegiatan belajar siswa tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Namun, fakta sekarang banyak guru-guru yang tidak mau mengajar di desa apalagi di pedalaman, kebanyakan dari mereka lebih suka di kota. Jadi bagaimana caranya pemerataan pendidikan bisa terwujud, jika tenaga pengajarnya saja memilih-milih tempat untuk menyalurkan ilmu yang mereka miliki.






4.2 Upaya Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Langkah-langka yang ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a.      Membangun gedung sekolah seperti SD, menambah ruangan belajar, terutama sekolah di desa pedalaman.
b.      Memparbaiki fasilitas umum seperti jembatan yang ada di desa pedalaman, agar mempermudah akses transportasi.
c.      Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (system pergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untk pendidikan dasar ialahmembangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain:

a.      System pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru). System            tersebut dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa  provinsi.
b.     SD kecil pada daerah terpencil
c.      System guru kunjung
d.     Setiap tahun harus ada tambahan guru disetiap sekolah di desa.
e.      SMP Terbuka
f.      Kejar paket A dan B.
g.     Belajar jarak jauh, seperti universitas terbuka.












BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1    Simpulan
Setiap warga Negara harus mempunyai pendidikan dami masa depan dirinya dan juga masa depan dirinya dan juga masa depan bangsa dan Negara. Jika masih ada warga Negara yang sudah memasuki usia sekolah, tetapi belum mengenyam pendidikan maka ia wajib untuk bersekolah. Tetapi jika ada yang belum bisa mengenyam pendidikan itu artinya pemerataan pendidikan belum terwujud dengan baik. Masalah pendidikan ini bisa diatasi dengan membangun gedung sekolah di daerah-daerah terpencil, memberikan bantuan kepada keluarga tidak mampu agar mereka juga mempunyai kesempatan yang sama dalam mengeyam pendidikan.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan memperoleh  kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan factor kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu diberikan bekal dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah terutama pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan pemerataan didasarkan  atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak , keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan teknologi. Agar tercapai keseimbangan antara factor minat dengan kesempatan memperoleh pendidiikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai bidang-bidang pekerjaan, keahlian , dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam pembangunan, utamanya, bagi bidang-bidang yang baru dan langkah.

5.2     Saran
Bagi pembaca yang  membaca karya tulis ilmiah ini agar lebih memacuh semangat untuk tetap belajar dan member motivasi kepada orang lain, supaya sama-sama untuk mewujudkan pemerataan pendidikan dengan baik. Dan saya sarankan untuk para calon guru agar tidak memilih-milih tempat untuk menyalurkan pengetahuan yang dimiliki, entah itu di perkotaan maupun dipedesaan. Sesungguhnya masih banyak saudara-saudara kita yang belum mengenyam pendidikan secara efektif, karena factor kurangnya tenaga pengajar di daerah mereka, apalagi daerah terpencil.



DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu, Drs. H. dan Uhbiyati, Nur, Dra.
2003. ilmu pendidikan. Cet. Kedua. Jakarta: P.T Rinekacipta
Tirtarahardja, Umar, prof. dr.  dan Sulo, La.L.S, Drs.
2008. pengantar pendidikan.cet.kedua. Jakarta: P.T Rineka cipta Share   Yosal, Irantara
";lette�+ai �@��> 


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
13
 
Susu kolostrum (colostrum) atau disebut jugabeestings, first milk, immune milk atau premilk adalah susu atau cairan yang diproduksi oleh kelenjar susu pada akhir masa kehamilan sampai beberapa hari setelah melahirkan. Susu kolostrum berwarna bening kekuningan, diproduksi dalam jumlah sedikit kira-kira 36,23 ml (7,4 sendok teh) per hari menurutIa Leche League, tetapi kandungan nutrisi yang ada dalamkolostrum sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi pada hari-hari pertamakehidupannya.Kolostrum memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI matur. Tetapikandungan lemak dan laktosanya (gula darah) lebih rendah dari ASI matur. Selainitu kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D dan K;dan mineral, terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI matur,kolostrum juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampudiproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase(untuk menguraikan lemak), dan amilase (untuk menguraikan karbohidrat). Inimembuat kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yangmemang belum sempurna.Kolostrum juga mempunyai efek laksatif (obat pencahar) bagi bayi, yang akanmembantu pengeluaran tinja pertama bayi baru lahir, disebut mekonium, daridalam ususnya. Mekonium ini adalah zat berwarna hijau tua, yang telah ada ddalam usus bayi ketika ia masih didalam rahim ibu (pada minggu-minggu terakhir).Bersama-sama dengan keluarnya mekonium itu, akan dikeluarkan pula kelebihan bilirubin, sehingga akan mencegah terjadinya kuning (jaundice) pada bayi baru lahir.Selain konsentrasi nutrisi yang tinggi, kolostrum juga kaya akan antibodi, atauyang dalam istilah medis disebut juga dengan immunoglobulin (Ig). Antiboditerdapat dalam 5 jenis (disebut juga faktor imun), yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE.ASI juga mengandung kelima faktor imun tersebut, namun kolostrum memilikikonsentrasi faktor imun lebih tinggi daripada ASI.. Selama di dalam rahim ibu, janin memperoleh pasokan antibodi, faktor imun IgG, dari plasenta. Segera setelahlahir, pasokan ini akan terhenti, padahal tubuh bayi belum mampu membuat antibodisendiri. Itulah salah satu sebab mengapa bayi yang baru lahir harus sesegeramungkin disusukan kepada ibunya. Selain untuk merangsang produksi ASI, inisiasidini ASI (early latch-on) juga untuk memastikan bayi mengkonsumsi kolostrumsesegera mungkin.Faktor imun yang paling banyak terdapat dalam kolostrum adalah IgA.Immunoglobulin A ini membentuk benteng pertahanan di tempat yang paling beresiko diserang kuman, yaitu di selaput lendir pada paru-paru, tenggorokan danusus. IgA memiliki peran yang sangat penting dalam saluran pencernaan bayi. Usus bayi baru lahir itu masih tipis dan belum rapat . IgA bekerja menambal lubang-lubang di usus tersebut, dengan cara membentuk semacam lapisan. Sehinggakuman penyakit dan zat alergen tidak dapat masuk ke dalam tubuh bayi. Kolostrum juga mengandung sel-sel darah putih (leukosit) dalam jumlah besar, yang akan memerangi virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh bayi.
Selama dua minggu setelah ibu melahirkan, kolostrum secara bertahap akan berubah menjadi ASI matur. Selama masa transisi ini, volume ASI akan meningkatdengan pesat, sementara konsentrasi antibodi akan berkurang, tetapi bukan berartihilang. Selama bayi Anda mengkonsumsi ASI, ia akan tetap mendapat vaksingratis yang akan melindunginya dari serangan berbagai virus dan bakteri.

B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan penulis alami namun berkatdukungan dari semua pihak makalah yang berjudul Pentingnya Susu Kolostrum PadaBayi Pasca Melahirkan ini dapat diselesaikan. Olehnya itu saran yang dapat penulissumbangkan untuk karya ilmiah ini ialah teruslah n jangan lelah untuk melakukaninisiasi menyusui sejak dini. Setiap kita manusia menginginkan kesehatan yang baik sekarang dan yang akan datang. Terima kasih







DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedoteran. Jakarta: Media Aesculapius.Brooker,Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Edisi 31. Jakaeta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk  Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien  Edisi 3
. Jakarta: EGC.http://www.rumahbunda.com/breastfeeding/manfaat-kolostrum-bagi-bayi.htmlPosted onSunday, May 1st, 2011 at 10:15 PMhttp://vet02ugm.wordpress.com/2010/08/22/colostrum-kolostrum.htmlPosted: August 22,2010 by v et02ugm
In Article http://ninahasilah.multiply.com/reviews/item/18.htmlAug 25, '07 2:24 PMhttp://triakoso.wordpress.com/2009/01/08/pentingnya-kolostrum-bagi-neonatus.html  Januari 8, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU