URTIKARI


I.       PENGERTIAN
Urtikari ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. (Siti Aisah, 2005).
  • Angioedema ialah urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada derinis, dapat di submukosa atau disubkutis, jug dapat mengenai saluran nafas , salurancerna dan organ kardiovakuler.
  • Urtikaria (biduran) adalah lesi kulit yang banyak dikenal, yang pada saat tertentu dapat mengenai sedikitnya 25% dan populasi. Terdapat banyak bentuk klinis urtikaria, yang mengesankan  bahwa akhirnya akan dikenali berbagai deterininan. Dewasa ini jelas bahwa beberapa jenis urtikaria mencerminkan proses imunologis (terutama yang melibatkan IgE), sedangkan yang lain tetap tidak dapat diterangkan sama sekali. Kenyataan praktis ini harus dihadapi, karena urtikaria di kulit yang disebabkan oleh reaksi kulit yang diperantarai IgE seringkali dapat menyerupai bidur, sehingga jika tidak berhati-hati maka semua urtikaria akan dianggap sama dengan alergi, Secara inikroskopik, sebagian besar lesi urtikaria hanya rnemperlihatkan adanya edema, berbagai dilatasi pembuluh darah, dan kadang-kadang terdiri dart netrofil serta eosinofil. Meskipun deinikian, pada beberapa penderita, lesi yang identik secara makroskopik dapat niemperlihatkan vaskulitis yang nyata disertai pecahnya dinding pembuluh darah dan infiltrasi fagosit. Lesi urtikaria yang tampak jelas, meninggi, pruritik, dan tidak nyeri paling sering terdapat di ekstreinitas proksimal. Dan urtika itu sendiri jarang berlangsung lebih dari 36 jam. Angioedema ditandai dengan pembengkakan jaringan subkutan dan submukosa yang tidak sakit dan sedikit gatal.          
    Sebagian besar episode urtikaria berlangsung singkat dan bersifat swasirna, terutama di masa kanak-kanak bila berkaitan dengan infeksi pernapasan. Namun, pada sebagian kecil orang dewasa (dan jarang pada anak-anak) urtikaria yang tidak diketahui sebabnya dapat menetap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Penderita semacam ini harus dievaluasi untuk mengetahui penyakit serius yang menyebabkan timbulnya urtikaria; kadang-kadang ditemukan Iimfoma, lupus eritematosus sisternik, hipertiroidisme, dan neoplasma nonlimfoid. Walaupun fokus-fokus kronik dan infeksi bakteri dan parasit di usus sering dicari pada penderita ini, tetapi jarang terbukti menjadi penyebab urtikaria kronik.           
    Seperti hanya reaksi anafilaksis, urtikaria saja dapat disebabkan oleh respons yang diperantarai IgE terhadap alergen protein. Pada kedua keadaan ini, agen-agen yang terkait biasanya adalah makanan, khususnya telur, ikan, bermacam-macam kerang, dan kacang-kacangan, termasuk kacang tanah. Obat dan metabolit obat yang merupakan antigen lengkap atau yang mampu mengadakan ikatan stabil dengan protein (inisalnya, derivat penisilin) adalah faktor-faktor yang menyolok pada reaksi urtikaria tipe I atau reaksi sisteinik   Namun, banyak juga obat yang tampaknya dapat menyebabkan urtikaria melalui mekanisnie yang tidak disertai IgE. Dalam kelompok ini aspirin mungkin paling sering menjadi penyebab dan secara non-spesifik dianggap memperburuk keadaan ini pada 30% penderita urtikaria kronik.
  • Pada sebagian penderita urtikaria kronik, pengaruh lingkungan dapat meiniliki peranan yang penting, dan mungkin yang paling sering adalah udara dingin. Urtikaria dingin terutama menyerang orang dewasa muda dan dapat timbul disertai dengan menggigil tingkat ringan. Pada beberapa orang, biduran timbul karena suhu kulit yang menurun, tetapi untuk kemunculannya umumnya memerlukan pemanasan kembali. Urtikaria dingin dihubungkan dengan meningkatnya kadar histainin plasma (inisalnya, dalam darah vena dan ekstreinitas yang menggigil), dan dapat menyebabkan timbulnya sakit kepala serta hipotensi. Efek ini kadang-kadang mengakibatkan bencana jika orang yang terserang penyakit ini mengalaini pingsan waktu berenang dan kemudian tenggelam. Urtikania dapat juga ditimbulkan oleh pemanasan lokal. Lesi ini langsung timbul pada beberapa orang dan pada orang lain timbul lambat, dalam beberapa jam. Pemanasan tubuh total (inisalnya, mandi air panas) juga dapat memperburuk pruritus dan pembentukan urtika akibat penyebab lainnya. Selain itu, urtikaria kolinergik adalah suatu keadaan klinis yang nyata, sehingga pengerahan tenaga fisik, ketegangan emosi, dan lingkungan yang panas menimbulkan timbulnya banyak pembengkakan kecil yang masing-masing dikelilingi oleh tepi kemerahan yang lebar. Orang yang terkena penyakit ini hiasanya memperlihatkan urtika besar atau responis eritematosa yang luas dan tidak normal terhadap metakolin intradermal, walaupun makna patogenetik dan respons ini tetap tidak jelas. Dan dalam waktu yang lama biasanya menyebabkan timbulnya urtika yang khas, sehingga dapat memastikan diagnosis. Pembentukan urtikaria lokal atau angioedema dapat juga terjadi setelah terpajan oleh tekanan terus menerus, berbagai panjang gelombang cahaya, atau rangsang getaran. Sebagian dan keadaan yang jarang terjadi ini tampaknya bersifat fainilial. Selama itu, pada urtikaria tertentu yang disebabkan oleh panas, cahaya, atau dingin, reaktivitas spesifik lokal dapat juga ditimbulkan pada orang normal dengan meinindahkan IgE serum orang yang terkena penyakit ini. Dewasa ini, tidak jelas apakah fenomena “Pemindahan Pasif” ini melibatkan reaksi antibodi-antigen kiasik atau mekanisme-mekanisme lainnya.    
    Urtikaria yang disebabkan oleh tekanan biasanya terjadi pada orang yang mendenita dermografisme. Goresan yang kuat akan menimbulkan respons pembengkakan yang nyata. Denmografisme berlangsung lama pada sejumlah kecil orang yang normal, tetapi dapat juga bersifat didapat, yang muncul setelah reaksi obat yang merugikan atau pada penyakit yang mempermudah terjadinya infiltrasi kulit oleh sel mati. Pada penderita dermografisme secara khas akan terbentuk pembengkakan pada daerah-daerah yang tertekan, termasuk bokong dan telapak kaki, maupun di bawah sabuk, jam tangan, ikat ping-gang, dan pakaian dalam yang ketat. Angioedema yang menyertai urtikaria akut kadangkadang disalahtafsirkan sebagai angioedema herediter (HANE), yaitu suatu defek fainilial dalam pengendalian inflamasi. HANE bermanifestasi sebagai serangan edema berulang yang mengenai strukturstruktur perifer maupun usus besar dan laring. Edema usus besar menimbulkan rasa sakit abdomen yang hebat dan seringkali menyebabkan perlunya laparotoini eksplorasi. Episode ini jarang timbul sebelum uniur 10 tahun, dan dapat kambuh dalam waktu yang tidak terbatas, walaupun frekuensinya sering berkurangsetelah dekade keenam. Sires emosional atau trauma fisik (seringkali agak ringan) dapat teijadi sebelum terbentuknya edema, tetapi sebagian serangan tidak diketahui sebabnya. Edema laring merupakan ancaman jiwa yang serius pada penderita ini, dan analisis keturunan biasanya mengungkapkan adanya satu atau lebih kejadian dalam tiap keluarga, dan komplikasmnya adalah kematian yang terjadi akibat asfiksia. Pembengkakan pada keadaan ini biasanya timbul dalam beberapa jam, lalu menghilang perlahan, dan tidak disertai urtikaria. Penderita HANE biasanya mempunyai tingkat aktivitas faktor yang rendah, yang dalam keadaan normal menghambat komponen pertama dan sistem komplemen (CI) yang telab diaktifkan, dan juga menghambat komponenkomponen tambahan yang berkaitan dengan pembekuan, peradangan, dan fibrinolisis. Akibat defisiensi ini, efek Cl tidak terhambat, dan Cl terus mengaktifkan dan memakai komponen-komponen awal dan rangkaian ini, yaitu C4 dan C2, yang pada pengujian tampak meiniliki kadar yang rendah. Meskipun deinikian, pada keadaan ini faktor-faktor tersebut yang biasanya dicek oleh inhibitor Cl, dan bertanggung jawab untuk pembengkakan ini tidak diketahui. Tindakan pengobatan dipusatkan untuk melindungi saluran napas, menghindari laparotoini yang tidak perlu jika terjadi edema usus, dan pemulihan keadaan umum. Obat-obat yang tersedia dewasa ini hanya sedikit bermanfaat pada keadaan akut; namun, penggunaan obat anabolik yang teratur yang berpotensi androgenik terbatas (inisalnya, danazol,stanozolol) merangsang sintesis faktor yang kurang dan sangat mengurangi frekuensi timbulnya serangan.
  • Beberapa keadaan tambahan dapat mengacaukan penilaian urtikaria dan angioedema yang lazim tenjadi. Urtikaria yang diperantarai IgE yang disebabkan bahan karet (rubber latex) menimbulkan masalah, terutama pada tenaga layanan kesehatan. Pemajanan juga dapat menginduksi timbulnya gejala pemapasan atau anafilaksis yang nyata. Kadang-kadang, tusukan dan halus tanaman atau sengatan serangga menyebabkan timbulnya reaksi lepuh yang mengganggu. Urtikaria papular yaitu papula yang meninggi dengan pruritus yang kronik seringkali timbul setelah gigitan serangga, terutama pada tungkai anak-anak, tetapi lesinya yang menetap dan adanya indurasi (konsistensinya keras) menyebabkan keadaan ini dapat dikenali dengan mudah. Obat-obatan atau zat kiiniawi tambahan yang terdapat dalam makanan dan ininuman dapat diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya urtikaria dan sebaiknya dievaluasi secara hati-hati, meskipun jarang tersedia uji in vitro atau uji kulit yang memastikan diagnosis. Deinikian juga, dan anamnesis yang lebih rinci mungkin dapat ditelusuri adanya pengaruh dan faktor makanan, agen-agen fisik, atau psikogenik, tetapi sering penyebab tidak diketahui.
    Oleh karena serangan urtikaria umumnya dapat sembuh sendiri dan durasi serta keparahannya berbeda-beda, maka makna penanganan terhadap penderita urtikaria seperti ini sukar dievaluasi. Namun, epinefnin mempercepat resolusi urtikaria akut dan angioedema. Obat-obatan seperti difenhidrainin dan hidroksizmn juga bermanfaat untuk keadaan ini, meskipun alternatif nonsedasi seperti loratadin (Claritmn), feksofenadmn (Allegra), dan setirizin (Zyrtec) secara umum lebih disukai. Obat-obat ini dianggap merintangi salah satu reseptor histainine yang disebut sebagai reseptor H1. obat-obatan ini dapat membantu memulihkan pruritus. Steroid korteks adrenal bermanfaat pada penderita biduran akut yang berat, tetapi mungkin gagal untuk mengatasi penyakit yang sudah berlangsung lama pada dosis yang dapat ditoleree pada urtikaria kronik, pengobatan antihistaininya optimal dengan atau tanpa obat simpatoinime sangat bermanfaat. Walaupun penyelidikan berulang pada penderita semacam ini jarang berhasil, tetapi semua segi penyelidikan harus tetap diperhatikan untuk menemukan faktor penyebabnya.  
-( Sylvia A. Price)
-(Korraine M Wilson)
 

  • URTIKARIA Urtikaria (kaligata) adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi oleh halo enitematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong. atau berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa gatal. Urtikania akut dan tiremdiun meiniliki vanasi luas etiologi alergik. Penyebab sisteinik yang Iangka pada urtikana adalah mastositosis (urtikania pigmentosa), hipertiroid, keganasan, dan artritis rernatoid juvenil (JRA). Pada JRA lesi bersamaan dengan puncak demam, dan berlangsung sementara, walaupun tidak berpindah seperti pada enitema marginatum
  • Urtikariafisikal yang umum adalah dermatografisme, urtikaria karena sinar matahari, urtikaria suhu rendah, dan urtikaria, kohinergik. Pasien dermatografisme memperlihatkan bentol lincaris setelah tekanan ininor atau garukan pada kulit. Lesi ini umun terjadi, mengenai kira-kira 5 persen populasi. Urtikaria karena sinar matahari secara khas terjadi dalam waktu beberapa menit terpajan sinar matahari dan merupakan tanda kulit pada satu penyakit sistematik-protoporfiria enitropoietik. Di samping urtikaria, pasien ini mengalaini pemarutan berlubang-lubang yang tersamar pada hidung dan tangan Urtikania suhu rendah dicetuskan oleh pemajanan pada suhu dingin, sehingga daerah yang terpajan biasanya terserang. Pada beberapa kasus penyakit ini berkaitan dengan protein sirkulasi yang abnormal—lebih sering knioglobulin dan hemolisin dingin, knofibnmnogen dan aglutinin dingin. Gejala sisteinik tambahan adalah  sesak napas dan sinkop, sehingga membantu penjelasan perlunya pasien ini menghindan berenang dalam air yang bersuhu Urtikania kolinergik dicetuskan oleh panas, latihan jasmani, atau
  • emosi, dan ditandai oleh bentol kecil disertai “flare” yang besar. Kadang-kadang disertai sesak napas.
  • Sementara urtikania adalah akibat edema derinis, maka ederma
  • subkutan akan menyebabkan gambaran klinis angioedema. Tempat yang terserang adalah kelopak mata, bibir, lidah, laning, dan saluran makanan deinikian pula janingan subkutan. Angioedema terjadi sendini saja atau bergabung dengan untikania, termasuk vaskulitis urtikania dan urtikaria fisikal. Baik angioedema bentuk didapat maupun herediten (doininan autosorn) dapat terjadi (lihat Bab 282). dan pada yang tenakhir, urtikaria jarang terlihat.
  • Vaskulitis urtikaria adalah penyakit kompleks imun yang sulit dibedakan dari urtikania saja. Berlawanan dengan urtikaria saja, lesi tersendirinya cenderung bertahan lebih dan 24 jam, dan biasanya berkembang menjadi petekia sentral yang dapat diamati bahkan setelah fase untikania berakhir. Pasien juga lebih mengeluh rasa terbakar dari pada prunitus. Pada biopsi, terdapat vaskulitis leukositokiastik pada pemhiiluh darah kecil Walaupun pada kebanyakan kasus vaskulitis urtikaria tidak diketahui penyebabnya, namun dapat merupakan akibat dan penyakit sisteinik seperti lupus enternatosus, Sindroma Sjogren, atau defisiensi komplemen herediter. Ada satu spektrum vaskulitis urtikaria yang berjangkauan mulai dari hanya gejala kulit sampai dengan multisistem. Tanda dan gejala sistematik yang paling sering adalah artralgia dan/atau artritis, nefritis, dan nyeri perut kejang, namun jarang disertai asma dan penyakit paru obstruktif menahun. Hipokomplemeneinia terjadi pada satu sampai dua pertiga pasien, bahkan pada kasus idiopatik, Temuan
  • kulit, sendi, dan ginjal yang serupa terlihat pada prodroma infeksi hepatitis B, penyakit serum, dan penyakit mirip penyakit serum. (Harrison)





II.     ETIOLOGI
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya.
Diduga penyebabnya urtikaria bermacam-macam, diantaranya :
Obat, makanan, gigitan /sengatan serangga bahkan fotosensitifizer, ingenetik, dan penyakit sisteinik.


III. PATOGENESIS
Sangat penting diketahui mekanisme terjadinya urtikaria, karena hal ini akan dapat membantu pemeriksaan yang rasional.
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat di sertai kemerahan.











 




































Gambar 22.1   Diagram Factor Imunologik dan Nonimunologik yang Menimbulkan Urtikaria


Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator –mediator  inisalnya :histainin, kinin, serotonin, slowreacting substance of anaphylaxis (srsa), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil. Selain itu terjadi pula inhibisi proteinase oleh enzim proteolitik, inisalnya:kalikrin, tripsin, plasinin, dan hemotripsin di dalam sel mast.

IV. GEJALA klinis
Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Gejala Klinis tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih kuat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga,besarnya dapat lentikular, numukular, sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dalam inisalnya saluran cerna dan napas disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering kena ialah muka, disertai sesak napas, serak, dan hinitis.


V.    PENGOBATAN

Pengobatan yang paling ideal yaitu dengan antiistamin pada urtikaria sangat bermanfaat, cara kerjanya yaitu dengan menghambat histamine pada reseptor. Antiistamin dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu antagonis reseptor H1 dan reseptor H2
Pengolongan antiistamin yaitu sebagai berikut:

a.
Antiistamin H1


Kelas / nama generik
Nama pabrik

1.      Etanolamin / difenhidramin
2.      Etilendiamin / tripelenamin
3.      Alkilamin / klofeniramid
4.      Piperazin/ siklizin
5.      Fenotiazin / prometazin
6.      Tambahan
hidrokgizin, hidroklorid
siproheptadin
Benadryl
Pyribenzamine
Chlortrimethon
Marezine
Phenergen

Atarax
Periactin

b.
Antihistamin H2
Cimetidin

Pengobatan dengan cara desensitasi mis dengan cara desensitas mis dengan cara melakukan sensitisasi air pada suhu 10oC (1-2 menit ) 2 kali sehari selama 2 -3 minggu.
Pengobatan dengan antienzim mis antiplasmin dimaksudkan untuk menekan aktivitas plasmin yang timbul pada perubahan plasmin antigen antibody.
Pengobatan lokal dikulit dapat diberikan secara simtomatik, mis pruritus didalam bedak atau bedak kocok.

askep pada sistem urtikaria

A.    Pengkajian
a.       Identitas
b.      Riwayat Keperawatan
c.       Px Fisik
-       Keadaan umum                 :  lemah, sesak, gatal-gatal.
-       Kepala                               :  wajah terdapat edema (bengkak).
-       Mulut                                :  terdapat lesi menonjol yang edematous
-       Perut                   : ada terdapat ganguan pada membran mukosa                    pada traktus gastro entestinal.
-       Kulit                                  :  kemerahan, terdapat ruam.
d.      Px Persistem                           
-       Respirasi                            :  terdapat udema laring.
-        
B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL IALAH :
         I       Gangguan Rasa Nyaman Nyeri   b/d    Rasa Tersengat /Tertusuk dan Gatal.
·         Tujuan :
§  Tidak nyeri luka infeksi.
§  Pasien ceria.
·         Intervensi
§  Kaji keluhan nyeri, perhatian lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu.
§  Dorong mengungkapkan perasaan.
§  Berikan aktivitas hiburan, misal membaca, berkunjung, dan menonton televisi.
§  Lakukan tindakan paliatif seperti, mengubah posisi seperti pergerakan.
§  Instruksi pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progesif dan teknik napas dalam.
·         Implementasi :
§  Sesuai dengan waktu pemberian.
·         Evaluasi :
§  Pasien tidak nyeri lagi dan nampak ceria.


      II      Resiko Tinggi Terhadap Infeksi b/d perawatan yang kurang baik.
·         Tujuan :
Tidak terjadi infeksi.
·         Intervensi :
§  Berikan / solasi / pantau pengunjung sesuai dengan indikasi.
§  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.
§  Batasi penggunaan alat / prosedur invasif jika memungkinkan.
§  Gunakan teknik steril pada waktu penggatian penghisapan / berikan lokasi perawatan yang baik.
§  Gunakan sarung tangan / pada waktu merawat luka yang terbuka / antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi.
§  Pantau kecenderungan suhu.
·         Implementasi :
Sesuai dengan waktu pemberian.
·         Evaluasi :
§  Infeksi tidak ada.
   III      Ganguan Pertukaran Gas  b/d Udema Laring.
·         Tujuan :
§  Dapat bernapas dengan baik.
·         Intervensi :
§  Pertahanan jalan napas paten, tempatkan pasien pada posisi yang nyaman dengan kepala yang tempat tidur tinggi.
§  Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan catat penggunaan otot aksesori /upaya untuk bernapas.
§  Pengelluaran cairan yang mengisi di jalan napas diperlukan untuk pergerakan dalam pertukaran gas.
§  Sering ubah posisi, dorong untuk batuk dan latihan napas dalam.
§  Memfasilitasi pemeliharaan kepatenan jalan napas, jalan napas buatan memastikan bahwa gas pernapasan masuk dan keluar paru-paru.
·         Implementasi :
§  Sesuai dengan waktu pemberian
·         Evaluasi
§  Bernapas dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU