A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes, 1999 :
1.
Aktivitas/istirahat.
Gejala : insomnia,
sensitifitas á,
otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atrofi
otot, tremor.
2.
Sirkulasi.
Gejala : perdarahan
pervaginam.
Tanda : á
tekanan darah, takikardi saat istirahat.
3.
Eliminasi.
Gejala : urin
dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses.
4.
Intergritas ego.
Gejala : mengalami
stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : emosi
labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
5.
Makanan/cairan.
Gejala : kehilangan
BB mendadak, nafsu makan â, mual dan muntah.
Tanda : distensi
vena jugularis, edema, turgor kulit dapat dilihat dari kelembaban/kering; membran
mukosa.
6.
Neurosensori.
Gejala : rasa
ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan.
Tanda : gangguan
status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti bingung, gelisah,
disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis, struktur koma.
7.
Nyeri.
Gejala : nyeri
abdomen.
Tanda : mengkerutkan
muka, menjaga area yang sakit, respon emosional terhadap nyeri.
8.
Pernafasan.
Gejala : frekuensi
pernafasan á,
takipneu, dispneu, edema paru (pada krisis tiroksikosis).
Tanda : fungsi
mental/kegelisahan, kesadaran/rileks.
9.
Keamanan.
Gejala : tidak
toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.
Tanda : suhu á
diatas 37,40C, diaporesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut
tipis, mengkilap dan lurus.
10.
Seksualitas.
Tanda : penurunan
libido, hipomenorhea.
11.
Integumen.
Tanda : adanya
luka bekas operasi.
12.
Verbal.
Gejala : pernyataan
tidak mengerti/salah mengerti.
Tanda : kerusakan
kemampuan untuk bicara, gagap, disastria, afasia, suara lemah/tidak mendengar.
13.
Penyuluhan/pembelajaran.
Gejala : adanya
riwayat keluarga yang mengalami masalah, masalah penyakit trofoblast, terutama
mola hidatidosa.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
kerusakan jaringan intrauteri.
2.
Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan
berhubungan dnegan perdarahan.
3.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuat pertahanan sekunder.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (mual, anoreksia, pembatasan medis).
5.
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
penurunan sirkulasi.
6.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelelahan
nyeri atau ketidaknyamanan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan I :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan nyeri
yang dialami.
Intervensi :
1.
Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
Rasional : Pengukuran
nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun diskripsi.
2.
Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
Rasional : Meningkatkan
koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.
3.
Kolaborasi pemberian analgetika.
Rasional : Mengurangi
onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
Diagnosa Keperawatan II :
Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dnegan perdarahan.
Tujuan : Tidak
terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Intervensi :
1.
Kaji kondisi status hemodinamika.
Rasional : Pengeluaran
cairan pervasinal sebagai akibat abortus memiliki karakteristik bervariasi.
2.
Ukur pengeluaran harian.
Rasional : Jumlah
cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang pervaginal.
3.
Catat haluaran dan pemasukan.
Rasional : Mengetahui
penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4.
Observasi nadi dan tensi.
Rasional : Mengetahui
tanda hipovolume (perdarahan).
5.
Berikan diet halus.
Rasional : Memudahkan
penyerapan diet.
6.
Nilai hasil lab.HB/HT.
Rasional : Menghindari
peradarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7.
Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan transfusi mungkin diperlukan pada
kondisi perdarahan masif.
8.
Evaluasi status hemodinamika.
Rasional : Penilaian
dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
Diagnosa Keperawatan III :
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder.
Tujuan : Tidak
terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.
Intervensi :
1.
Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah,
warna, dan bau.
Rasional : Perubahan
yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna
yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
2.
Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama
masa perdarahan.
Rasional : Infeksi
dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
3.
Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
Rasional : Berbagai
kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4.
Lakukan perawatan vulva.
Rasional : Inkubasi
kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5.
Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda
infeksi.
Rasional : Berbagai
manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
6.
Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama
selama masa perdarahan.
Rasional : Pengertian
pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat memperburuk kondisi sistem reproduksi ibu sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
7.
Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci
tangan yang baik.
Rasional : Mencegah
cross infeksi.
8.
Observasi suhu tubuh.
Rasional : Mengetahui
infeksi lanjut.
9.
Nilai hasil lab.Leukosit, darah lengkap.
Rasional : Penurunan
sel darah putih akibat dari proses penyakit.
10.
Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika
profilaktik atau pengobatan.
Diagnosa Keperawatan IV : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme (mual, anoreksia, pembatasan medis).
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi dapat tercukupi dengan
kriteria hasil :
-
Klien memenuhi kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
1.
Sajikan makanan yang hangat.
Rasional : Untuk
mengkaji mual/muntah/nek.
2.
Kaji/catat pemasukan diet atau kemampuan pasien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi.
Rasional : Membantu
dalam mengidentifikasi definisi dan kebutuhan diet.
3.
Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional : Meminimalkan
anorexia/mual.
4.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Menambahkan
dalam menetapkan program nutrisi spesifik untuk memenuhi kebutuhan individu
pasien.
Diagnosa Keperawatan V :
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivitas tanpa
adanya komplikasi.
Intervensi :
1.
Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
Rasional : Mungkin
klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk.
2.
Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi
uterus/kandungan.
Rasional : Aktivitas
merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi.
3.
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
Rasional : Mengistirahatkan
klien secara optimal.
4.
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
Rasional : Mengoptimalkan
kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat mutlak sangat diperlukan.
5.
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan
aktivitas.
Rasional : Menilai
kondisi umum klien.
Diagnosa Keperawatan VI :
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelelahan nyeri atau ketidaknyamanan.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
-
Mendemonstrasikan diri dan melaksanakan
peningkatan tanggung jawab untuk perawatan diri.
Intervensi :
1.
Dekatkan barang-barang milik pasien.
Rasional : Untuk
memudahkan pasien.
2.
Kaji tingkat keterbatasan pasien dalam perawatan diri.
Rasional : Membantu
dalam mengkaji keterbatasan pasien.
3.
Bantu keperluan pasien dalam perawatan diri pasien.
Rasional : Untuk
memudahkan pasien.
4.
Tentukan kemampuan saat ini (skala 0-4).
Rasional : Mengidentifikasi
kebutuhan intervensi yang dibutuhkan.
5.
Koordinasi dengan ahli terapi fisik/rehabilitasi.
Rasional : Berguna
dalam menetapkan program latihan/aktivitas dan dalam mengidentifikasi alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan individu.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri patologi. Jakarta : Elstar Offset.
JNPKKR-POGI.
(2000). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mansjoer, A.,
et.al. (1999). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Cetakan 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes.
(2000). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mochtar,
Rustam. (1998). Sinopsis obstetri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
NANDA. (2006).
Nursing diagnosis : definition and classification. Philadelphia : North American Nursing
Association.
Sarwono,
Prawirohardjo. (1999). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
A. PATHWAY KEPERAWATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar