Konseling dan Psikologis


BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Komunikasi  yang  jelas  dan  tepat  penting  untuk  memberikan  asuhan  kebidanan yang efektif, dan  ini adalah  tantangan yang unik dalam bidang perawatan kesehatan saat  ini.  Banyak  tantangan  dalam  memberikan  perawatan  untuk  pasien,  adanya  diversitas  budaya  dan  bahasa  juga menjadi  tantangan  dalam  bekerja  dengan  kolega.  Komunikasi  yang  jelas mengenai  perawatan  dan mengenai  informasi  pasien  sama  pentingnya,  baik  dalam  bentuk  interaksi  verbal  dengan  rekan  kerja,  catatan  tertulis,  atau  publikasi  dalam  jurnal profesional. Ketika perawat berpraktik pada abad ke-21, mereka harus cakap dalam berkomunikasi menggunakan teknologi, termasuk komunikasi telepon seperti triase telepon  dan memiliki ketrampilan komunikasi komputer yang efektif (Kathleen,2007).
Komunikasi  adalah  sebuah  faktor  yang  paling  penting  yang  digunakan  untuk menetapkan  hubungan  terapeutik  antara  perawat  dan  pasien.  Menemukan  cara  yang efektif untuk mengatasi hambatan komunikasi akan memberikan kesempatan bagi bidan menjembatani  budaya  dalam  pemberian  asuhan  kebidanan.  Bidan  yang  menggunakan  sumber  yang  tersedia  dan memecahkan masalah  saat  terdapat  kesulitan komunikasi akan lebih bisa membantu klien dan keluarga untuk mengakses perawatan dan manfaat dari  layanan asuhan  kebidanan.
Saat perawat mampu berkomunikasi dengan  baik dalam bentuk verbal dan tertulis, kualitas manfaat publikasi professional dan bidan dapat memberikan sumber yang lebih baik terhadap profesi.

1.2    Tujuan
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah
2.      Diharapkan bidan dapat membantu pasien mengatasi stress
BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang ermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier.
a.       Konseling Sebagai Proses psikologis
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.
Konseling merupakan proses psikologis karena didalam proses konseling terdapat pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan psikologis, sehingga tidak heran didalam konseling terdapat hal-hal yang bersifat psikologis.
b.      Persamaan dan Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
-          Persamaan
Baik konseling maupun psikoterapi sama-sama menjadikan manusia sebagai objek atau sama-sama menangani/membantu manusia.
-          Perbedaan
Kalau konseling pada umumnya melakukan pencegahan trhadap suatu masalah, sedangakan psikologi pada melakukan penyembuhan setelah bermasalah.


2.2    Konseling Sebagai Peroses Memperoleh Pengalaman Baru
Kosnseling pada hakikatnya membantu menyelesaikan masalah klien dan sebagai proses psikologis yang mana klian menghadapi suatu masalah dan konseling membantu memperbaikai keadaan klien menjadi kembali kekeadaan noarmail atau baik kembali sehingga didalam proses konseling klien akan mendapatkan suatu pengalaman baru.
Ada lima macam penganglaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses koneling :
a.       Mengenali konflik-konflik internal
Konseling membantu orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya.
b.      Menghadapi realitas
Banyak orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampu menghadapi realitas. Sehingga mereka tidak mengetahui realita yang sebenarnya.
c.       Memulai usatu hubungan baru
Dengan adanya konseling, konseling akan memberikan peluang kepada klien untuk memperoleh hubungan baru yang mungkin belum pernah diperoleh sebelumnya. Dalam konseling ini klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaina wawancara konseling.
d.      Meningkatkan kebebasan psikologis
Banyak orang yang menghadapi kesulitan dan masalah karena dalam dirinya terdapat kekurangan bebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, karena merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu.
e.       Memperbaiki konsepsi-konsepsiyang keliru
Untuk dapat bebuat secara tepat, orang harus mampu mewujudkan perilaku yang didasarkan atas konsepsi secara benar. Akan tetapi orang yang memiliki konsepsi tentang perilakunya secara keliru. Makadalam proses konseling inilah semua konsepsi-konsepsi ini akan diluruskan.

2.3    Karakteristik Klien
Kepribadian klien ikut berperan menentukan keberhasilan proses konseling, aspek kepribadian meliputi emosi, sikap, intelektual, motivasi dll. Kecemasan klien akan tampak dihadapan konselor, oleh sebab itu konselor yang efektif akan mengeksplorasi perasaan-perasaan tersebut dan adanya keterbukaan. Ada beberapa karakter klien :
a.       Klien Suka Rela
1)      Hadir atas kehendak sendiri
2)      Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor
3)      Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalan
4)      Sungguh-sungguh mengikuti proses konseling
5)      Berusaha meengemukakan sesuatu dengan jelas
6)      Sikap bersahabat mengarapkan bantuan
7)      Bersedia mengungkap rahasia walaupun menyakitkan
b.      Klien Terpaksa
1)      Besifat tertutup
2)      Enggan berbicara
3)      Curiga terhadap konselor
4)      Kurang bersahabat
5)      menolak secara halus bantuan konselor

2.4    Aspek Kognetif dalam Konseling
Konetif dalam konseling untuk menunjukkan bahwa konselor harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses dengan cara memperbaiki asumsi-asumsi klien yang salah. Konselor lebih, memberi nasehat langsung dengan polaa pikir rasional-irasoonal, sugesti yang benar dan sikap ketergantungan pada orang lain.
Dalam menghadapi klien yang memiliki asumsi-asumsi yang salah, seorang konselor harus bias memperhatikan yaitu :
a.       Konselor harus ekstra sabar
b.      konselor tidak menimbulkan reaksi yang tidak membantu
c.       konselor harus hati-hati dan mempunyai bukti yang cukup untuk memastikan kalau asumsi itu benar-benar salah (validitas)
d.      konselor harus mampu membuka pikiran klien agar mampu memperbaiki asumsi-asumsi yang salah tersebut
e.       konselor harus mampu membuktikan kalau asumsi itu salah

2.5    Aspek Motivasi Dalam Konseling
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan
Pada siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan belajar tersebut berasal dari beberapa sumber dan siswa belajar karena di beri dorongan oleh kekuatan mental. Sehingga para ahli psikologi menggolong motivasi sebagai kekuatan mental yang mendorong siswa belajar. Jenis-jenis motivasi yaitu :
1.      Motivasi primer
Motivasi primer ialah motivasi yang berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
2.      Motivasi skunder
Manusia adalah makhluk social, perilakunya terpengaruh oleh tiga komponen penting yaitu afektif, kognetif, dan konatif.
Prinsip-prinsip motivasi :
1.         Prinsip kompetisi
Yaitu memberikan motivasi untuk mengikuti kompetisi yang secaara sehat yang dimulai dari pribadinya.
2.         Prinsip pemacu
Prinsip pemacu ini yaitu dorongan untuk melakukan berbagai tindakan.
3.         Prinsip ganjaran dan hukum
Memberikan ganjaran, karena dengan adanya ganjaran seseorang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari kesalahan yang telah dilakukan.
4.         Prinsip kedekatan tujuan
Dengan mengetahui tujuan yang jelas maka akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.

2.6    Aspek Budaya Dalam Konseling
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan juga menentukan dalam proses konseling, karena setiap budaya memiliki cara hidup yang berbeda, baik dari segi bahasa maupun yang lain. Sehingga seorang konselor harus bias mengerti atau mengetahui budaya klien yang dihadapinya agar proses konseling bias berjalan secara efektif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU