BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses asuhan kebidanan. Bidan perlu memahami dan mengaplikasikan konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan saling percaya dengan klien yang akan membantu perubahan perilaku klien ke arah yang positif. Komunikasi juga merupakan dasar interaksi antara bidan dengan tim kesehatan lain. Penggunaan komunikasi yang tepat saat bidan berinteraksi dengan tim kesehatan lain akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan. Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai.
Bidan yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan kebidanan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
· Untuk mengetahui tentang komunikasi Terapeutik
1.2.2 Tujuan Khusus
· Untuk mengetahui pengertian, teknik (tahapan), tujuan, manfaat,strategi komunikasi terapeutik dan aplikasi Komunikasi Terapeutik.
· Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Inter Personal/ konseling kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan bidan untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Sementara menurut Stuart G.W 1998, Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara bidan dan klien, dalam hubungan ini bidan dan klien memperoleh pengalaman bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Menurut Hibdon S, komunikasi terapeutik merupakan pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya, dan ini merupakan fokus dari komunikasi terapeutik. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik dalm proses asuhan kebidanan adalah suatu hubungan interpersonalantara bidan dan klien, dimana bidan berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri maupun masalahnya dengan orang lain atau lingkungannya.
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi ini bertujuan untuk memotivasi dan mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih kontruktif dan adaptif. Selain itu komunikasi ini juga diarahkan paa pertumbuhan klien yang meliputi hal-hal berikut :
a. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.
Klien yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat atau bidan mampu menerima dirinya.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akn dapat meningkatkan kemampuan klien dalam mebina hubungan saling percaya ( Hibdon S., dalam Suryani, 2005).
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan serta mencapai tujuan yang realistis.
Tugas bidan dengan kondisi ini adalah membimbing klien dalam membuat tujuan yang realistis serta meningkatkan kemampuan klien memenuhi kebutuhan dirinya.
d. Rasa Identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.
Identitas pesonal yang dimaksud adalah status, peran , dan jenis kelamin klien. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Bidan diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.
Tujuan terapeutik akan tercapai apabila dalam melakukan “helping relationship”, bidan memiliki karakteristik sebagai berikut :
· Kesadaran diri terhadap nilai yang dianut. Bidan harus mampu menjelaskan tentang dirinya sendiri, keyakinannya, apa yang menurut penting dalam kehidupannya, setelah itu barulah ia akan mampu menolong orang lain menjawab pertanyaan tentang hal – hal tersebut.
· Kemampuan untuk menganalis perasaannya sendiri. Bidan secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi berbagai perasaan yang dialaminya, seperti rasa malu, marah, kecewa, putus asa.
· Kemampuan menjadi contoh peran. Bidan sebaiknya mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat, termasuk kemampuan menjaga kesehatan agar dapat dicontoh oleh orang lain.
· Altruistik. Bidan merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara manusiawi.
· Rasa tanggung jawab etik dan moral. Setiap keputusan yang dibuat selalu memperhatikan prinsip – prinsip yang menjunjung tinggi kesehatan /kesejahteraan manusia.
· Tanggung jawab. Ada dua dimensi tanggung jawab yang perlu diperhatikan, yaitu tanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan berbagai tanggung jawab dengan orang lain.
2.3 2.3 Prinsip-Prinsip Komunukasi Terapeutik
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Menjadikan klien sebagai fokus yang utama dalm interaksi.
b. Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman.
c. Mempergunakan sikap membuka diri hanya tujuan terapeutik.
d. Menerapkan perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.
e. Menghindari hubungan sosial dengan klien.
f. Harus betul-betul menjaga kerahasian klien.
g. Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori.
h. Mengobservasi respon vebral klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subyek untuk topik jika perubahan isi topik bukan sesuatu yang sangat menarik bagi klien.
i. Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku dan memberi nasihat klien.
j. Berikan petunjuk klien untuk menginterpretasi kembali pengalamannya secara rasional. Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral bagi perawat atau bidan.
Perawat atau bidan harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya, Pasquali dan Arnold serta Watson menyatakan bahwa “ Human Care” terdiri atas upaya-upaya untuk melindungi, untuk meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusian dengan membantu orang lain dalam mencari arti dalam sakit, penderitaan dan keberadaanya dibutuhkan dalam membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri.
2.4 Teknik Komunikasi Terapeutik
Dua persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif , yaitu :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan.
2. Komunukasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan. Komunikasi terapeutik ini akan menjadi efektif hanya melalui penggunaan dan latihan yang sering. Artinya, dengan melatih diri menggunakan komunikasi yang bersifat terapeutik akan meningkatkan kepekaan diri kita akan perasaan orang lain,khususnya klien. Selain itu dalam komunikasi terapeutik, diri kita akan terlatih mengerti akan keinginan yang dibutuhka oleh klien. Tekhnik komunikasi yang dikutip dari artikel Purba, J.M. (2008) terdiri atas beberapa komponen berikut ini :
1. Mendengarkan.
Mendengarkan klien menyampaikan pesan verbal dan non-verbal mengandung arti bahwa perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Beberapa keterampilan yang dapat diterapkan agar bidan dapat mendengarkan klien dengan penuh perhatian adalahsebagai berikut :
a. Pandanglah klien ketika sedang berbicara atau menyampaikan pesan.
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
c. Pertahankan sikap tubuh yang menunjukan bahwa kita perhatian dan jangan menyilangkan kaki atau tangan
d. Hindari melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu
e. Berikan anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
f. Posisikan tubuh denganmencondongkan badan ke arah lawan bicara
2. Menunjukan Penerimaan.
Perlu diketahui, bahwa menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukan keraguan atau ketidaksetujuan. Bidan sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukan ketidaksetujuan terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang menandakan tidak percaya. Berikut ini sikap bidan yang menunjukan rasa percaya :
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
b. Memberikan umpan balik verbal pada klien dengan cara yang baik
c. Memastikan bahwa isyarat non verbal sesuai dengan komunikasi verbal
d. Menghindari berdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan hendaknya disampaikan secara berurutan selama pengkajian
4. Menggulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata Sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Misalnya :
Klien : “ Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
Bidan : ” Saudara mengalami kesulitan tidur...”
5. Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya bidan menghentikan pembicaraan sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman, karena keakuratan informasi sangat penting dalam memeberikan pelayanan asuhan kebidanan. Bidan perlu memberikan contoh yang kongkret agar pesan mudah dimengerti klien dan tidak ada kesalahpahaman.
6. Memfokuskan
Tekhnik ini dilakuakan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Bidan tidak seharusnya memutus pembicaran klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7. Menyampaikan Hasil Observasi
Bidan perlu memberikan respon kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan baik dan benar. Bidan menguraikan kesan yang ditimbulakan melalui syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan bidan sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
8. Menawarkan Informasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap bidan. Jika ada informasi yang ditutupi oleh dokter, seorang bidan hendaknya mengklarifakasi alasannya. Bidan dalam memberikan informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan nasihat melainkan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada bidan dan klien untuk mengorganisasikan pikiran masing-masing.diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri dalam memproses informasi yang ada. Menggunakan teknik diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu, karena jika tidak sedemikian maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam sangat berguna pada saat klien harus mengambiil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Teknik ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicara berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu bidan mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik lain yang berkaitan. Misalnya, “selama kurang lebih 2 jam, anda dan saya telah membicarakan tentang....”
11. Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan pada klien dapat dilakukan dengan cara seperti menyambut denga salam dan meyebutkan namanya. Dengan melakukan hal tersebut bidan dapat menunjukan kesadarannya tentang perubahan yang terjadi selain itu juga dapat bahwa bidan dapat menghargai klien sebagai manusia seutuhnyayang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Namun, penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dengan kata lain penghargaan tersebut jangan sampai membuat klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
12. Menawarkan Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar