FRAKTUR COSTA


Fraktur costa adalah tipe trauma dada yang paling umum, terjadi pada lebih dari 60 % kasus pasien yang masuk rumah sakit dengan cedera dada tertutup. Kebanaykan fraktur costa adalah jinak dan diatasi secara konservatif. Fraktur tiga costa pertama jarang terjadi namun dapat mengakibatkan kematian yang tinggi karena fraktur tersebut berkaitan dengan laserasi arteri atau vena subklavia. Costa kelima dan kesembilan adalah tempat fraktur yang paling umum. Fraktur yang lebih rendah dikaitkan dengan cedera pada limpa dan hepar, yang mungkin tergores oleh patahan iga.
            Jika sadar, pasien akan mengalami nyeri yang sangat hebat, nyeri tekan, spasme otot diatas area fraktur, yang aakn diperburuk dengan batuk, napas dalam, dan gerakan. Area sekitar fraktur mungkin tampak memar. Bunyi krekles, grating dalam toraks (krepitus subkutan) mungkin terdeteksi. Untuk mengurangi nyeri, pasien akan membebat (splint) dada dengan bernafas dangkal dan akan menghindari menghela nafas, nafas dalam, batuk, dan bergerak. Keengganan  untuk bergerak atau bernafas ini sangat mengakibatkan penurunan ventilasi, kolaps alveoli yang tidak mendapat udara (atelektasis), pneumonitis, dan hipoksemia. Insufisiensi pernafasan dan gagal nafas akan menjadi hasil dari siklus yang demikian. Pemeriksaan diagnostic dapat mencakup roentgen dada, serial iga, EKG, dan gas darah arteri.

HEMATOTHORAKS

Yaitu adanya darah di cavum pleura, missal karena fraktur costae, darah tidak bisa keluar karena dinding thorak utuh, terjebak di cavum pleura. Hal ini dapat menyebabkan paru sulit berkembang dan akhirnya dapat terjadi kolaps paru.
Tanda-tanda:
1.    Sesak nafas
2.    Kadang-kadang timbul preshock dan bahkan bias shock hipovolemik karena darah yang mengalir tidak bias dihentikan.
3.    Perkusi redup dan auskultasi vesikuler menurun.
Tindakan segera pasang WSD dan resusitasi cairan segera .0{!� <p@}�Au'font-size:11.0pt;line-height:150%; font-family:"Arial","sans-serif"'>Terbuka
Fraktur dimana antara pernah atau terdapat hubungan antara fragmen-fragmen tulang dengan dunia luar karena ada luka dikulit.

PENATALAKSANAAN
            Ada 4 prinsip penatalaksanaan fraktur,
  1. Recognition (Penegakan Diagnosis)
Penegakan diagnosis fraktur, dengan pemeriksaan fisik:
Look   : Fraktur tertutup---deformitas (udem, hematom), angulasi, rotasi
  Fraktur terbuka---deformitas, vulnus, perdarahan, fragmen tulang.
            Feel     : Nyeri tekan setempat, nyeri tekan sumbu, krepitasi.
            Move   : Nyeri pada pergerakan pasif
                          Nyeri pada pergerakan aktif
                          Terbatas karena nyeri.
  1. Reposition
Mengembalikan kedudukan tulang yang patah ke tempat semula dengan cara manual, traksi, dan operasi.
  1. Retaight (Immobilisasi)
Mempertahankan agar tulang yang patah tidak banyak melakukan pergerakan yang akan memperlama proses penyembuhan. Jenis immobilisator: gips, traksi, nail, plate, screw, dll.
  1. Rehabilitasi
Mempercepat pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang terkena.

KOMPLIKASI
  1. Shock neurogenik/hipovolemik
  2. Infeksi
  3. Emboli lemak
  4. Trombosis vena
  5. Dekubitus
  6. Kekakuan otot dan sendi
  7. Kompartemen Syndrome


0%'>�ns@}�Aut-size:11.0pt;line-height:150%;font-family:"Arial","sans-serif"'>-Tidak ada respon, flaksid                                                            1

B. Etiologi
- Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang sedang bergerak
mis: pukulan-pukulan tumpul, kena lemparan benda tumpul
-       kepala membentur benda/objek yang secara relative tidak bergerak
mis: membentur tanah/mobil
-Kombinasi keduanya

C. Patofisiologi

D. Manifestasi Klinis
     1. Geger selebral (Komutio selebri)
-Bentuk ringan
-disfungsi neurologist sementara dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran
-pingsan mungkin hanya beberapa detik/menit
-Gejala lain: sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, pusing, peka
-Amnesia retrogard
     2. Memar otak (kontusio selebri)
Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi tergantung lokasi dan derajad
-Ptechie dan rusaknya jaringan saraf
-Edema jaringan otak
-Peningkatan tekanan intracranial (PTIK)
-Herniasi
_Penekanan batang otak
  1. Hematoma Epidural
“talk dan die” tanda klasik:
Penurunan kesadaran ringan saat benturan, meripakan periode lucid (pikiran jernih), beberapa menit s.d beberapa jam, menyebabkan penurunan kesadaran, neurologist (tanda hernia):
-Kacau mental → koma
-gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
-pupil isokhor → anisokhor
  1. Hematoma subdural
Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid, biasabya karena aselerasi, deselerasi, pada lansia, alkoholik.
Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
-perluasan massa lesi
-peningkatan TIK
-sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang
-disfasia
5. Hematoma Intrakranial
-Penumpukan darah dalam paremkim otak (≥25 ml)
-karena fraktur depresi tulang tengkorak, cedera penetrasi peluru
-gerakan aselerasi-deselerasi tiba-tiba.
E. pemeriksaan Diagnostik
- X Ray tengkorak
-CT Scan
-Angiografi
-Pemeriksaan neurologist
F. Penatalaksanaan medis
-Dexamethason/ Kalmethason
-Analgesik
-Larutan hipertonik, yaitu manitol 20% atau glukosa 40%
-Antibiotik
-Pembedahan
.0pt;l7�hi@}�Aumso-list:l4 level1 lfo5;tab-stops:list 36.0pt'>v  Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0
Setiap T, setiap N, M1

Setiap T, N0, M0, T1, N1, M0
T2-4, N1, M0

Setiap T, setiap N, M0



Tipe dan stadium
<45 tahun
>45 tahun
Folikuler
v  Stadium I
v  Stadium II
v  Stadium III
v  Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0
Setiap T, setiap N, M1
-
-

T1, N0, M0
T2-4, N0, M0
Setiap T, N1, M0
Setiap T, setiap N, M0
Meduler
v  Stadium I
v  Stadium II
v  Stadium III
v  Stadium IV

-
setiap T, setiap N, M0
-
setiap T, setiap N, M1

T1, N0, M0
T2-4, N0, M0
Setiap T, N1, M0
Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat dikalsifikasikn
v  Stadium I
v  Stadium II
v  Stadium III
v  Stadium IV

-
-
-
setiap T, setiap N, etiap M

-
-
-
setiap T, setiap N, setiap M

Catatan :
            Tx : tumor tidak dapat ditentukan
            T0 : Tidak ada tumor
            T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
            T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
            T3 : fikus intraglanduler multiple
            T4 : tumor primer terfiksasi

Metastase Kanker
Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda awal adanya penyakit. Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal diagnosis. Setiap pembesaran limfonodi servikalis yang tidak terjelaskan memerlukan pemeriksaan tiroid, yang kadang kadang menderita tumor primer yang sangat kecil untuk diraba, diagnosisnya didasarkan pada hasil biopsy limfonodi. Paru paru merupakan tempat metastase yang paling lazim di luar leher. Mungkin tidakada menifestasi klinis yang dapat diacu padanya, secara rontgenografis, tumor ini tampak  sebagai infiltrasi nodular atau milies difus, terutama bagian basal. Tumor ini mungkin terkelirukan dengan TBC, histoplasmosis atau sarkoidosis. Tempat tempat matastasis lain meliputi mediatinum, tulang panjang, tulang tengkorak dan aksilla.



Diagnosis
Secara klinis ditegakkan diagnosis struma nodusa dengan persangkaan jinak atau ganas. Diagnosis yang diperoleh dapat berupa :
  1. kelainan yang bukan neoplasma
  2. neoplasma jinak
  3. neoplasma ganas. Bila diagnosisnya suatu proses keganasan tiroid maka harus dinilai apakah masih operable ataukah sudah inoperable.
Diagnosis pasti dengan histopatologi. Sediaan dapat diperoleh denganpemerisaan potong beku atau pemeriksaan dengan paraffin coupe (gold standar).

Pemeriksaan Penunjang
Langkah pertama yang dianjurkan adalah menetukan status fungsi tiroid dengan memeriksa TSH (sensitive) dan T4 bebas. Pada keganasan thyroid umumnya fungsi thyroid normal. Tetap abnormalitas fungsi thyroid tidak dapat dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan.
  1. Pemeriksaan laboratorium tidk ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan kadar kalsitonin untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler. Pengukuran kadar human Thyroglobulin, suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang berdiferensiasi baik terutama untuk monitoring setelah terapi pembedahan total tiroidektomi.
  2. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik dan sebagai penuntun pada biopsy jarum halu. Nodul padat cenderung ganas.
  3. Pemeriksaan sisdik thyroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran muklir. Bila nodul menangkap yodium sedikit dari jaringan thyroid yang normal disebut nodul dingin. Bila sama afinitasnya disebut nodul hangat. Karsinoma thyroid sebagian besar nodul dingin.
  4. Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau biopsy jarum halus. Hasil ketepatan diagnostiknya masih diperdebatkan.
  5. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan foto paru posterioanterior, foto polos jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral dengan posisi leher hiperekstensi bila tumornya besar, esofagogram bila secara klinis terdapat tanda tanda adanya infiltrasi ke esophagus dan foto tulang bila ada tanda tanda metastasis ke tulang.

Penatalaksanaan
1.    Pembedahan
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total. Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan ruptur esophagus. Setelah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis supresif untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid
2.    Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis kontralateral, dilakukan:
a.    Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga diberikan pada tumor tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor
b.    Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor inoperable atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian eksterna terapi radiasi menghadapi risiko untukmengalami mukositis, kekeringan mulut, disfagia, kemerahan mulut, anoreksia, kelelahan.

Prognosis

Prognosis pasien dengan kanker thyroid berdiferensiasi baik tergantung pada umur, adanya ekstensi, adanya lesi metastasis, diameter tumor dan jenis histopatologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU