ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN DIABETES MELLITUS


1. Pengertian Diabetes mellitus
         Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

2.      Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:

a.       Klasifikasi Klinis
1)      Diabetes Mellitus
a)      Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
b)      Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II
(1)   DMTTI yang tidak mengalami obesitas
(2)   DMTTI dengan obesitas
2)      Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
3)      Diabetes Kehamilan (GDM)
b.      Klasifikasi risiko statistik
1)      Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2)      Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat  penurunan jumlah produksi insulin.

3.      Etiologi
a.       Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1)      Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2)      Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3)      Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b.      Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1)      Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2)      Obesitas
3)      Riwayat keluarga
4)      Kelompok etnik
3. Patofisiologi
           DM Tipe I                                                                       DM Tipe II
 




























Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999). 
            Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
            Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
            Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
4. Gejala Klinis
            Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
a.       Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
b.      Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c.       Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

5. Komplikasi
            Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
a)      Akut
1)      Hipoglikemia dan hiperglikemia
2)      Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3)      Penyakit mikrovaskuler,  mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4)      Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
b)      Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1)      Neuropati diabetik
2)      Retinopati diabetik
3)      Nefropati diabetik
4)      Proteinuria
5)      Kelainan koroner
6)      Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

6.      Evaluasi Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.

7.      Penatalaksanaan Diabetes mellitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
a.       Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1)      Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)      Mengarahkan pada berat badan normal
3)      Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4)      Mempertahankan kadar KGD normal
5)      Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6)      Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7)      Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah:
1)      Jumlah sesuai kebutuhan
2)      Jadwal diet ketat
3)      Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1)      Diit DM I        :     1100 kalori
2)      Diit DM II      :     1300 kalori
3)      Diit DM III     :     1500 kalori
4)      Diit DM IV     :     1700 kalori
5)      Diit DM V      :     1900 kalori
6)      Diit DM VI     :     2100 kalori
7)      Diit DM VII   :     2300 kalori
8)      Diit DM VIII  :     2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi,
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
J I        : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II       : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III     : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
                BB (Kg)
BBR =                            X 100 %
             TB (cm) – 100
Kurus (underweight)

1)      Kurus (underweight)   :     BBR < 90 %
2)      Normal (ideal)             :     BBR 90 – 110 %
3)      Gemuk (overweight)   :     BBR > 110 %
4)      Obesitas, apabila         :     BBR > 120 %
- Obesitas ringan         :     BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang        :     BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat           :     BBR 140 – 200 %
- Morbid                      :     BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:
1)      kurus      :     BB X 40 – 60 kalori sehari
2)      Normal   :     BB X 30 kalori sehari
3)      Gemuk   :     BB X 20 kalori sehari
4)      Obesitas :     BB X 10-15 kalori sehari
b.      Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1)      Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2)      Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3)      Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4)      Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5)      Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru
6)      Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c.       Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d.      Obat
1)      Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a)   Mekanisme kerja sulfanilurea
(1)   kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
(2)   kerja OAD tingkat reseptor
b)      Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(1)   Biguanida pada tingkat prereseptor à ekstra pankreatik
-          Menghambat absorpsi karbohidrat
-          Menghambat glukoneogenesis di hati
-          Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(2)   Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(3)   Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
1)      Insulin
a)      Indikasi penggunaan insulin
(1)         DM tipe I
(2)         DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3)         DM kehamilan
(4)         DM dan gangguan faal hati yang berat
(5)         DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6)         DM dan TBC paru akut
(7)         DM dan koma lain pada DM
(8)         DM operasi
(9)         DM patah tulang
(10)     DM dan underweight
(11)     DM dan penyakit Graves

b)      Beberapa cara pemberian insulin
(1)         Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
1.      lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
2.      Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
3.      Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
4.      Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
5.      Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
6.      Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
(2)         Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

e.       Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 1992).

KAKI DIABETES

A.    Pengertian
Kaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang merupakan komplikasi kronik DM.  manifestasi kelaianan kaki diabetes dapat berupa: dermopati, selulitis, ulkus, osteomilitis dan gangrene.
B.     Faktor Penyebab Kaki DM
1.      Faktor endogen:
§      Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
§      Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
§      Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
·         Adanya hormone aterogenik
·         Merokok
·         Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
·         Kaki dingin
·         Nyeri nocturnal
·         Tidak terabanya denyut nadi
·         Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
·         Kulit mengkilap
·         Hilangnya rambut dari jari kaki
·         Penebalan kuku
·         Gangrene kecil atau luas.
2.      Faktor eksogen
§      Trauma
§      Infeksi
Terdapat lima grade ulkus diabetikum/kaki diabetes antara lain:
1.      Grade 0           :           tidak ada luka
2.      Grade I            :           kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3.      Grade II          :           kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4.      Grade III         :           terjadi abses
5.      Grade IV         :           Gangren pada kaki bagian distal
6.      Grade V          :           Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
C.    Pedoman evaluasi kaki diabetes
  1. evaluasi vaskuler, meliputi:
·         palpasi pulsus perifer
·         ukur waktu pengisian pembuluh darah vena dengan cara mengangkat kaki kemudian diturunkan, waktu lebih dari 20 detik berarti terdapat iskemia atau kaki pucat waktu diangkat.
·         Ukur capillary reffile normal 3 detik atau kurang.
  1. evaluasi neurologik, meliputi pemeriksaan sensorik dan motorik
  2. evaluasi muskuloskeletal, meliputi pengukuran luas pergerakan pergelangan kaki dan abnormalitas tulang.
D.    Pendidikan kesehatan perawatan kaki
  1. Hiegene kaki:
·         Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan digosok
·         Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan yang berlebih
·         Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
·         Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
·         Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
·         Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.
  1. alas kaki yang tepat
  2. mencegah trauma kaki
  3. berhenti merokok
  4. segera bertindak jika ada masalah
E.     prinsip Penanganan Ulkus Kaki Diabetes
  1. perawatan luka
  2. antibiotika
  3. pemeriksaan radiologis
  4. perbaikan sirkulasi dan nutrisi
  5. Meminimalkan berat badan

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
               Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999)
1.      Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
2.      Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3.      Pemeriksaan Diagnostik
1)      Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2)      Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3)      Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4)      Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5)      Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4.      Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
5.      Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
2.   Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Diabetes Mellitus, diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


b.      PK: infeksi
c.       Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
e.       PK: hiperglikemi, Neuropati, Retinopati, Nefropati, Hipertensi, hipoalbuminemia
f.       Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
g.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber informasi.


































ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W
DENGAN ULKUS DIABETES MELLITUS GRADE II DI RUANG G
RSUP DR. SOERAJI TIRTONEGORO KLATEN


I.  Identitas Diri Klien

Nama                        :     Ny W
Umur                        :     65 tahun
Jenis kelamin            :     Perempuan
Alamat                     :     Prayan, Jetis, Karang nongko
Pendidikan               :     SD
Pekerjaan                  :     Petani
Lama bekerja            :     20 tahuh
Status Perkawinan   :     Kawin
Agama                      :     Islam
Suku                         :     Jawa
Tanggal masuk RS   :     23 Maret 2005
Tanggal Pengkajian :     28 Maret 2005
Sumber Informasi    :     Klien, Keluarga, Medical Record

II. Riwayat Penyakit

1.      Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Luka di tumit kaki kiri dan terasa nyeri skala 5-6.
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit klien kena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak  mengetahui  penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih berhati-hati dan pelan-pelan saat berjalan.
2 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka pada tumit menjadi membengkak diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan luka pada tumit kaki klien makin bertambah, luka makin membenkak dan oleh cucunya luka tersebut di buka atau diiris keluar pusnya banyak. Klien hanya istirahat di rumah dan akhirnya karena merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka tersebut maka oleh keuarganya klien dibawa ke rumah sakit.
Hari masuk rumah sakit, keluhan luka tumit, kemudian dilakukan perawatan luka .
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien terdeteksi diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit ini. Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4.      Diagnosa Medik Saat Masuk Rumah Sakit:
-          Ulkus Diabetes mellitus Grade II
-          DM2NO

Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium:
Tanggal 23 Maret 2005
                                                         Normal
ALT          :     16,4                          (10 – 40)
AST           :     14,8                          (10 – 42)
BUN         :     22,1                          (7 – 18)
Creatinin   :     1,22                          (0,6 – 1,3)
Glukosa     :     515, 9 mg/dl             (80 – 120)
Ureum       :     47,29                        (20 – 40)

RBC          :     3,81106/μl                (3,7-6,5)
HGB         :     10,1 9/dl                   (12-18)
HCT          :     31,6 %                      (47-75)
MCV         :     82,9 Fl                      (80-99)
MCH         :     26,5 Fl                      (27-31)
PLT           :     386 103/μl                (150-450)
RDW         :     42,2 Fl                      (35-47)
PDW         :     9,9 Fl                        (9-13)
MPV         :     8,4 Fl                        (7,2-11,1)

Differential
MXD         :     6,2 %                        (0-8)
Neut          :     87,3 %                      (40-74)
Lym#         :     1,6 103/μl                 (1-3,7)
MXD#       :     1,6 103/μl                 (0-1,2)
Neut#        :     21,9103/μl                (1,5-7)

Interpretasi:
-          glukosa = 515, 9 mg/dl ; Hiperglikemi
-          WBC = 25,1 103/μl ; Leukositosis
-          HGB   =    10,1 9/dl
-          HCT    =    31,6 %

Tindakan yang telah dilakukan

-          Diit DM IV (1700 kalori)
-          USG : cista ovarium
-          Rongent : tidak ada osteomyelitis
-          EKG : ST elevasi
-          Infus NaCl 30 tetes per menit
-          Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-          Rawat luka dan nekrotomi   
-          Metronidazol : 3 X 500 gr
-          Captopril : 2 X 12,5 mg
-          Ceftriaxon : 2 X 1 gr

III.Pengkajian Saat Ini

1.      Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita klien, karena klien dan keluarga hanya mengetahui kalau klien tersebut dirawat di rumah sakit hanya karena adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemerliharaan kesehatan klien selalu memeriksakan diri ke dokter atau mantri praktek di sekitar rumahnya.
2.      Pola Nutrisi / metabolik
Program diit RS: DM IV (1700 kalori)
Intake makanan  :   sebelum sakit klien makan 3 kali sehari, dengan sayur dan lauk. Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging kambing. Saat sakit / dirawat di rumah sakit klien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian. Menurut klien BB turun dari biasanya, BB tidak terkaji.
Intake cairan       :   sebelum sakit klien minum 6 – 7 gelas sehari, minuman pantangan kopi. Saat di rumah sakit ini klien mendapat cairan infus 1000 ml sehari  dan minum air putih 3 – 4 gelas sehari .

3.      Pola Eliminasi
a.      Buang air besar
Sebelum sakit: sekali per dua atau  tiga hari. Dan saat sakit di rumah sakit klien sekali per dua atau  tiga hari, dengan konsistensi padat, warna kuning.
b.      Buang air kecil
Sebelum sakit klien BAK 7 – 8 kali sehari. Dan selama di rumah sakit klien terpasang dower cateter mulai tanggal 23 Maret 2005. Dalam satu hari ±  800 CC warna kuning pekat.
4.      Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri
0
1
2
3
4
Makan / Minum


ü


Mandi


ü


Toileting



ü

Berpakaian


ü


Mobilitas di Tempat Tidur


ü


Berpindah


ü


Ambulasi / ROM


ü


0 : mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4 : tergantung total.
Oksigenasi: Klien bernafas secara spontan tanpa bantuan alat oksigenasi.




5.      Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat di rumah sakit klien banyak istirahat dan tidur.
6.      Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7.      Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.
8.      Pola Seksualitas dan Reproduksi
Klien sudah menopouse, klien menikah dua kali. Dengan suami yang pertama mempunyai 7 anak dan dengan suami yang kedua klien tidak mempunyai anak. Klien merasa senang dan bahagia karena didampingi oleh suami yang kedua.
9.      Pola Peran-hubungan
Klien lebih dekat dengan suami. Komunikasi dengan perawat sekarang hanya apabila ditanya, menggunakan bahasa jawa.
10.  Pola Managemen koping-stress
Setiap ada permasalahan klien senantiasa didampingi oleh keluarganya.
11.  Sistem Nilai dan keyakinan
Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi, tapi meyakini apapun penderitaannya Tuhan yang mengaturNya.

IV. Pemeriksaan Fisik

1.      Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini:
Nyeri pada luka di tumit kaki kiri, skala 5-6 , merasa panas seperti terbakar.
2.      Tanda-tanda Vital
(3)   Suhu                      : 36,5 C
(4)   Nadi                      : 80 X/menit
(5)   Pernafasan             : 20 X/menit
(6)   Tekanan Darah      : 160/100 mmHg
  1. BB / TB
TB = 150 cm.
BB tidak terkaji, klien tampak gemuk.
5.      Kepala
Bentuk            :  normochepal
Rambut           :  lebat, sedikit beruban
Mata                : Conjungtiva  : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (- / -), Reflek  cahaya +/+, fungsi penglihatan baik.
Mulut              :  bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal.
6.      Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus. Tidak ada peningkatan JVP.
7.      Thorak
Inspeks      :     simetris
Perkusi      :     Sonor kanan kiri
Palpasi       :     fremitus kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak.
Auskultasi :     paru-paru : Vesikuler kanan kiri
                       Jantung    : S1 S2 murni, iktus cordis teraba
8.      Abdomen
Inspeks      :     Perut kelihatan lebih besar, dengan diameter 30 cm.
Palpasi       :     Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi      :     timpani
Auskultasi :     Peristaltik  20 x per menit
9.      Inguinal dan genitalia
Tidak ada kelainan di regio inguinal. Klien terpasang dower catheter sejak tanggal 23 maret 2005.
10.  Ekstremitas
Terdapat ulkus di tumit kaki kiri, luas ulkus dengan diameter ± 5 cm kadalamannya ± 1 cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat udema di bagian distal kaki kiri.  Infus terpasang di tangan kiri.
Pergerakan         :           B            B
                                            B            TB
11.  Program Terapi
Tanggal 28 Maret 2005
-          Diit DM IV (1700 kalori)
-          Infus NaCl 30 tetes per menit
-          Injeksi Reguler Insulin 3  X 14 iU
-          Metronidazol : 3 X 500 gr  (IV)
-          Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-          Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-          Perawatan luka; nekrotomi
-          Cek GDN dan 2 jam PP
Tanggal 29 Maret 2005
-          Diit DM IV (1700 kalori)
-          Infus NaCl 30 tetes per menit
-          Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-          Metronidazol : 3 X 500 gr  (IV)
-          Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-          Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-          Perawatan luka; nekrotomi
Tanggal 30 Maret 2005
-          Diit DM IV (1700 kalori)
-          Infus NaCl 30 tetes per menit
-          Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-          Metronidazol : 3 X 500 gr  (IV)
-          Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-          Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-          Perawatan luka; nekrotomi
Tanggal 31 Maret 2005
-          Diit DM IV (1700 kalori)
-          Infus NaCl 30 tetes per menit
-          Injeksi Reguler Insulin 3  X 12 iU
-          Metronidazol : 3 X 500 gr  (oral)
-          Captopril : 2 X 12,5 mg (oral)
-          Ceftriaxon : 2 X 1 gr (IV)
-          Perawatan luka; nekrotomi
-          Cek GDN dan 2 jam PP
12.  Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 Maret 2005
                                                         Normal
ALT          :     16,4                          (10 – 40)
AST           :     14,8                          (10 – 42)
BUN         :     22,1                          (7 – 18)
Creatinin   :     1,22                          (0,6 – 1,3)
Glukosa     :     515, 9 mg/dl             (80 – 120)
Ureum       :     47,29                        (20 – 40)

RBC          :     3,81106/μl                 (3,7-6,5)
HGB         :     10,1 9/dl                   (12-18)
HCT          :     31,6 %                      (47-75)
MCV         :     82,9 Fl                      (80-99)
MCH         :     26,5 Fl                      (27-31)
PLT           :     386 103/μl                 (150-450)
RDW         :     42,2 Fl                      (35-47)
PDW         :     9,9 Fl                        (9-13)
MPV         :     8,4 Fl                        (7,2-11,1)

Differential
MXD         :     6,2 %                        (0-8)
Neut          :     87,3 %                      (40-74)
Lym#         :     1,6 103/μl                  (1-3,7)
MXD#       :     1,6 103/μl                  (0-1,2)
Neut#        :     21,9103/μl                 (1,5-7)


24 Maret 2005
GDN         :     407,0 mg/dl
2 Jam PP   :     476,9 mg/dl
26 Maret 2005
GDN         :     261 mg/dl
2 Jam PP   :     431,3 mg/dl
28 Maret 2005
GDN         :     154 mg/dl
2 Jam PP   :     327 mg/dl


ANALISA DATA

No
Data
Masalah
Etiologi
1.
S : -
O : WBC = 25,1 103/uL
      HGB 10,1 gr/dl
 luka Ulkus grade 2 di tumit kaki kiri, skala 5-6 , merasa panas seperti terbakar
Terpasang DC sejak tanggal 23 Maret 2005
PK : Infeksi

2
S.  Klien mengeluh nyeri pada luka ulkus grade 2 di tumit kaki kiri, skala 5-6, nyeri seperti terbakar.
O. Wajah tegang saat ulkus dibersihkan
Klien menyeringai saat ulkus di tekan
Nyeri akut
Agen injury: fisik
3.
S : Klien mengeluh nyeri pada luka
O : WBC = 25,1 103/uL
      HGB 10,1 gr/dl
      Ulkus grade 2 di tumit diameter  ± 5cm
GDN 28 maret 2005 = 154 mg/dl
GD 2 jam PP  28 maret 2005 = 327 mg/dl


Kerusakan integritas jaringan
Faktor  mekanik: mobilitas dan penurunan neuropati, perubahan sirkulasi.
4.
S : Klien mengatakan tidak bisa menghabiskan diit yang diberikan dan merasa bahwa berat badannya turun meskipun tidak ditimbang.
O : Diit yang diberikan habis ¼
       HGB 10,1 gr/dl 
GDN 28 maret 2005 = 154 mg/dl, GD 2 jam PP  28 maret 2005 = 327 mg/dl
Ketidakseimbangan nurisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Faktor biologis
5.
S: Klien mengatakan nyeri saat melakukan kegiatan
O: Seluruh aktivitas dan Kebutuhan ADL klien dibantu
Kerusakan mobilitas fisik
Tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas
6.
S: Klien mengatakan kalau datang  di rumah sakit ini hanya karena luka ulkus tersebut.
Klien menanyakan tentang penyakitnya.
O: Klien bingung saat ditanya tentang penyakit DM
Defisit pengetahuan: proses penyakit dan perawatannya
Kurang familier dengan sumber informasi
7.
S: Klien mengatakan sudah sejak 10 tahun yang lalu menderita tekanan darah tinggi
O: Tekanan darah tgl 28 Maret 2005 adalah 160/100 mmHg
PK: HIpertensi


Diagnosa Keperawatan:
1.      PK : infeksi
2.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injury : fisik
3.      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Faktor  mekanik: mobilitas dan penurunan neuropati, perubahan sirkulasi.
4.      Ketidakseimbangan nurisi: kurang berhubungan dengan Faktor biologis
5.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas.
6.      Defisit pengetahuan tentang proses penyakit DM dan perawatannya berhubungan dengan Kurang familier dengan sumber informasi
7.      PK: Hipertensi



















1 komentar:

Unknown mengatakan...

tambaah kan intervensi sampai evaluasi nya dong,,,

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU