ANALISIS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDART NANDA, NOC DAN NIC DI IRNA PENYAKIT DALAM


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


      Gagal jantung terjadi bila abnormalitas fungsi jantung menyebabkan kegagalan memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan metabolisme, atau mempertahankan curah jantung hanya dengan peningkatan tekanan pengisian (Mckelvie, 2002). Insidens gagal jantung meningkat sesuai umur. Pada mereka yang berusia kurang dari 65 tahun, insidensnya 1 per 1000 laki-laki pertahun dan 0,4 per 1000 perempuan pertahun. Pada yang berusia lebih 65 tahun, insidensnya 11 per 1000 laki-laki pertahun dan 5 per 1000 perempuan pertahun. Prevalensi gagal jantung diastolik di masyarakat tidak diketahui. Prevalensi gagal jantung dengan fungsi sistolik terjaga pada pasien di RS dengan klinis gagal jantung bervariasi dari 13 sampai 74%. Kurang dari 15% orang yang lebih muda dari 65 tahun dengan gagal jantung memiliki fungsi sistolik normal, dimana prevalensinya sekitar 40% pada orang usia lebih 65 tahun (Mckelvie, 2002). 
      Prognosis gagal  jantung  buruk,  dengan mortalitas 5 tahun   berkisar   dari 26 sampai 75%. Hampir 16% dari penderita akan mengalami gagal jantung kembali dalam 6 bulan setelah serangan pertama. Di USA, hal ini merupakan penyebab utama masuknya pasien usia lebih 65 tahun ke RS. Kematian penderita gagal jantung disebabkan oleh kejadian iskemik umum. Kematian tiba-tiba, utamanya disebabkan oleh aritmia ventrikuler, yang bertanggung jawab bagi 25 sampai 50% dari semua kematian, dan merupakan penyebab paling umum dari kematian pada penderita gagal jantung. Mortalitas tahunan pasien dengan gagal jantung diastolik bervariasi dalam penelitian observasi  antara 1,3 sampai 17,5%. (Mckelvie, 2002).
Di Indonesia meskipun data mengenai penyakit gagal jantung belum ada laporan pasti, tetapi penderita kardivaskuler setiap tahunnya terus bertambah, salah satu penyebabnya adalah hipertensi pada pria 13,9%, wanita 16 %, komsumsi makanan yang berlebih serta kurang gerak fisik pada pria 16,6 %, pada wanita 17% (http=//www.swara.net/id/view-headline.php?ID=730,2004)
Dirumah Sakit Jantung Harapan Kita, sebagai Pusat Jantung Nasional pasien yang dirawat dengan gagal jantung dalam tiga bulan terakhir adalah 355 pasien dari total pasien 1877 atau mencapai presentasi 18,9% (Medikal record, RS Jantung Harapan Kita, 2003).
       Di RSUD Wates Kulon Progo jumlah kunjungan pasien gagal jantung pada tahun 2002 berjumlah 109 kasus dengan  jumlah kematian 12 kasus dari total kunjungan 6968 pasien, pada tahun 2003 meningkat 118 kasus dengan jumlah kematian 14 kasus dari total kunjungan 7368 pasien (Medikal record RSUD Wates).
      Penanganan  gagal jantung memerlukan kerjasama dari seluruh professi kesehatan, baik dokter, ahli gizi, ahli pisioterapis, dan perawat. Kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung  sesuai standar yang berlaku dari Rumah Sakit bersangkutan sangat perlu terus ditingkatkan mengingat  perawat  adalah  pendamping  pasien selama 24 jam.
      Standart Asuhan Keperawatan sebagai pedoman dan sebagai dasar evaluasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan telah  dipenuhi oleh Pemerintah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 660/MENKES/SK/IX/1987, yang dilengkapi surat Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 105/Yan.Med/RS/Medik/I/1988 tentang Penerapan Standart Praktek    Keperawatan  bagi  Perawat Kesehatan di Rumah Sakit dan Standart Asuhan Keperawatan yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yanmed No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Berdasarkan ketiga keputusan tersebut, dinyatakan bahwa semua tenaga perawat perlu memperhatikan serta menerapkan standart praktek keperawatan untuk mempermudah penerapan standart tersebut, sehingga alat pengukur kualitas lebih obyektif, valid dan realible. Tetapi dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan harapan dikarenakan perawat masih   banyak yang belum memiliki persepsi yang sama dalam penerapannya, terutama dari segi pendokumentasian karena tidak adanya pormulasi kesamaan bahasa yang tersusun dalam Standart Asuhan Keperawatan. Faktor penghambat tersebut   sampai saat ini belum  ditemukan  pemecahannya. Di RSUD  Wates mulai tahun 2000 sampai sekarang  setiap semester  selalu  mengadakan evaluasi  Standart Asuhan keperawatan di seluruh  bangsal rawat jalan dan rawat Inap, hasilnya    56  sampai  71,43 % (data Seksi Keperawatan RSUD Wates Kulon Progo, 2003).
      The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) merupakan klasifikasi pertama yang dimulai pada tahun 1973 sampai dengan saat ini dan diakui sebagai klasifikasi keperawatan pertama. Diagnosa keperawatan merupakan  dasar  untuk menentukan intervensi keperawatan untuk   mencapai hasil yang diharapkan dan dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat (NANDA 2001).
      Tahun 1987 Pusat Klasifikasi Keperawatan di Universitas Iowa mengenalkan Nursing intervention Classification (NIC) dan tahun 1991 mengenalkan Nursing Outcome Classification (NOC), dimana NIC dan NOC ini diakui lebih efektif dan efisien dalam bahasa diagnostik yang akan dikembangkan menjadi standart intervensi dan kreteria hasil. NIC dan NOC dapat dipergunakan bersama dengan diagnosa NANDA.
      NIC adalah Standart bahasa intervensi yang dapat digunakan di semua area keperawatan dan spesialis. Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien memcapai hasil yang diharapkan (Mc Closkey&Bulechek, 1996). NIC memuat intervensi fisiologi dan psikososial. Intervensinya untuk perawatan penyakit, pencegahan penyakit serta peningkatan kesehatan.
       NOC adalah mendefinisikan status klien setelah dilakukan intervensi keperawatan (Johnson&Mass, 2001). Standart kriteria hasil dikembangkan untuk mengukur hasil dari tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area keperawatan dan semua klien. NOC mempunyai  tujuh domain yaitu; fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan, kesehatan psikososil, pengetahuan dan perilaku kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat.
      Penggunaan standart bahasa dapat diterima untuk mempermudah administrasi dan pengambilan keputusan (ANA, 1995). Sistem NANDA, NOC dan NIC dapat diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan, kecuali pengkajian. NANDA, NOC dan NIC didukung oleh penelitian dan menfasilitasi perawatan lanjutan pada semua area keperawatan. NANDA  juga telah menyetujui suatu Taxanomi di dalam International Classification of Disease (ICD-10), World  Health Organitation, dan kategori yang diidentifikasi NANDA secara umum telah diterima oleh para perawat, tetapi membutuhkan validasi dan perluasan lebih jauh. Tetapi sampai saat ini NANDA, NOC, dan NIC masih belum ada yang mengembangkan sebagai pedoman Standart Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan untuk menstandarisasi bahasa terutama dalam penerapan di Rumah Sakit.  Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis  dokumentasi Asuhan Keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart  NANDA, NOC dan NIC di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates Kulon Progo, DIY.
B. RUMUSAN MASALAH
      Berdasarkan   uraian   pada  latar  belakang  diatas  maka  rumusan    masalah  pada  penelitian  ini  adalah “ Bagaimana   dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart  NANDA, NOC dan NIC di  IRNA Penyakit Dalam Rumah  Sakit Umum   Daerah     Wates    Kulon Progo, DIY ?”.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Rumah Sakit
Memberikan  masukan  kepada Rumah Sakit dalam upaya peningkatan pelayanan  keperawatan dan sebagai  dasar untuk menentukan kebijakan penggunaan metode Asuhan  Keperawatan  profesional  yang memiliki standarisasi bahasa sehingga Asuhan Keperawatan yang diberikan lebih efektif dan efisien.
2. Bagi Organisasi Profesi Keperawatan
Sebagai  wacana  untuk  membuat  Standart  Asuhan  Keperawatan  dengan mengembangkan  NANDA,  NOC dan  NIC, serta meningkatkan wawasan perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan terutama pada pasien dengan Gagal Jantung.
3. Bagi Klien
Mendapatkan Asuhan Keperawatan yang sesuai dengan masalah yang dialami.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang berharga untuk melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan dapat lebih  memahami tentang Diagnosa  NANDA, NOC dan NIC.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh  gambaran,  tentang  dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart  NANDA, NOC  dan  NIC  di IRNA Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah  Wates  Kulon Progo.
2. Tujuan Khusus
a.   Untuk  mengetahui diagnosa  keperawatan  menurut NANDA pada pasien dengan gagal jantung.
b.   Untuk  mengetahui NOC pada pasien dengan gagal jantung.
c.   Untuk  mengetahui NIC pada pasien dengan gagal jantung.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Sepengetahuan penulis, penelitian yang dilakukan oleh penulis belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Terbukti dari hasil studi pendahuluan dari internet, jurnal, kepustakaan oleh peneliti belum menemukan tentang penelitian serupa. 









BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A.GAGAL JANTUNG



1. Definisi gagal jantung
       Gagal jantung terjadi bila abnormalitas fungsi jantung menyebabkan kegagalan memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan metabolisme, atau mempertahankan curah jantung hanya dengan peningkatan tekanan pengisian. Secara klinis ditandai dengan sesak napas, intoleransi kerja, retensi cairan, dan daya tahan hidup yang buruk. (McKelvie, 2002).

2. Etiologi dan faktor resiko

       Menurut Barbara, (1996), Penyebab kegagalan jantung dapat dikatagorikan kepada tiga penyebab yang menentukan sroke volume (isi sekuncup); Kontraktilitas kardiak, prelod dan afrter load, atau bisa juga karena kondisi yang mengurangi daya pengisian. Sebab-sebab kegagalan jantung bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kerusakan langsung pada jantung (berkurang kemampuan berkontraksi) infark myocard, myocarditis myokarial fibrosis, anurysma ventrikuler
b. Ventrikuler overlod atau terlalu banyak pengisian dari ventrikel;
1) Volume overload (kebanyakan preload) regurgitasi dari aorta atau defek septum ventrikuler.
2) Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir): stenosis aorta atau arteri pulmonal, hipertensi sistemik, hipertensi pulmonary
c. Keterbatasan pengisian sistolik ventrikuler , perikarditis konstriktif atau cardiomyopati, atau aritmi kecepatan yang tinggi, tamponade, mitral stenosis.
Penyakit arteri koroner merupakan penyebab gagal jantung yang paling umum. Penyebab lain berupa hipertensi dan kardiomiopati kongestif dilatasi idiopatik. Setelah penanganan hipertensi, munculnya hipertrofi ventrikel kiri merupakan faktor resiko bagi terjadinya gagal jantung. Faktor resiko lain seperti merokok, hiperlipidemia, dan Diabitus militus. Penyebab umum disfungsi diastolik ventrikuler adalah penyakit arteri koroner dan hipertensi sistemik. Penyebab lainnya adalah kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati restriktif atau infiltratif dan penyakit jantung vaskuler (katup).
3.Mekanisme kompensasi      
       Menurut sumber www.medicastore.com.(2004), tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung, yaitu:
  1. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight.
    reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf. Adrenalin dan noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stress mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu. Curah jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan meningkatnya dan bertambah kuatnya denyut jantung.
    Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini sangat menguntungkan, tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan. Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunnya fungsi jantung.
  2. mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam (natrium) oleh ginjal, untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air. Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung. Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah. Otot yang teregang berkontraksi lebih kuat, hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung. Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema). Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya gravitasi. Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan kaki
    jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung atau perut, sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam.
c. mekanime utama lainnya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi). Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.

4. Patofisiologi, tanda dan gejala
      Menurut Barbara,  (1996), cardiac output yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan ferfusi organ-organ tubuh yang vital. Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua pengaruh utama:
a. Meningkatan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.
b. Vasokontriksi perifer, mengeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang vital, seperti kulit dan ginjal dan juga ke organ-organ yang lebih vital,seperti otak. Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena kejantung. Peningkatan peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas. Pada permulaan respon berdampak pada cardiac output, namun selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium, meregangkan serabut-serabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume ventrikel dapat mempercepat preload dan kegagalan komponen-komponen.
     Gejala-gejala kegagalan jantung merupakan dampak  dari cardiac output dan kongesti yang terjadi pada sistem pulmonal atau kedua-duanya. Sedangkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif menurut Barbara,  (1996) adalah:
a. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh penurunan cardiac output; Lelah, angina, cemas, bunyi jantung S3, oliguri, penurunan aktifitas GI, kulit dingin, pucat
b. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri; Dyspnea, batuk, orthopnea, rales paru-paru, hasil X-ray memperlihatkan kongesti paru-paru
c.  Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik ventrikel kanan; Edema perifer , Distensi vena leher,hati memebesar, peningkatan CVP                                                                

5. Klasifikasi gagal jantung
Gagal jantung menurut New York Heart Assocition  terbagi atas empat kelas fungsional yaitu:
a. Timbul  gejala sesak pada aktifitas fisik  yang berat
b. Timbul gejala sesak pada aktifitas sedang
c. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan
d. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan

6. Diagnosa
       Menurut Sumber www.medicastore.com. (2004), diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan:
a.Denyut nadi yang lemah dan cepat
b.Tekanan darah menurun

c.Bunyijantung abnormal
d.pembesaran jantung
e.pembengkakan vena leher
f.cairan di dalam paru-paru
g.pembesaran hati
h.penambahan berat badan yang cepat
i.pembengkakan perut atau tungkai.
       Foto rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru. kinerja jantung seringkali dinilai melalui pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung). pemeriksaan lainnya bisa dilakukan untuk menentukan penyakit penyebab gagal jantung
7. Komplikasi
Syok kardiogenik
8. Pengobatan
       Menurut Mckelvie, (2002), pengobatan gagal jantung meliputi:
a.Terapi Non Obat-obatan, Suatu tinjauan sistematik menemukan bahwa pendekatan multidisipliner pada nutrisi, konseling pasien, dan pendidikan menurunkan angka MRS, dapat memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan pengetahuan pasien.
b.Latihan, maksud latihan adalah untuk memperbaiki kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Salah satu Randomized Controlled Trial terbaru menemukan bahwa latihan secara signifikan menurunkan masalah kardiak yang merugikan.
d. Terapi Obat dan Invasif meliputi:
a. ACE Inhibitor
b. Penghambat Reseptor Angiotensin II
c. Otat-obat Inotropik Positif
d. Penghambat Beta
e. Antagonis Reseptor Aldosteron
f. Terapi Obat Antiaritmia
g. Defibrillator Jantung Yang Diimplantasi
h. ACE Inhibitor pada pasien Resiko tinggi gagal jantung.




B. DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA, NOC dan NIC
1. Diagnosa NANDA
a. Definisi
Menurut NANDA definisi diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial (hasil konferensi NANDA ke 9 tahun 1990). Diagnosa keperawatan mengatakan bagaimana keadaan pasien pada saat ini dan mencerminkan perubahan-perubahan pada kondisi klien. Istilah diagnosa keperawatan digunakan sebagai verba dan nomina. Sebagai Nomina dalam kaitan dengan karya NANDA, yaitu sebuah label yang disetujui oleh NANDA yang mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang spesefik. Merupakan alat untuk menggambarkan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat; dapat berupa masalah fisik, sosiologis dan psikologis. Sebagai Verba merupakan proses mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang spesifik digunakan dengan beberapa perawat sebagai tahapan kedua dari proses keperawatan.
b. Keuntungan  Penggunaan label  diagnosa dalam asuhan keperawatan
     meskipun belum komprehensif, daftar label diagnosa keperawatan dari NANDA saat ini menentukan atau menyaring aktivitas keperawatan professional. Menurut Doenges (2000) keuntungan penggunaan label diagnosa keperawatan adalah:
1) Memberikan bahasa yang umum bagi perawat ; meningkatkan komunikasi yang lebih baik diantara perawat, antara shift dan unit, penyedia perawatan kesehatan lain, dan lingkungan perawatan yang berbeda – beda.
2) Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat              ; membantu dalam memilih intervensi keperawatan yang benar untuk mengatasi masalah atau kebutuhan yang telah diidentifikasi dan memberikan pedoman untuk evaluasi.
3) Memberi informasi yang tajam; mengurutkan sejumlah pekerjaan yang memerlukan asuhan keperawatan dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk system klasifikasi pasien, menentukan kebutuhan staf dan sebagai dokumentasi untuk memberikan justifikasi untuk pembayaran.
4) Dapat menciptakan standar untuk praktik keperawatan ; memberikan pondasi untuk program jaminan kualitas, alat untuk mengevaluasi praktik keperawatan, dan suatu mekanisme untuk menghitung biaya asuhan keperawatan yang diberikan.
5) Memberi dasar peningkatan kualitas; para klinisi, administrator, pendidik, dan para peneliti dapat mencatat, menvalidasi atau mengubah proses pemberian perawatan, yang kemudian akan memajukan profesi keperawatan.
c. tipe diagnosa keperawatan
Ada tiga tipe diagnosa keperawatan NANDA (2001) yaitu:
1) Diagnosa keperawatan aktual yaitu respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk  factor yang  berhubungan (etiologi) yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
2) Diagnosa Keperawatan Resiko, yaitu menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi kontribusi pada peningkatan kerentanan.
3) Diagnosa keperawatan Kesejahteraan yaitu; menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan pada individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.
e. Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA tahun 2001, komponen diagnosa keperawatan adalah:
1) Problem (Masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.
2) Faktor resiko/factor yg berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
3) Definisi karakteristik (tanda dan gejala) adalah manifestasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
e. Pemberi Sifat untuk label diagnosa, yaitu:
1) Akut       : berat tetapi durasi singkat
2) Perubahan   : suatu perubahan dari dasar
3) Kronik      : bertahan dalam waktu lama, berulang, konstan.
4) Menurun          : Sedikit, kurang dalam ukuran jumlah, derajat.
5) Defisien    : Tidak adekuat dalam jumlah, ukuran dan derajat, defektif, tidak cukup, Tidak lengkap.
6) Deplesi     : hilang sebagian ada keseluruhan, habis
7) Disfungsional: abnormal, fungsi tidak sempurna.
8) Gangguan:terganggu, terhenti, dipengaruhi oleh.
9) Kelebihan : Ditandai dengan jumlah atau kuantitas yang lebih besar dari yang diperlukan, yang diinginkan atau yang bermanfaat
10)  Meningkat : lebih besar dalam jumlah , ukuran dan derajat.
11)  Kerusakan : membuat buruk, melemah, rusak, menurun, memburuk
12)  Tidak efektif : tidak menghasilkan efek yang diharapkan
13)  Intermiten : berhenti dan mulai lagi pada interval tertentu, periodik,  siklik
14)  Potensial terhadap peningkatan (untuk penggunaan diagnosa kesejahteraan) ; peningkatan didefinisikan sebagai membuat labih besar, meningkatkan kualitas, atau lebih dari yang diinginkan.
2. NOC (Nursing Outcome Classification)
       nursing Outcome Classification menggambarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan (Johnson and Mass 1997 cit.www.Minurse.org). NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan.  Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai  partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.
Klasifikasi berisi 190 kriteria hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan kriteria hasil yang diterima.
Manfaat standarisasi bahasa NOC dalam keperawatan menurut www.nursing.uiowa, yaitu :
1) Memberikan label – label dan ukuran – ukuran untuk kriteria hasil yang konfrehensif , sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
2) Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan perawat – perawat dan disiplin ilmu lain.
3) Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum. Ini memberikan secara langsung untuk mengidentifikasi masalah ketika ukuran status kesehatan umum diluar rentang yang dapat diterima.
4) Memberikan kriteria hasil yang cepat penerimaan sepanjang rentang kriteria hasil yang diinginkan.
5) Menggunakan skala umtuk mengukur kriteria hasil yang memberikan informasi kuantitatif tentang kriteria hasil pasien yang diterima dalam organisasi atau sistem manajemen.
6) Memfasilitasi identifikasi pernyataan faktor resiko untuk kelompok populasi. Ini merupakan langkah yang dibutuhksn dalam pengkajian variasi kriteria hasil.
     
3. NIC (Nursing Intervention Classification)
 NIC menggambarkan perawatan yang dilakukan perawat, NIC digunakan  perawat pada semua spesialis dan semua area keperawatan (Mc.Closkey, Bulecheck, 1996).
a.  Keuntungan NIC
Menurut Mc.Closkey and Bulecheck, (1996) keuntungan NIC adalah sebagai berikut:
1) Membantu menunjukkan aksi perawat dalam system pelayanan kesehatan.
2) Menstandarisasikan dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan praktik keperawatan.
3) Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4) Memudahkan komunikasi,tentang perawatan kepada perawat lain, dan penyedia pelayananan kesehatan lain.
5) Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya perawatan.
6) Membantu pendidik untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik dengan praktik klinis.
7) Memudahkan pengajaran pengambilan keputusan klinis bagi perawat baru.
8) Membantu tenaga administrasi dalam merencanakan staff dan peralatan yang dibutuhkan lebih efektif.
9) Meningkatkan perkembangan system reimbursement untuk pelayanan perawatan.
10)  Memudahkan pengembangan dan penggunaan system informasi perawatan.
11)  Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.
b.  Kelebihan NIC
Menurut Mc.Closkey and Bulecheck, (1996) kelebihan NIC adalah sebagai berikut:
1) Komprehensif.
2) Berdasarkan riset.
3) Dikembangkan lebih didasarkan pada praktik yang ada.
4) Merefleksikan pada praktik klinik dan penelitian saat ini.
5) Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi (Domain, Kelas, Intervensi, aktivitas).
6) Menggunakan bahasa yang jelas dan penuh arti klinik.
7) Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacam-macam tim.
8) Menjadi dasar pengujian.
9) Dapat diakses melalui beberapa publikasi
10)  Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA
11)  Dapat dikembangkan bersama NOC (Nursing Outcomes Classification).
12)  Dapat diakui dan diterima secara nasional.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG

1.Pengkajian
       Pengkajian dikutip dari GORDON (1987),      Pengumpulan data terdiri dari dua format; data dasar keperawatan dan pengkajian focus. Data dasar keperawatan untuk, mempersempit kemungkinan yang universal. Sedangkan pengkajian focus keperawatan harus berfokus kepada pengumpulan data yang membenarkan diagnosa keperawatan. Sistem Gordon mengenai pola kesehatan fungsional memeberikan format yang istimewa dan relevan untuk pengumpulan data keperawatan yang terdiri dari 11 item yaitu persepsi sehat, pola nutrisi, pola eleminasi, pola aktifitas, pola tidur, pola kognitif, pola persepsi diri, pola peran, pola seksual, pola koping, dan pola nilai. Selain itu penkajian fisik pola fungsi sistem tubuh serta hasil pemeriksaan penunjang selalu perlu untuk dicermati untuk memperkuat diagnosa keperawatan yang tepat.

 2. pengkajian pasien gagal jantung
a. Identitas pasien dan keluarga /penanggungjawab
b. Riwayat kesehatan sekarang adanya sesak napas, cepat lelah, otopneu, PND, kardiomegali, gallop, peningkatan JVP, edema ekstremitas, dyspneu of effort, hepatomegali, efusi pleura, tachikardi.
c.  Riwayat kesehatan dahulu atau adanya faktor-faktor pemyebab terjadinya gagal jantung perlu dikaji secara rinci seperti hipertensi, penyakit katup jantung bawaan, infark miocard atau gagal ginjal.
d.  Pemeriksaan fisik per sisten dari ujung rambut sampai ujung kaki, terutama perhatikan tentang adanya peningkatan JVP, bising arteri karotis, pernapasan, bunyi jantung, abdomen dan extremitas tentang adanya oedema, kelembaban dan temperatur serta pola fungsional.
e. Perlu juga memperhatikan hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium , EKG untuk mengetahui adanya gambaran LBBB, kelainan ST/T pelebaran atrium kiri (menunjukan disfungsi ventrikel kiri kronik), gel Q (infark), kelainan segmen ST/T (iskemia), Hipertropi ventrikel kiri dan gelombang T ke balik (menunjukan stenosis orta dan penyakit jantung hiperensi),aritmia, deviasi aksis kekanan ( disfungsi ventrikel kanan). Perhatikan dan cermati foto rontgen thorak adanya edema alfeoral, edema insterstiales efusi pleura, pelebaran vena pulmonalis, kardiomegali. Perhatikan juga tentang kateterisai, echocardiogram, radio nuklir, CT scanning dan magnetic resonance imaging.

3. Diagnosa  NANDA, pada pasien gagal jantung

a. Penurunan cardiac output b.d perubahan isi sekuncup (perubahan preload, perubahan afterload, perubahan kontrktilitas)
b. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan
c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveoli
d. Resiko untuk kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan perubahan status metabolik
e. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorpsi zat-zat gizi sekunder terhadap penurunan curah jantung
f.    Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
g.    Cemas b.d perubahan status kesehatan


4. NOC dan NIC yang sesuai dengan diagnosa keperawatan pada pasien gagal jantung
a.Penurunan cardiac output b.d perubahan isi sekuncup (perubahan preload, afterload, perubahan kontraktilitas).
NOC:
Pompa jantung efektif;
Indikator: tanda-tanda vital dalam batas normal, oedem ekstremitas berkurang, JVP 5+3 dalam batas normal, tidak ada keluhan sesak napas saat beraktifitas, perfusi perifer adekuat.
NIC:
Cardiac care;
1) monitor tanda-tanda vital, bunyi jantung, frekuensi dan irama jantung
2) Monitor parameter hemodinamik dan perfusi perifer
3) Catat urine output
4) pantau EKG 12 lead
5) Fasilitasi bedrest dan lingkungan yang tenang
6) Posisikan pasien supinasi dengan elevasi kepala 30 derajat dan elevasi kaki
7) Berikan makanan dalam komposisi lunak
8) Anjurkan untuk mencegah valsava maneuver
9) Berikan oksigen 3-5 liter/menit
10)  Kelola/berikan terapi lasix, captopril,    vasodilator sesuai program
b. Resiko kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan.
NOC:
Cairan tubuh balance;
Indikator: status hemodinamik stabil (JVP 5+3), balance cairan tercapai, bunyi napas bersih, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada odema.
NIC:
Monitoring cairan;
1)  Monitor  intake ,output cairan tiap 24 jam
2)  Ajarkan pada keluarga tentang pengukuran intake dan output cairan
3)  Monitor status hemodinamik
4)  Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Manajemen cairan;
1) Pertahankan posisi supinasi 30 derajat
2) Buat ukuran untuk balance cairan secara ketat (intake sama dengan output)
3) Pertahankan diet rendah garam dan jelaskan pada pasien manfaatnya
4) Beri cairan sesuai kebutuhan
5) Kaji distensi leher dan pembuluh perifer
6) Kelola lasix, aspar K, Captopril sesuai dosis
c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveoli.
NOC:
Stastus pernapasan atau pertukaran udara edekuat
NIC:
Monitoring respirasi;
1) Monitor rata-rata, kedalaman dan usaha napas
2) Catat gerakan dada,  kesimetrisan dada, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot supraklavikula dan interkostal
3) Palpasi kesamaan ekspansi paru
4) Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan/ketidakadekuatan ventilasi dan adanya bunyi datang
5) Monitor Analisa Gas Darah (AGD) dan perubahan nilai AGD, nadi oksimetri
6) Anjurkan dan monitor kemampuan pasien batuk efektif dan napas dalam
7) Monitor dispnea dan kejadian-kejadian yang meningkatkan dan memperburuk terjadinya dispnea
8) Kelola pengobatan dan berikan sesuai indikasi; lasix, aminopilin
Membantu ventilasi;
1) Pelihara airway pasien
2) Posisi untuk mengurangi dispnea
3) Posisi untuk memudahkan ventilasi atau perfusi
4) Bantu rubah posisi yang sesuai
d. Resiko untuk kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan perubahan status metabolik
NOC:
Mempertahankan integritas kulit
NIC:
Manejemen tekanan;
1) Tempatkan kasur yang sesuai
2) Monitor kulit adanya area kemerahan dan pecah-pecah
3) Monitor aktifitas dan mobilitas pasien
4) Monitor status nutrisi pasien
5) Monitor sumber atau area yang tertekan
6) Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
7) Berikan pelembab pada kulit yang kering dan pecah-pecah
8) Berikan bedak pada punggung
Pencegahan sirkulasi;
1) Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, warna, dan temperatur ekstremitas
2) Tidak melakukan infus pada ekstrimitas yang tertekan
e. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorpsi zat-zat gizi sekunder terhadap penurunan curah jantung
NOC:
Status nutrisi: intake makanan dan cairan terpenuhi
NIC:
terapi gizi;
1) Monitor makanan atau cairan ingesti dan hitung masukan kalori dengan tepat
2) Monitor ketidakpatenan dari diet
3) Kolabori penentuan diet rendah garam
4) Tentukan pilihan makanan yang sesuai
5) Berikan makanan komposisi lunak yang berprotein tinggi, berkalori tinggi, minuman dan makanan siap komsumsi
6) Sajikan makanan dengan gaya yang menarik, dalam suasana santai dan menyenangkan
7) Berikan perawatan mulut
8) Bantu pasien dalam posisi duduk sebelum makan atau disuapi
9) Ajarkan pasien dan keluarganya tentang diet yang telah ditentukan
10)  Beri kesempatan pasien atau keluarganya untuk mencatat diet yang ditentukan
Monitoring gizi;
1) Monitor tingkat energi, rasa tidak enak, keletihan dan kelemahan
2) Monitor jenis dan jumlah latihan
3) Timbang berat badan pasien
4) Monitor Albumin, protein total, Hb, Ht,elektrolit
Monitor tanda-tanda vital;
1) Monitor tekanan darah, suhu, pernapasan dengan tepat
2) Monitor irama dan kecepatan jantung
3) Monitor sianosis, pucat
f. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
NOC:
Toleransi aktifitas dan penyimpanan energi
NIC:
tepapi aktifitas;
1) kaji kemampuan pasien melakukan aktifitas yang sesuai dengan keadaan umum
2) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas
3) Jelaskan pada pasien manfaat beraktifitas secara bertahap
4) Bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri jika pasien belum dapat mentoleransi aktifitas
5) Orientasikan pasien beraktifitas secara bertahap sesuai toleransi
6) Tetap sertakan oksigen/ O2 selama aktifitas
7) Bantu pasien mengidentifikasi pilihan aktivitas
8) Berikan reinforcement pada paien untuk peningkatan aktifitas



Manajemen energi;
1) Rencanakan aktifitas pada saat pasien mempunyai energi yang cukup untuk melakukannya
2) Berikan periode istirahat selama beraktifitas
3) Catat respon kardiopulmonal setelah melakukan aktivitas
Manajemen nutrisi;
1) Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-sumber energi
2) Tingkatkan komposisi diet kalori dalam diet (kaloborasi dengan ahli gisi)
g. Cemas b.d perubahan status kesehatan
NOC:
Koping
NIC:
Mengurangi kecemasan;
1) Tenangkan klien
2) Tanyakan perilaku yang diharapkan dari klien
3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang dirasakan selama dilakukan prosedur
4) Gali pemahaman klien tentang stressor yang dialami
5) Berikan informasi yang aktual tentang diagnosa, tindakan dan prognosa penyakit
6) Dampingi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi kecemasan
7) Bina hubungan saling percaya dengan klien
8) Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan rasa takut
9) Identifikasi tingkat perubahan kecemasan
10)  Anjurkan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Tehnik menenangkan (calming technique);
1) Mempertahankan kontak mata
2) Temani klien untuk duduk dan berbicara
3) Motivasi klien untuk napas dalam
4) Identifikasi orang yang terdekat dengan klien yang dapat hadir untuk membantu klien
5) Berikan medikasi anti anxiety, bila diperlukan
6) Anjurkan klien untuk menggunakan metode mengurangi kecemasan


Meningkatkan koping;
1) Nilai  penyesuian  diri  klien terhadap perubahan gambaran diri
2) Nilai pemahaman klien terhadap proses penyakit
3) Kaji dan diskusikan respon alternatif pada situasi cemas
4) Kembangkan atmosfir penerimaan
5) Bantu klien untuk mengembangkan penerimaan secara obyektif terhadap kejadian
6) Berikan informasi yang aktual berhubungan dengan diagnosis, treatmen dan prognosis
7) Berikan pilihan yang realistik tentang aspek perawatan

D. LANDASAN TEORI
      Gagal jantung meskipun tidak menempati urutan terbesar penyakit tetapi membutuhkan penanganan dan perawatan yang komprehensif, mengingat gagal jantung jika tidak ditangani secara cepat dan tepat akan mengakibatkan syok kardiogenik dan berakibat kematian. 
      Peran perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan bertanggung jawab dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan perawatan/pengobatan,  rehabilisasi kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Standar asuhan keperawatan yang komprehensip dan profesional. Mengingat perawat dalam  menjalankan  tugasnya selama 24 jam berada di samping pasien, sehingga peningkatan mutu standar asuhan keperawatan harus terus ditingkatkan.
      Standar asuhan keperawatan sebagai pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan telah diakui keberadaanya oleh pemerintah. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan mutu melalui penelitian dan pengembangan agar diperoleh hasil yang memuaskan bagi klien baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat.
      Peningkatan mutu standar asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan menggunakan standarisasi bahasa yang dapat diterima disemua area dan spesialis keperawatan. NANDA, NOC dan NIC dapat digunakan untuk mempermudah perawat dalam memberikan asuhan keperwatan karena bahasa dokumentasinya telah diakui dan terstandar di semua area perawatan.
Untuk memperbaiki standar asuhan keperawatan dapat dikembangkan dengan NANDA, NOC dan NIC tidak berdasarkan diagnosa medis tapi bisa berdasarkan klas, domain dan intervensi yang sesuai dengan kelainannya.
E.KERANGKA KONSEP
 



















Keterangan :
            : tidak diteliti
              : diteliti

F. PERTANYAAN PENELITIAN


  1. Bagaimanakah  penerapan dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan diagnosa NANDA, NOC dan NIC?
  2. Seberapa besar penerapan diagnosa yang sesuai NANDA?
  3. Seberapa besar kriteria hasil yang sesuai dengan NOC?
  4. Seberapa besar intervensi yang dibuat sesuai dengan NIC?













BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN



      Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati pelaksanaan kegiatan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung dengan melihat hasil dari dokumentasi keperawatan.

B.POPULASI DAN SUBYEK PENELITIAN


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien gagal jantung yang diberikan asuhan keperawatan oleh perawat dan didokumentasikan di IRNA Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Wates, Kulon Progo .
2. Sampel
Sampel ditentukan atau dipilih secara total sampling didasarkan pada pertimbangan peneliti dengan kriteria sebagai berikut:
  1. Kriteri inklusi
1)  Dokumentasi pasien gagal jantung yang telah lengkap.
2)  Dokumentasi pada pasien gagal jantung yang tanpa komplikasi.
  1. Kriteria eksklusi adalah Pasien  gagal jantung pada anak.
Penentuan jumlah sampel dengan semua pasien gagal jantung yang memenuhi kriteria inklusi yang dirawat  pada Agustus 2004 dilakukan penelitian.
 

C. VARIABEL PENELITIAN


Variabel penelitian ini adalah dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart NANDA, NOC dan NIC.

D. DEFINISI OPERASIONAL


1.  Dokumentasi Asuhan Keperawatan adalah suatu dokumentasi kegiatan perawat yang diberikan kepada pasien gagal jantung sebagai pertanggungjawaban keperawatan, dengan komponen yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu Komunikasi, Proses perawatan dan Standart keperawatan.
2.  Asuhan keperawatan adalah pelayanan keperawatan  profesional didasarkan ilmu dan tehnik keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang diberikan oleh perawat kepada pasien dengan gagal jantung, dari pasien masuk sampai dengan keluar.
3.  Perawat  adalah  perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung  yang  bertugas   di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
4.  Diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah kumpulan diagnosa keperawatan yang disusun oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) berdasarkan taxonomy II dikeluarkan tahun 2001-2002. Data berupa data nominal; sesuai NANDA atau tidak sesuai NANDA
5.  NOC (Nursing Outcome Classification) berdasarkan tim riset Universitas IOWA adalah penggolongan kriteria hasil untuk pencapaian tujuan dari diagnosa keperawatan. Data berupa data nominal; sesuai NOC atau tidak sesuai NOC
6.  NIC (Nursing Intervention Classification)  berdasarkan tim riset Universitas IOWA adalah  suatu daftar intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh yang dikelompokkan berdasarkan alphabet yang menguraikan aktivitas  keperawatan  dibagi menjadi 7 bagian serta 30 kelas.

E. PENGUMPULAN DATA


1. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dengan melakukan pengamatan dokumentasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gagal jantung untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif. Observasi dilakukan oleh dua orang observer yang membantu peneliti dengan minimal  pendidikan DIII keperawatan  dan  tidak       bekerja di ruangan tempat penelitian.
2. Alat Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan formulir NANDA, NOC dan NIC yang digunakan untuk melihat dokumentasi tindakan perawat dan dibandingkan dengan standar yang disusun dalan ceklist. Adapun ceklist yang digunakan oleh peneliti adalah :
a. Formulir diagnosa NANDA digunakan untuk mengumpulkan data diagnosa keperawatan yang sesuai NANDA pada pasien dengan gagal jantung terdiri dari 7 item, yaitu penurunan cardiac output, kelebihan volume cairan, kerusakan pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kerusakan integritas kulit, intoleransi aktifitas, cemas.  Data dikumpulkan dengan cara observer melakukan pengamatan diagnosa keperawatan yang terdokumentasi dan membandingkan  dengan standar  yang ada dalam formulir ini. Ceklistnya berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau sesuai dengan nilai 1 dikatakan tidak jika tidak sesuai/tidak didokumentasikan, dengan nilai nol.
b. formulir NOC digunakan untuk mengumpulkan data  tentang kriteria hasil yang sesuai NOC terdiri dari 7 item. Data dikumpulkan dengan cara observer melakukan pengamatan  tentang kriteria hasil yang terdokumentasi  dan membandingkan  dengan standar  yang ada dalam formulir ini. Ceklistnya berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau sesuai dengan nilai 1 dikatakan tidak jika tidak sesuai/tidak didokumentasikan, dengan nilai nol.
c.  formulir NIC digunakan untuk mengumpulkan data tentang intervensi keperawatan yang sesuai  NIC terdiri dari 96 item. Data dikumpulkan dengan cara observer melakukan pengamatan  tentang intervensi keperawatan yang terdokumentasi  dan membandingkan  dengan standar  yang ada dalam formulir ini. Ceklistnya berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau sesuai dengan nilai 1 dikatakan tidak jika tidak sesuai/tidak didokumentasikan, dengan nilai nol.
3. Uji Reabilitas/uji kesepakatan observer
Dalam  melakukan uji reabilitas menggunakan rumus H.J.X Fernandes yang telah dimodifikasi oleh Arikunto, yaitu:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU