Persalinan Prematur

BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Persalinan Prematur menarik  perhatian karena memberi  resiko yang lebih tinggi untuk bayi dan ibunya. Persalinan ini sering kali menyebabkan berbagai masalah dalam kehamilan dan persalinan.Morbiditas meningkat dibandingkan janin tunggal. Kelahiran prematur merupakan salah satu masalah yang dikhawatirkan oleh para ibu. Tidak hanya dari segi kesehatan tetapi juga berpengaruh pada emosional dan tentu saja masalah finansial. Kejadian ini selalu meningkat dari tahun ke tahun, sebagian karena melahirkan anak kembar dan banyaknya wanita yang menunda untuk mempunyai anak setelah mereka menikah. Kelahiran prematur terkait dengan kematian bayi dan kondisi kesehatan yang serius, biasanya terjadi masalah pada pernapasan, pencernaan dan perkembangan otak.
Pelayanan kebidanan dinilai baik dalam suatu negara atau daerah dapat dilihat dari ukuran kematian maternal. Menurut World Health Organization (WHO), kematian maternal adalah kematian seorang wanita hamil atau selama 42 hari sesudah kehamilan oleh suatu sebab apapun terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Namun ukuran yang lebih peka dalam menilai kualitas pelayanan kebidanan adalah kematian perinatal. Angka kematian perinatal adalah jumlah anak yang menunjukan tidak hidup waktu dilahirkan atau meninggal dalam minggu pertama untuk 1000 kelahiran. (Saifuddin, 2002)


B.     Tujuan
a)      Tujuan Umum
1        Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pendekatan manajement kebidanan
2        Mampu melaksanakan  pengumpulan data dan menginterprestasikan data dan mengidentifkasi diagnosa ibu hamil
3        Mampu menegakan diagnose dan masalah potensial pada ibu hamil
4        Mampu menetapkan  kebutuhan akan tindakan segera , kolaborasi atau tindakan mandiri pada ibu hamil.
5        Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas masalah
6        Mampu mengevaluasi keefektifan bersama klien asuhan yang telah diberikan
7        Mampu mendokumentasikan hasil asuhan pada ibu hamil dengan Gemeli
b)      Tujuan Khusus
1.      Pengumpulan data
2.      Identifikasi diagnosa dan masalah
3.      Identifikasi masalah dan kebutuhan
4.      Identifikasai masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera
5.      Perencanaan
6.      Penatalaksanaan
7.      Evaluasi
8.      Pendokumentasian












BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Pengertian
Persalinan prematur adalah salah satu persalinan yang tidak normal dari segi umur kehamilan, yaitu persalinan yang terjadi pada umur kandungan kurang dari normal (kurang dari 37 minggu atau 259 hari). Prematur merupakan masalah besar karena dengan berat badan janin yang kurang dan belum cukup umur maka alat-alat vital belum sempurna sehingga mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Persalinan prematur merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Hal tersebut dapat terjadi melihat kejadiannya yang kurang lebih 70 % dari semua kelahiran hidup. Diduga adanya pengaruh dari ekonomi karena persalinan prematuri lebih sering terjadi pada golongan dengan penghasilan rendah. Persalinan preterm atau prematur masih merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi, karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir preterm. Kira-kira 75% kematian neonatus berasal dari bayi yang lahir preterm atau prematur (Nuada, 2004).
Menurut data dunia, kelahiran premature mencapai 75-80 % dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari. Data dari WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang dikenal dengan fenomena 2/3. Pertama, fenomena 2/3 kematian bayi pada usia 0-1 tahunan terjadi pada masa neonatal (bayi berumur 0-28 hari). Kedua, 2/3 kematian bayi pada masa neonatal dan terjadi pada hari pertama.
Persalinan preterm dapat di- definisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG,1995). Di negara berkembang insidennya sekitar 7% dari seluruh persalinan. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan. Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui. Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian Lettieri dkk. (1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan Hoerner(1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan kelahiran prematur. Bobbitt dan Ledger (1977) membuktikan infeksi amnion subklinis sebagai penyebab kelahiran preterm. Dengan amniosentesis didapati bakteri patogen pada + 20% ibu yang mengalami persalinan preterm dengan ketuban utuh dan tanpa gejala klinis infeksi (Cox dkk.,1996 ; Watts dkk., 1992). Cara masuknya kuman penyebab infeksi amnion, dapat sebagai berikut :
1.      Melalui jalur transervikal masuk ke dalam selaput amniokorion dan cairan amnion. E. coli dapat menembus membran korioamnion. (Gyr dkk ,1994)
2.      Melalui jalur transervikal ke desidua/chorionic junction pada segmen bawah rahim.
3.      Penetrasi langsung ke dalam jaringan serviks.
4.      Secara hematogen ke plasenta dan selaputnya.
5.      Secara hematogen ke miometrium Selain itu endotoksin dapat masuk ke dalam rongga amnion secara difusi tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion.
Infeksi dan proses inflamasi amnion merupakan salah satu faktor yang dapat memulai kontraksi uterus dan persalinan preterm. Menurut Schwarz (1976), partus aterm diinisiasi oleh aktivasi enzim phospholipase Ayang dapat melepaskan asam arakidonat dari membran janin sehingga terbentuk asam arakidonat bebas yang merupakan bahan dasar sintesis prostaglandin. Bejar dkk (1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim phospholipase A. sehingga dapat menginisiasi terjadinya persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992), menunjukkan bahwa mediator-mediator dapat merangsang timbulnya kontraksi uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya terhadap biosintesis prostaglandin.


B.     Faktor Risiko Prematuritas
1.      Faktor ibu.
Ibu mengidap penyakit atau kelainan seperti, preeklamsia, jantung atau perdarahan antepartum (perdarahan sebelum persalinan) seperti plasenta previa dan solusio plasenta. Pada kasus perdarahan ante partum ini dimana kondisi ibu dan janin masih baik, dan kehamilan belum cukup bulan umumnya ibu masih bisa ditangani supaya melahirkan saat usia kehamilan cukup bulan dan paru-paru janin sudah matang . Caranya dengan memberikan obat-obatan antikontraksi dan pematangan untuk paru-paru janin. Ibu pun disarankan untuk lebih sensitif terhadap dirinya, ini berarti yang bersangkutan tidak boleh terlalu capek dan menjauhi stres kalau perlu menjalani bedrest.
2.      Faktor kehamilan sendiri.
Distensi uterus atau kehamilan dengan uterus yang sangat teregang, misalnya kembar atau cairan ketuban pada kehamilan yang terlalu banyak. Kondisi ini membuat perut menjadi tegang sehingga mudah mengalami kontraksi dan menyebabkan proses persalinan semakin cepat datangnya. Penanganan untuk kasus ini sebenarnya sederhana, yakni yang penting ibu harus tahu dan peka terhadap kehamilan. Jadi saat ibu merasa perutnya kencang, segera istirahat atau tiduran.  
3.      Faktor sosial ekonomi.
Untuk yang satu ini hubungannya dengan higiene, nutrisi, dan pengetahuan tentang kehamilan juga kesehatan. Pada umumnya kondisi ini terjadi pada ibu dalam kelompok strata ekonomi lemah. Mungkin karena itulah banyak persalinan preterm pada ibu-ibu kelompok ini.  
4.      Faktor gaya hidup.
Kelompok ibu yang satu ini biasanya melek dan sadar pengetahuan, namun gaya hidupnyalah yang merusak diri sendiri. Seperti apa? Merokok, seks bebas (sehingga terancam terinfeksi PMS), atau ibu-ibu yang menggunakan NAZA. Perlu diketahui, pengguna NAZA atau ibu hamil perokok memiliki peluang mengalami kelahiran prematur lebih besar. Pasalnya zat aktif kimia yang sering dikonsumsi ibu akan berdampak pada pembentukan janin menjadi tidak sempurna. Zat-zat tersebut juga akan menyebabkan suplai zat gizi dari ibu ke janin terganggu. Sehingga terjadi pertumbuhan janin yang terhambat. Pada kasus-kasus seperti ini, tidak jarang pilihan yang dilakukan dokter adalah membesarkan janin di luar. Dengan kata lain persalinan dimajukan walau belum cukup bulan untuk menyelamatkan janin dari kematian didalam kandungan (Intra uterin fetal death). Tak hanya itu, gaya hidup yang kita anggap baik pun bisa berpeluang mengakibatkan persalinan prematur bila dilakukan berlebihan, seperti overtraining saat berolahraga. Untuk itu, berkonsultasi dulu pada dokterobgyn Anda sebelum memutuskan untuk melakukan aktivitas olahraga apa pun. Pekerjaan yang terlalu berat atau mengondisikan ibu hamil untuk lama berdiri, seperti SPG, juga berisiko membuat ibu hamil melahirkan prematur.


5.       Faktor usia
Ibu yang hamil di usia kurang dari 20 tahun, kemungkinan besar untuk mengalami preterm. Sebab di sini ibu belum matang, baik dalam sisi pengetahuan, psikologis, dan organ. Masih diragukan apakah preterm ini terjadi juga pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun biasanya tergantung dari penyebab persalinan preterm itu sendiri.  
6.       Faktor infeksi
Walau banyak penyebab persalinan preterm, tapi kebanyakan literatur mencatat, infeksi adalah penyebab nomor satu persalinan preterm. Infeksi tersebut datangnya bisa dari; kurang higienenya organ intim, ibu menderita PMS, hingga karena gigi dan telinga ibu hamil yang bermasalah. Dari sekian banyak infeksi, yang paling sering dialami oleh ibu adalah infeksi yang tanpa gejala (asimptomatik). Maksudnya si ibu tidak merasakan dirinya mengalami infeksi—tidak mengalami demam, keputihan, leukosit mungkin sudah mulai meningkat, namun masih sedikit diatas normal—namun ibu tiba-tiba merasakan kontraksi dan terjadilah preterm. Infeksi yang terdeteksi sejak dini dan bisa ditangani dengan baik sebenarnya membuka peluang besar bagi ibu melahirkan cukup bulan. Penanganan dari dokter umumnya, selain bedrest adalah menurunkan kontraksi dan menghilangkan infeksi dengan antibiotik khusus untuk ibu hamil.
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan preterm diantaranya :
1.      Kehamilan dengan hidramnion, ganda, pre-eklampsia.
2.      Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis.
3.      Kehamilan dengan ketuban pecah dini: terjadi gawat janin, temperatur tinggi.
4.      Kelainan anatomi rahim
5.      Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : Serviks inkompeten karena kondisi serviks, amputasi serviks.
6.       Kelainan kongenital rahim.
7.       Infeksi pada vagina aseden (naik) menjadi amnionitis
Sedangkan menurut Mochtar (1998 : 220), faktor yang mempengaruhi Prematuritas adalah sebagai berikut:
1.      Umur ibu, suku bangsa, sosial ekonomi
2.      Bakteriura (infeksi saluran kencing )
3.      BB ibu sebelum hamil, dan sewaktu hamil
4.      Kawin dan tidak kawin: Tak syah 15 % prematur; kawin sah 13 %prematur
5.      Prenatal ( antenantal ) care
6.      Anemia, penyakit jantung
7.      Jarak antara persalinan yang terlalu rapat
8.      Pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil berat
9.      Keadaan dimana bayi terpaksa dilahirkan prematur, misalnya pada plasenta praevia, toksemia gravidarum, solusio plasentae, atau kehamilan ganda
A.    Mayor
1.      Kehamilan multipel
2.      Hidramnion
3.      Anomali uterus
4.      Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5.      Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6.      Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7.      Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8.      Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9.      Riwayat operasi konisasi
10.  Iritabilitas uterus
B.     Minor
1.      Penyakit yang disertai demam
2.      Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3.       Riwayat pielonefritis
4.      Merokok lebih dari 10 batang perhari
5.      Riwayat abortus pada trimester II
6.       Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan premature adalah:
a.       Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
b.      Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
c.       Golongan sosial-ekonomi rendah
d.      Keadaan gizi yang kurang
e.       Penyalahgunaan obat.
Masalah pada ibu biasanya berupa:
a.       Riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya
b.      Kadar alfa-fetoprotein tinggi pada trimester kedua yang penyebabnya tidak diketahui
c.       Penyakit atau infeksi yang tidak diobati (misalnya infeksi saluran kemih atau infeksi selaput ketuban)
d.      Kelainan pada rahim atau leher rahim
e.       Ketuban pecah sebelum waktunya
f.       Plasenta previa.
g.      Pre-eklamsi (suatu keadaan yang bisa terjadi pada trimester kedua kehamilan, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam air kemih dan pembengkakan tungkai)
h.      Diabetes mellitus
i.        Penyakit jantung.

C.    Penyebab Persalinan Prematur
Dewasa ini Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran prematur juga bertanggung jawab langsung terhadap 75 -79 kematian neonatal yang tidak disebabkan oleh kongenital letal. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 71/1000 kelahiran hidup.
Tahun 1995 turun menjadi 51/1000 kelahiran hidup. Dan tahun 1997 menjadi 41,44/1000 kelahiran hidup, sedangkan AKP di Indonesia adalah sekitar 560/100.000 kelahiran hidup (Amiruddin, 2006). Jika diperkirakan kelahiran di Indonesia sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Sebab-sebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Manuaba, 2001).
Kejadian persalinan prematur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Djaja dkk (2003) menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian pada bayi neonatal dini (0-7 hari) lebih banyak oleh masalah prematuritas dan berat badan lahir rendah (35%) serta asfiksia lahir (33,6%).  Keterpaparan asap rokok serta penggunaan bahan bakar biomassa (kayu bakar) secara tidak langsung mengakibatkan pencemaran udara di rumah tangga juga mempengaruhi terjadinya kelahiran prematur, terutama pada keterpaparan asap rokok. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin (2006) menunjukkan bahwa ibu – ibu yang terpapar rokok baik ibu sendiri yang merokok maupun terpapar oleh orang lain selama mengandung memiliki kemungkinan 2,313 kali lebih besar mengalami persalinan prematur bila dibandingkan dengan ibu – ibu yang pada saat mengandung tidak terpapar rokok.
Penelitian yang dilakukan oleh Sarbaini dkk pada tahun 2004 menyatakan kemungkinan ibu dengan anemia dalam kehamilan yang mengalami persalinan prematur 3 kali lebih besar daripada ibu yang tidak anemia, persalinan prematur pada ibu dengan riwayat persalinan premature sebelumnya adalah 20,33 kali lebih besar daripada ibu tanpa riwayat persalinan premature sebelumnya, dan persalinan prematur pada kelompok umur ibu yang berisiko adalah 2,259 lebih besar daripada kelompok umur yang tidak berisiko. Perbaikan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak perlu dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang jelas dan anggaran yang cukup. Dengan ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, kesempatan anak Indonesia untuk hidup sehat, tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi semakin terbuka. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual .
Di Indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan ibu. Dalam rencana strategis nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2001).

D.    Kondisi yang menimbulkan kontraksi
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin :
1.      Kelainan Bawaan Uterus
Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada.
2.      Ketuban Pecah Dini
3.      Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya.
Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, Hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain, infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah.
4.       Serviks Inkompeten
5.      Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm, riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dapat terjadinya inkompeten. Mc Donald menemukan 59 % pasiennya pernah mengalami dilatasi kuretase dan 8 % mengalami konisasi, Demikian pula Chamberlain dan Gibbings yang menemukan 60 % dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49 % mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.
6.      Kehamilan Ganda
7.      Sebanyak 10 % pasien dengan persalinan preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda mempuyai panjang usia gestasi yang lebih pendek.( Wiknjosastro et. al., 2002 : 313 )

E.     Gambaran Fisik Bayi Prematur
Gambaran fisik bayi prematur:
1.      Ukuran kecil
2.      Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
3.      Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya)
4.      Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
5.      Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
6.      Rambut yang jarang
7.      Telinga tipis dan lembek
8.      Tangisannya lemah
9.      Kepala relatif besar
10.  Jaringan payudara belum berkembang
11.   Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
12.  Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
13.  Pernafasan yang tidak teratur
14.  Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki - laki )
15.  Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).

F.     Komplikasi
1.      Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa
bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat
terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena
adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru
dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan.
Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
2.      Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler).atau cedera .
3.      Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
4.      Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasias retrolental)
5.      Displasia bronkopulmoner.
6.      Penyakit jantung.
7.      Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal
untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan
karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
8.      Infeksi atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta (ari-ari). Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi premature lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).
9.      Anemia .
10.  Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah,
bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11.  Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
12.   Keterbelakangan mental dan motorik.

G.    Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan. Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada bayi prematur:
1.      Rontgen dada untuk melihat kematangan paru-paru
2.      Analisa gas daraH
3.       Kadar gula darah
4.       Kadar kalsium darah
5.       Kadar bilirubin.

H.    Pengobatan
Jika kemungkinan akan terjadi kelahiran prematur, biasanya diberikan obat tokolitik untuk menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi. Makanan diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan ke dalam lambung bayi karena fungsi menghisap dan menelan pada bayi prematur masih belum matang. Pada prematur yang ekstrim, makanan diberikan melakui infus.
Pada usia sekitar 34 minggu, bayi mulai disusui ASI atau susu botol. Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam
suatu inkubator. Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.

I.       Pencegahan
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan pemeriksaan selama kehamilan. Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang dini dan baik bias mengurangi angka kejadian prematuritas, kecil untuk kehamilan dan angka kesakitan akibat persalinan dan pada masa baru lahir.

J.      Penanganan
Penanganan Umum
1.      Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.
2.      Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.
Prinsip Penanganan.
1.      Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kehamilan atau.
2.      Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya.
( Saifuddin et.al., 2002 : 302 ).
Kelahiran Prematur
Kelahiran harus dilaksanakan secara hati-hati dan perlahan-lahan untuk menghindari kompresi dan dekompresi kepala secara cepat. Oksigen diberikan lewat masker kepada ibu selama kelahiran. Ketuban tidak boleh dipecahkan secara artifisia. Kantong ketuban berguna sebagai bantal bagi tengkorak prematur yang lunak dengan sutura-suturanya yang masih terpisah lebar. Episiotomi mengurangi tekanan pada cranium bayi. Forceps rendah dapat membantu dilatasi bagian lunak jalan lahir danv mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Kami lebih menyukai kelahiran spontan kalau keadaannya memungkinkan. Ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan. Bahaya tambahan pada kelahiranv prematur adalah bahwa bokong tidak dapat menghasilkan pelebaran jalan lahir yang cukup untuk menyediakan ruang bagi kepala bayi yang relatif besar. Kelahiran presipitatus dan yang tidak ditolong berbahaya bagi bayi-bayi prematur.
Seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran.( Oxorn, 2003 : 588 ). Pencegahan Persalinan Preterm. Secara teknis kebidanan persalinan preterm dapat dicegah melalui hal – hal sebagai berikut :
1)      Hal – hal yang dapat dicegah:
a.       Menurunkan atau mengobati
b.      Anak terlalu rapat dicegah dengan kontrasepsi.
c.       Pekerjaan sewaktu harus diistirahatkan dan jangan terlalu berat.
d.      Bila dijumpai partus prematurus habitualis diperiksa WR dan VDRL bila hamil banyak istirahat atau dirawat.
2)      Hal – hal yang tidak dapat dicegah :
a.       Kausa ignota (sebab yang tidak diketahui).
b.      Vaktor Ovum.
c.       Tempat insersi plasenta.
d.      Insersi tali pusat.
e.        Plasenta previa.
f.       Congenital anomaly.
g.      Hamil ganda.
h.      Suku bangsa.
i.         Hidrorea / Hydrorrhoe (pengeluaran cairan dari vagina selama kehamilan) ( Mochtar, 1998 : 220 ).




























BAB III
TINJAUAN KASUS


1.      Data Subjektif ( S )
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREMATUR
Tanggal Pengajian       :  10 Mei 2011
Waktu                          : 1600 WIB
Tempat                         : BPS Bidan R
Pengkaji                       : TEAM

A.    Biodata
Nama Ibu          :  Ny. E                     Nama Suami     :    Tn. D
Umur                 : 28                           Umur                 :    37
Pendidikan        : SMP                       Pendidikan        :    SMA
Agama              : Islam                      Agama              :    Islam
Suku Bangsa     : Jawa Indonesia       Suku Bangsa     :    Jawa  Indonesia
Alamat              : Majasih 13/02 – Sliyeg Indramyu  

B.     Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan  yang ke dua, Umur kehamilan 7 bulan. HPHT. 24 – 20 – 2010. TP 31 – 07- 2011. gerakan janin dirasakan pertama kali. Pada usia kehamilan 4 bulan,  gerakan janin dalam 24 jam terakhir masih terasa aktif dan lebih banyak gerakan janin, Perut terasa lebih besar dari usia kehamilannya dan kadang terasa sesak. Ibu sudah memeriksakan kehamilan setiap bulannya ke BPS dan mendapat Imunisasi TT 2 kali, ada riwayat keturunan prematur dari keluarga Ibu.
Selama Hamil Muda / Trimester pertama ibu mengalami mual dan muntah hebat. Selama hamil Ibu tidak pernah minum Obat – obtan atau jamu-jamuan  selama yang diberikan pada saat ibu periksa. Ibu minum tablet tambah darah sekali sebelum tidur malam, ibu mengeluh sakit perut bagian bawah, mules- mules, dan keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu. ibu merasa khawatir atas kehamilannya.

C.     Riwayat Kehamilan Persalinan Yang Lalu
-
D.    Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Ibu tidak / sedang atau tidak pernah menderita penyakit yang berat, seperti penyakit jantung dan Pembuluh darah, Tekanan Darah Tinggi Diabetes Melitus / kencing manis, Malaria, Penyakit Kelamin / HIV AIDS, Asma, TBC, lain-lain. Dan ada keturunan premature.

E.     Riwayat  Sosial Ekonomi
Ibu mengatakan status perkawinannya sah, merupakan perkawinan pertama dan sudah menikah selama 6 Tahun ( Tanggal pernikahan 21 – 07 – 2005), Kehamilan ini direncanakan, Ibu Suami dan keluarga menyambut baik lehamilan ini sebelum hamil Ibu ikut KB suntik selama 3 tahun, Pengambilan keputusan di dalam keluarga Suami.
Ibu memakan makanan yang cukup makan 3x sehari dengan menu Nasi, Sayur, lauk Pauk, buah dan Susu, Tidak ada makanan yang dipantang oleh Ibu , pada BAB dan BAK normal, BAB 1x sehari , BAK  5 – 7 x sehari, tidak ada keluhan BAB dan BAK, Ibu tidak Merokok dan tidak minum minuman keras maupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Kegiatan Ibu sehari-hari sebagai Ibu rumah Tangga, Istirahat cukup 7 – 8  jam sehari bila memerlukan pertolongan kesehatan Ibu meminta pertolongan kebidan terdekat Keadaan Ekonomi keluarga cukup.





2.      Data Objektif ( O )
A.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum                   : Baik
Kesadaran                            : Compos Mentis
Tanda – Tanda Vital      : Tekanan Darah  110/70 mm Hg
                                         Nadi                 82 x / Menit
                                         Suhu                 36,8 0  C
Status Gizi                     :                                                   Berat badan sebelum hamil    :           52 Kg
                                         Berat Badan saat hamil             : 58 Kg
                                         Tinggi Badan Saat ini               :          150 Cm
                                         Lila                                            :          24 Cm
B.     Pemeriksaan Fisik
Muka                        : Tidak Pucat , tidak oedema
Mata                         : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung                     : Bersih pernapasan Normal, tidak ada secret
Telinga                     : Bersih tidak ada serumen, pendengaran baik.
Mulut dan Gigi        : Bibir tidak pucat, tidak ada Stomatitis, tidak ada Carries
Leher                        : Tidak ada Pembesaran kelenjar Tyroid dan Kelenjar  Limfe.
Payudara                  : Bentuk simetris , Putting susu menonjol, tidak ada benjolan / masa , tidak ada nyeri tekan, tidak ada ASI /  kolostrum.   
Abdomen                 : tidak ada bekas luka operasi. Pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan
Leopold I                 : TFU 26 cm, bagian fundus teraba bulat kenyal tidak                      melenting ( bokong )
Leopold II                : bagian perut kiri teraba keras, memanjang ada tahanan ( punggung ), bagian kanan teraba bagian terkecil janin ( ekstremitas ).
Leopold III              : bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting ( kepala ). Kepala belum masuk PAP dan masih bisa digoyangkan.
DJJ                           :              130 x/mnt
TBJ                           :              ( 26 - 13 ) x 155 = 2015 gram
Extremitas atas         :  Kuku tidak pucat, tidak Oedema
Extreminitas bawah : Tidak ada Oedema , tidak ada Varices,  reflex patella +/+
Genetalia                  : Vulva bersih, tidak ada Oedema, tidak ada luka / Ulkus, tidak ada pengeluaran cairan /keputihan, tidak ada kelenjar pembengkakan kelenjar bartholini dan Skene   
Anus                         : Tidak ada Hemoroid
CVAT                      : - / -

C.     Pemeriksaan Penunjang
-          Golongan Darah   : B
-          HB                        : 11 gr %
-          Urine                    :            Protein : Negatif
-          Glukosa                :            Negatif

3.      Analisa (A)
G1 P0 A0 Gravida 28 minggu, janin, hidup, tunggal intra uterin keadaan umum Ibu dan janin baik.

4.      Penatalaksanaan (P)
1.      Memberitahu pada ibu tentang hasil pemeriksaan     bu mengerti tentang dirinya dan janinnya.
2.      Menjelaskan tentang Keluhan Ibu bahwa sakit perut bagian bawah, keluar cairan campur darah dari vagina adalah tanda-tanda persalinan     Ibu mengetahui dan memahaminya.
3.      Mendiskusikan dengan Ibu dan Suami tentang persiapan kegawat daruratan , karena persalinan prematur ini harus dirumah sakit agar bila ada kegawat-daruratan akan lebih mudah ditangani         Ibu dan suami mengerti dan merencanakan persalinannya di rumah sakit.
4.      Merujuk ibu kerumah sakit


























BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Persalinan prematur merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Hal tersebut dapat terjadi melihat kejadiannya yang kurang lebih 70 % dari semua kelahiran hidup. Diduga adanya pengaruh dari ekonomi karena persalinan prematuri lebih sering terjadi pada golongan dengan penghasilan rendah. Persalinan preterm atau prematur masih merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi, karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir preterm. Kira-kira 75% kematian neonatus berasal dari bayi yang lahir preterm atau prematur (Nuada, 2004).
Menurut data dunia, kelahiran premature mencapai 75-80 % dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari. Data dari WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang dikenal dengan fenomena 2/3. Pertama, fenomena 2/3 kematian bayi pada usia 0-1 tahunan terjadi pada masa neonatal (bayi berumur 0-28 hari). Kedua, 2/3 kematian bayi pada masa neonatal dan terjadi pada hari pertama.

B.     Saran
1.      Bagi ibu hamil
Diharapkan semua ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin agar dapat mendeteksi secara dini komplikasi yang akan terjadi.
2.      Bagi bidan
a)      Diharapkan semua bidan umumnya, dan bidan dapat memberikan asuhan kebidanannya secara komprehensif.
b)      Dalam melakukan pendokumentasian harus lengkap dan sesuai dengan format dan protap, sehingga dapat dengan mudah untuk mencari data yang akurat.
c)      Perlunya pendidikan kesehatan dan pemberian informasi yang jelas kepada ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan kehamilan.


























DAFTAR PUSTAKA


1.      Cuningham FG et al. Preterm Birth. William Obstetrics. 20 th ed. Connecticutt: Appleton & Lange, 1997; 797-820
2.       Iams JD. Prematurity: Prevention and Treatment. In: Quenan JT ed.
3.      Management of High-Risk Pregnancy. Boston: Blackwell Scient Publ, 1994; 464-75.
4.      Quilligan EJ. Pathological causes of preterm labor. In: Elder MG, Hendricks CH eds. Preterm Labor. London: Butterworths International Medical Reviews, 1981; 61-74.
5.      Stubblefield PG. Causes and Prevention of Premature Birth: An Overview. In: Fuchs AR, Fuchs F, Stubblefield PG eds. Preterm Birth
6.       Huszar G,Hayashi R. Physiologic Aspects of Myometrial Contractility and Cervical Dilatation. In: Fuchs AR, Fuchs F, Stubblefield PG (eds). Preterm Birth Causes, Prevention, and Management. 2 nd ed. McGraw-Hill Inc, 1993; 41-58.
7.      El-Bastawissi AY,Williams MA, Riley DE, et al. Amniotic fluid Interleukin-6 and preterm delivery: A Review. Obstet Gynecol 2000; 95: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU