GIZI DAN DARAH


11.1    Anemia dan Kelainan Darah Lainnya
11.1.1    Anemia defisiensi besi
11.1.2    Anemia megaloblastik
11.1.3    Anemia hipoplastik, hemolitik dan renal
11.1.4    Trombositopenia puprpura autoimun
11.1.5    Definisi G6PD
11.1.6    Obat yang digunakan untuk neutropenia
Sebelum mengobati anemia penting untuk menentukan jenis anemia yang di hadapi. Garam besi yang mungkin berbahaya dan mengakibatkan kelebihan besi bila diberikan secara tunggal kepada pasien dengan anemia yang bukan karena defisiensi besi.

11.1.1    Anemia Defisiensi Besi
11.1.1.1    Sediaan Besi Oral
11.1.1.2    Sediaan Besi Parenteral
Pengobatan hanya dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Profilaksis hanya dibenarkan pada wanita hamil yang mempunyai factor resiko lain untuk terjadinya defisiensi besi (misalnya diet buruk), menoragi, dan setelah gastrektomi subtotal atau total, dan pada penanganan bayi dengan berat badan rendah seperti bayi premature, kembar dan bayi lahir Caesar.

11.1.1.1    Sediaan Besi Oral
Garam besi harus diberikan secara oral  kecuali bila ada alasan baik untuk cara pemberian lain.
Semua garam fero hanya menunjukkan perbedaan yang kecil antara satu dengan lainnya dalam efisiensi penyerapan besi, tetapi garam feri sangat sedikit diserap. Laju regenerasi hemoglobin tidak banyak dipengaruhi oleh jenis garam yang digunakan, asal besi yang diberikan cukup, dan pada kebanyakan pasien, factor waktu tidak menentukan. Pilihan sediaan biasanya ditentukan oleh besar kecilnya efek samping dan biaya.
Dosis oral besi sebagai elemen untuk defisiensi seharusnya 10 – 200 mg tiap hari. Sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan dosis oral ini sebagai fero sulfat yang dikeringkan, 200 mg (= 65 mg besi elemental) 3 kali sehari; dosis garam fero 200 mg sekali hingga dua kali sehari mungkin efektif untuk profilaksis atau defisiensi besi diturunkan atau obat dig anti dengan garam besi lain.  Bila timbul efek samping, dosis bias diturunkan atau obat diganti dengan garam besi lain. Namun, harus diingat bahwa toleransi yang lebih baik setelah penggantian dengan garam besi lain dapat disebabkan oleh kadar elemennya yang lebih rendah. Efek samping fero sulfat tidak lebih besar daripada efek samping yang ditimbulan oleh garam besi lain bila pembandingan didasarkan pada kesetaraan jumlah besi elemen.
Kandungan besi pada beberapa gram besi.
Garam Besi
Jumlah
Kadar Besi Fero
Fero Flumarat
Fero Glukosat
Fero Suksinat
Fero Sulfat
Fero Sulfat
Kering
200 mg
300 mg
100 mg
300 mg
200 mg
65 mg
35 mg
35 mg
60 mg
65 mg

RESPON TERAPEUTIK. Kadar hemoglobin harus naik sekitar 100 – 200 mg per 100 ml ( 1 – 2 g per liter ) per hari atau 2g/100 ml ( 20 g/liter) dalam 3 – 4 minggu. Setelah hemoglobin kembali normal, terapi harus diteruskan untuk 3 bulan berikutnya untuk menggantikan cadangan besi. Perubahan jaringan epitel seperti glosittis atrofik dan koilonikia biasanya membaik walaupun respons sering lambat.

SEDIAAN  KOMBINASI. Beberapa sediaan oal besi berisi asam askrobat untuk membantu absorpsi, atau besinya berada dalam bentuk kelat yang secara eksperimental terbukti menghasilkan peningkatan absorpsi besi yang lumayan. Tetapi, keunggulan terapeutiknya minimal sedangkan biaya mungkin lebih tinggi.
Tidak ada pembenaran teoritis atau klinis untuk penambahan zat aktif lainnya, seperti kelompok vitamin B (kecuali asam folat untuk wanita hamil, lihat Besi dan Asam Folat dibawah ini).


KAPSUL DAN TABLET LEPAS LAMBAT.
Ini dirancang untuk melepaskan besi secara berangsur sewaktu kapsul atau tablet melewati usus sehingga jumlah besi yang ada dalam lumen pada setiap waktu lebih kecil. Dinyatakan bahwa tiap dosis mengandung cukup besi untuk 24 jam, sehingga memungkinkan pemberian sekali sehari.
Semua sediaan ini kemungkinan besar membawa besi melalui bagian pertama duodenum sampai ke daerah usus yang kondisinya kurang baik untuk absorpsi besi. Insidens Efek samping yang rendah besi yang tersedia dalam kondisi ini dank arena itu sediaan ini tidak memiliki keunggulan terapeutik sehingga seharusnya tidak digunakan.

EFEK SAMPING. Karena garam besi bersifat astringen, iritasi saluran cerna mungkin timbul. Keluhan mual dan nyeri epigastrik tergantung dari dosis tetapi hubungan antara dosis dan perubahan defekasi (konstipasi atau diare ) kurang jelas. Sediaan  besi oral, khususnya sediaan lepas lambat dapat memperburuk diare pada pasien inflammatory bowel disease; penggunaan pada pasien dengan striktur dan divertikulum usu juga harus hati – hati.
Sediaan besi oral dapat menimbulkan konstipasi khususnya pada pasien lanjut usia, kadang menjrus pada pemadatan (impaction) feses.
FERO SULFAT
Indikasi : anemia defisiensi besi
Peringatan : kehamilan
Interaksi : Lampiran 1 ( Zat Besi)
Efek samping : lihat catatan di bawah
Dosis : Profilaksis, 1 Tablet 200mg 2 – 3 kali sehari.
KONSELING. Walaupun penyerapannya paling baik ketika perut kosong, sediaan besi dapat dimakan sesudah makan untuk mengurangi Efek samping gastrointestinal; warna tinja dapat berubah

Fero sulfat ( Generik) Tablet Ss. 200 mg. 300 mg; Sirup 150mg/ 5 ml (B)
Iberet * ( Abbot Indonesia ) Tablet Ss (B).

FERO FUMARAT
Indikasi ; Peringatan Efek Samping ; lihat Fero sulfat
Dosis : 1 – 2 Tablet 200 mg 3 kali sehari. Sirop, fero fumarat 140 mg ( besi 45 mg)/ 5 ml. Dosis  : 10 – 20 ml dua kali sehari. BAYI  PREMATUR 0,6 – 2,4 ml/kg/ hari, ANAK hingga 6 tahun 2,5 – 5 ml dua ali sehari

Fero Fumarat (Generik ) Tablet Ss. 200 mg, 300 mg; Kaptab 200 mg ( B )
Hemobion * (Medikon) Kapsul (B)

FERO GLUKONAT
Indikasi ; Peringatan; Efek samping; lihat Fero Sulfat
Dosis : Profilaksis, 2 Tablet sehari sebelum makan; terapeutik 4 – 6 Teblet sehari dalam dosis terbagi sebelum makan; ANAK 6 – 12 tahun, profilaktik dan terapeutik, 1- 3 Tablet sehari, sesuai dengan usia.

Fero Glukonat (Generik) tablet, Merah, berlapis, fero glukonat 300 mg (besi 35 mg) (B)
Sangobion * (Merek Indonesia) Kapsul (B)
BESI DAN ASAM FOLAT
Sediaan ini digunakan untuk pencegahan defisiensi besi dan asam folat pada kehamilan; sedian harus dibedakan dari sediaan yang digunakan untuk mencegah Neural tubedefect pada wanita yang merencanakan kehamilan.
Penting untuk diperhatikan bahwa asam folat dosis kecil dalam sediaan ini tidak memadai untuk pengobatan anemia megaloblastik.
Fero Folat Tablet Ss. 200mg + 0,25 mg (B)
Tablet Tambah Darah Tablet Ss. 200 mg + 0,25 mg (B)
Ferrum Hausmann ( Darya Varya) drop 50 mg/ml; sirup (B)
Iberet Folic * (Abbot Indonesia ) Tablet Ss. (B)

11.1.1.2                      Sediaan Besi Parenteral
Satu – satunya alasan yang tepat untuk pemberian zat besi secara Parenteral adalah kegagalan tetapi oral karena penderita kurang kooperatif. Efek samping gastro intestinal yang berat, pendarahan hebat berkelanjutan, atau malabsorpso. Sejauh sediaan besi benar – benar di makan dan diserap, maka respons hemoglobin parenteral tidak lebih cepat secara berarti. Oleh karena itu tujuan penyembuhan anemia  secara lebih cepat tidak dapat dicapai dengan pemberian zat besi secara parenteral.
Sediaan parenteral yang sesuai mengandung kompleks besi, sorbitol, dan asam sitrat yang dikenal sebagai injeksi sorbitol besi ( Jectofer). Sediaan ini tidak cocok untuk injeksi intravena dan walaupun berat molekul rata – rata yang rendah memungkinkan absorpsi yang cepat dari tempat penyuntikan, terjadi juga eksresi melalui liur dan tervuang cukup banyak melalui urin.
Biasanya diberikan suatu regimen injeksi intramuskuler yang dalam. Aturan dosis dari pabrikobat harus dibaca; ini biasanya meliuti informasi dosis untuk mengembalikan cadangan besi dalam tubuh.
Untu mencegah kebocoran di tempat penyuntikan dengan akibat pewarnaan kulit, injeksi intramuskuler harus dalam sesuai dengan teknik yang baik.


11.1.2    Anemia Megaloblastik
Kebanyakan anemia megaloblastik disebabkan oleh kekurangan vitamin B12  atau folat, dan penting untuk menentukan defisiensi apa yang ada pada setiap kasus dan penyebabnya. Pada keadaan darurat, ketika kelambaan dapat membahayakan, kadang – kadang penting untuk memberi kedua obat sesudah dilakukan pemeriksan sumsum tulang sambil menunggu hasil pemeriksaan plasma. Tetapi, normalnya pengobatan harus dilakukan hanya bila tes sudah tersedia.
Penyebab umum anemia megaloblastik ialah anemia pernisiosa yaitu kekurangan factor intrinsic lambung akibat gastritis autoimun yang menyebabkan malabsorpsi vitamin B12. Vitamin B12 juga diperlukan untuk pengobatan megaloblastosis karena anesthesia  nitrogen oksida yang berkepanjangan yang menginaktifkan vitamin ini, dan pengobatan defisiensi transkobalamin kongenital II, suatu sindrom yang langka. vitamin B12  harus diberikan sebagai profilaktik setelah gastrektomi parsial bila tes absorpsi vitamin B12   menunjukkan mal – absorpsi vitamin B12  .
Selain defisiensi diet, penyebab lainnya dari defisiensi vitamin B12  adalah mal-absorpsi sehingga sedikit sekali tempat untuk pemakaian vitamin B12   ral, dan sama sekali tidak ada alasan penggunaan kompleks faktor intrinsik                     vitamin B12  oral.
Hidroksikobalamin sudah menggantikan sianokobalamin sebagai bentuk  terapi vitamin B12   terpilih ; zat ini bertahan dalam tubuh lebih lama daripada sianokobalamin dan karenanya hanya perlu diberikan setiap 3 bulan untuk terapi pemeliharaan. Walaupun respons hhematologis pada defisiensi vitamin B12   dapat diperoleh dengan dosis kecil, biasanya pengobatan dimulai dengan injeksi intramuskuler 1 mg diulangi lima kali dengan interval 2-3 hari untuk menggantikan cadangan tubuh yang hilang. Setelah itu, dapat dilakukan pengobatan pemeliharaan yang biasanya untuk seumur hidup. Tak ada bukti bahwa dosis yang lebih besar memberikan manfaat tambahan pada neuropati vitamin B12  .
Asam folat jangka panjang hanya sedikit diperlukan karena kebanyakan penyebab defisiensi folat berakhir sendiri, atau dapat diatasi dengan pengobatan jangka pendek. Vitamin ini tidak boleh digunakan pada anemia megaloblastik yang belum didiagnosis kecuali vitamin B12   diberikan bersamaan, bila tidak, dapat mencetuskan neuropati.
Pada anemia megaloblastik defisiensi folat (misalnya karena nutrisi yang buruk, kehamilan, akibat antiepilepsi) pengobatan baku untuk menimbulkan remisi hematology dan menggantikan cadangan tubuh, adalah pemberian oral asam 5 mg setiap hari selama 4 bulan; untuk malabsorpsi mungkin diperlukan hingga 15 mg sehari.
Untuk profilaksis pada hemolisis kronis atau dialysis ginjal, cukup diberikan asam folat 5 mg sehari atau malah seminggu, tergantung dari diet dan kecepatan hemolisis.
Untuk profilaksis pada kehamilan, dosis asam folat 200-500 mikrogram setiap hari.
Asam Folinat juga efektif pada pengobatan anemia megaloblastik defisiensi folat tetapi obat ini biasanya digunakan sebagai sitotoksik; diberikan sebagai kalium folinat.

PENCEGAHAN NEURAL TUBE DEFECT
Rekomendasi kelompok ahli Departemen Kesehatan mencakup anjuran bahwa :
Untuk mencegah berulangnya neural tube defect pada wanita yang menginginkan kehamilan ( atau yang beresiko menjadi hamil) harus dianjurkan untuk menggunakan suplemen asam folat dengan dosis 5 mg setiap hari (dikurangi hingga 4 mg setiap hari bila tersedia sediaan yang sesuai); suplementasi harus diteruskan hingga minggu kedua belas kehamilan. Wanita yang menerima terapi antiepilepsi memerlukan konseling pribadi dari dokternya sebelum mulai makan asam folat.
Untuk mencegah timbulnya neural tube defect untuk pertama kali pada wanita yang merencanakan kehamilan, harus dianjurkan untuk makan asam folat sebagai obat atau suplemen makanan dengan dosis 400 mcg setiap hari sebelum konsepsi dan pada duabelas minggu pertama kehamilan. Wanita yang belum mendapat suplemen dan merasa bahwa mereka hamil harus segera mulai makan suplemen dan meneruskan hingga minggu keduabelas kehamilan.
Tidak diperlukan meresepkan sediaan multivitamin yang mengandung vitamin B12    atau asam folat.

HIDROKSIKOBALAMIN
Indikasi : anemia pernisiosa, sebab lain dari defisiensi vitamin B12   subacute combined degeneration of the spinal cord.
Peringatan : tidak boleh diberikan sebelum diagnosis dipastikan, tetapi lihat keterangan diatas.
Dosis : dengan injeksi intramuskuler, dosis awal 1 mg diulangi lima kali dengan interval 2 – 3 hari; dosis pemeliharaan 1 mg setiap 3 bulan; ANAK, dosis seperti  orang dewasa.
Catatan : bila yang diresepkan atau diminta adalah injeksi vitamin B12    maka yang diberikan adalah suntikan hidroksikobala-min
Rubranova : ( Squibb Indonesia ) Cairan Inj.. 1000 Mcg/ml (K)

SIANOKABALAMIN
Indikasi : seperti diatas
Dosis : oral, defisiensi vitamin B12    karena kekurangan gizi, 50 – 150 mcg atau lebih diberikan diantara makan.
ANAK 35 – 50 mcg dua kali sehari suntikan i.m. permukaan 1 mg diulangi 10 kali dengan interval 2 – 3 hari, dosis pemeliharaan 1 mg setiap bulan, namun perlu dilihat catatan diatas
Sianokobalamin (Generik) Tablet 50mcg (B); Cairan Inj. 500mcg/ml, 1000mcg/ml(K)
Etacobalamin (Errita) cairan. Inj 100mcg/ml (K)
Vitamin B12 Cap FM (Fimedco) Tablet 25mcg (B).


ASAM FOLAT
Indikasi: Lihat catatan di atas
Peringatan: jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa Addision dan penyakit defisiensi vitamin B12  lainnya karena dapat menimbulkan degenerasi majemuk dari medulla spinalis. Jangan digunakan untuk penyakit ganas kecuali bila anemia megaloblastik karena defisiensi folat merupakan komplikasi penting              ( beberapa tumor ganas adalah folate dependent);
Interaksi: Lampiran 1 (Vitamin)
Dosis : permulaan, 5mg sehari untuk  4 bulan (lihat catatan diatas); pemeliharaan, 5 mg setiap 1 – 7 hari ergantung penyakit dasarnya; ANAK sampai 1 tahun, 500 mcg/kg/hari; diatas 1 tahun, seperti orang dewasa. Pencegahan neural tube defect, lihat catatn diatas
Folid Acid (Generik) Tablet 1 mg, 5 mg (B)

11.1.3    Anemia hipoplastik, hemolitik, dan renal
Steroid anabotik, piridoksin , immunoglobulin antilimfositik dan berbagai kortikosteroid digunakan untuk anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Kedudukan anabolik steroid dalam terapi anemia aplastik tetap controversial dan keefektifannya tidak jelas. Terdapat variasi yang besar dalam laporan keberhasilan terapi, kadang – kadang pasien memperoleh manfat dari terapi ini. Nandrolon dekanoat memerlukan injeksi intramuskuler sehingga tidak cocok untuk anemia aplastik atau aplasia sitotoksik, karena rendahnya hitung trombosit. Uji klinik berpembanding telah menunjukkanbahwa globulin antilimfosit menghasilkan respons 50% pada kasus non-kongenital; tinggi bila siklosporin juga diberikan.
Sangat kecil kemungkinan adanya efek haematologis pada manusia akibat tidak adanya piridoksin dalam diet (11.62) tetapi, bentuk tertentu dari anemia sideroblastik menunjukkan respons  terhadap dosis farmakologis piridoksin, ini mungkin menunjukkan perannya sebagai ko-enzim dalam sintesis haemoglobin. Piridoksin diindikasikan untuk anemia idiopatik dapatan (acquired) maupun anemia sideroblastik congenital. Walaupun tidak dilaporkan kesembuhan total, kenaikan haemoglobin dapat terjadi; dosis yang dibutuhkan  biasanya tinggi, hingga 400 mg tiap hari. Terlihat respons yang baik pada anemia sidero-blastik yang reversible bila dilakukan pengobatan terhadap penyakit penyebabnya, tetapi piridoksin juga diindikasikan pada kehamilan, anemia hemolitik dan ketergantungan alcohol, atau selama pengobatan.isoniazid.
Kortikosteroid (lihat 8.3) memiliki tempat yang penting dalam manajemen berbagai variasi kelainan hematologist. Termasuk diantaranya kelainan yang didasari atas reaksi imunologis seperti anemia hemolitik autoimmune, berbagai immune thrombositopenia dan neutropenia, dan reaksi berat terhadap tranfusi. Kortikosteroid juga tercakup dalam jadwal kemoterapi untuk banyak jenis limfoma, leukemia limfoid dan paraproteinemia, termasuk mielomatosis. Kortikosteroid digunakan untuk anemia aplastik, yang kegunaannya lebih diperdebatkan.

ERYTHROPOIETIN
Epoetin ( eritropoietin rekombinan manusia) digunakan pada anemia yang berhubungan dengan defisiensi eritropoietin pada gagal ginjal kronis dan untuk menambah darah autolog pada individu normal. Efikasi klinis epoetin alfa dan epoetin beta hampir sama. Epoetin alfa juga digunakan pada penderita penerima kemoterapi yang mengandung platinum untuk mempersingkat periode anemia. Epoetin beta juga digunakan untuk pencegahan anemia pada bayi premature yang berat badannya redah.
Factor lain yang turut berperan menimbulkan anemia gagal ginjal kronis seperti besi dan defisiensi folat harus diko-reaksi sebelum pengobatan dan diagnosis selama pengobatan. Sediaan besi parenteral dianjurkan untuk memperbaiki respons pada penderita yang resisten. Keracunan aluminium, infeksi yang bersamaan atau penyakit inflamasi lain juga dapat mengganggu respon terhadap epoetin.



EPOETIN ALFA DAN EPOETIN BETA
(rekombinan eritropoetin manusia )
Indikasi: lihat sediaan dibawah.
Peringaan : Tekanan darah tinggi yang tidak diobati secara memadai atau tidak terkendali (monitor secara ketat tekanan darah, hemoglobin dan elektrolit) hentikan sementara pengobatan bila tekanan darah tidak terkendali; singkirkan factor lain dari anemia (misalnya defisiensi asam folat atau vitamin B12  ) dan diberikan suplemen besi bila diperlukan (lihat catatan diatas); penyakit iskemik vaskuler; trombositosis (monitor jumah trombosit untuk 8 minggu pertama); riwayat konvulsi; penyakit ganas; gagal hati kronis; rasa menusuk seperti mirain adalah pertanda krisis hipertensi; peningkatan dosis heparin mungkin diperlukan; kehamilan dan laktasi;
Interaksi : Apendiks 1 (epoetin)
Kontraindikasi : hipertensi yang tak terkendali
Efek samping : kenaikan tekanan darah yang  dose – dependent atau hipertensi memburuk; jarang pada penderita dengan tekanan darah normal atau rendah, krisis hipertensi dengan gejala seperti enselfalopati dan kejang umum tonik-klonik memerlukan trombosit yang dose – dependent (namun trombositosis jarang) beregresi selama pengobatan; gejala mirip influenza (dapat dikurangi bila injeksi intravena diberikan  perlahan dalam 5 menit); shunt thrombosis terutama bila ada kecenderungan mengalami hipotensi atau komplikasi arteriovenous shunt; laporan jarang terjadinya hiperkalemia, peningkatan plasma kreatinin, urea dan fosfat, konvulsi, reaksi kulit dan udema palpebral, anafilaksis.
Dosis : dimaksud untuk meningkatkan kadar hemoglobin dengan laju tidak melebihi 2gr/100ml/bulan ketingkat yang stabil 10-12 g/100ml (9,5 – 11 g/100ml pada anak); lihat pada sediaan, dibawah.
Catatan: Walaupun epoein alfa dan beta secara klinis tak dapat dibedakan, pembuat resep harus memberi tahu yang mana yang diperlukan.



Epoetin Alfa
Eprex ( Janssen Indonesia) Injeksi, epoetin alfa 2.000 UI/ml, vial 0,5 ml (1.000 UI) 0,5 ml (1.000UI); 4.000 UI/ml, 0,5 ml pre filled syringe (2.000 UI, vial 1 ml (4.000 UI); 10.00 UI/ml, pre-filled syringe 0,3 ml, pre-filled syringe 1 ml (10.000 UI( (K).

Dosis: anemia yang berhubungan dengan gagal ginjal kronis pada penderita dengan hemodialisis, melalui injeksi subkutan (maksimum 1 ml per tempat injeksi) atau injeksi intavena perlahan selama 2 menit, dosis awal 50 UUI/kg 3 kali seminggu, ditingkatkan bertahap sesuai dengan respons masing – masing 25 UI/kg dengan interval 4 minggu; tinggalkan salah satu dosis mingguan bila kenaikan hemoglobin melebihi 2 g/100 ml per bulan  setelah dosis awal; maksimum 600 UI/kg/minggu dalam 3 dosis terbagi; dosis pemeliharaan (setelah dicapai  kadar hemoglobin 10-12 g/100ml) biasanya 100 – 300 UI/kg/minggu dalam 2-3 dosis terbagi; ANAK (hanya diberikan secara intravena) dosis awal seperti pada dewasa; dosis pemeliharaan (bila tercapai kadar hemoglobin 9.5 – 11 g/100 ml) berat badan kurang dari 10 kg biasanya kurang dari 10 kg biasanya 75-150 UI/kg 3 kali tiap minggu, 10-30 kg biasanya 60-150 UI/kg 3 kali tiap minggu, lebih dari 30 kg biasanya 30-100 UI/kg 3 kali tiap minggu.
Anemia ang berhubungan dengan gagal ginjal kronis pada dewasa dengan dialysis peritoneal, secara injeksi subkutan (maksimum 1 ml per tempat injeksi) atau secara injeksi i.v selama 2 menit, dosis awal 50 UI/kg dengan interval 4 minggu; dosis pemeliharaan (bila dicapai kadar hemoglobin 10-12 g/100 ml) 50-100 UI/kg/ minggu dalam 2 dosis tervagi yang sama.
Anemia renal simtomatik yang berat pada orang dewasa dengan gagal ginjal yang belum dialysis, lebih baik diobati dengan injeksi subkutan  (maksimum 1 ml per tempat injeksi) dosis awal 50 UI/kg 2 kali seminggu ditingkatkan bertahap sesuai dengan respon sebesar 25 UI/kg dengan interval 4 minggu; maksimum 600 UI/kg tiap minggu  dalam 3 dosis terbagi; dosis pemeliharaan (bila dicapai kadar hemoglobin melebihi 10-12 g/100ml) 50 – 100 UI/kg /minggu dalam 3 dosis terbagi.
Anemia pada dewasa yang menerima kemoterapi platinum, secara injeksi subkutan (maksimum 1 ml per tempat injeksi) dosis awal 150 UI/kg 3 kali tiap minggu, ditingkatkan hingga 300 UI/kg 3 kali tiap minggu bila respons  hemoglobin (atau hitung retikulosit)  tidak tercapai setelah  4 minggu; hentikan bila respons tidak memadai; setelah 4 minggu penggunaan dosis tinggi; turunkan dosis 25-50% bila kenaikan  hemoglobin melebihi 14 g/100ml tiap bulan; hentikan bila hemoglobin melebihi 14 g/100ml hingga kembali dibawah dosis sebelumnya; teruskan epoetin untuk 1 bulan setelah aktif kemoterapi.
Bila ingin meningkatkan produksi darah autolog (untuk menghindari darah hemolog) dalam program predonasi pada anemia moderat, bila dibutuhkan darah dalam jumlah besar untuk pembedahan elektif, atau bila tidak cukup waktu untuk mendapatkan jumlah darah yang diperlukan, maka injeksi intravena disuntikan dalam 2 menit, 600 UI/kg 2 kali seminggu selama 3 minggu sebelum pembedahan; penjelasan dan saran untuk memastikan cadangan besi yang tinggi dapat dilihat dalam literature produk.
Catatan. Dosis subkutan biasanya 20-30% lebih rendah dripada dosis intravena; dalam mengganti cara pemberian, berikan dosis yang sama kemudian ubah sesuai dengan hasil pengukuran hemoglobin mingguan.

Epoetin Beta
Recormon ( Boehringer Mannheim) Serbuk Inj. Untuk dilarutkan, epoetin beta vial 1.000UI; vial 2.000 UI; vial 5.000 UI; vial 10.000 UI (semua dengan aquadestilata untuk inkjeksi) (K).
Catatan. Hindarkan kontak obat yang sudah dilarutkan dengan bahan gelas gunakan hanya alat plastic.

Recormon S Injection (untuk penggunaan subkutan) serbuk untuk dilarutkan, epotin beta vial 1.000 UI; vial 2.000 UI; vial 5.000 UI, vial 10.000 UI (semua dengan semprit dan aquadestilata untuk injeksi) (K).
Dosis:  anemia yang berhubungan dengan gagal ginjal kronis pada penderita dialysis, anemia simptomatik yang berasal dari penyakit ginjal  pada pasien  yang belum dialysis, DEWASA dan ANAK dalam 2 tahun melalui injeksi subkutan, dosis awal 60 UI/kg tiap minggu (dalam 1-7 dosis terbagi) untuk 4 minggu,  ditingkatkan sebulan sekali  sesuai dengan respon masing – masing 60 UI/kg; dosis pemeliharaan (bila dicapai kadar hemoglobin 10-12 mg/100 ml) mula – mula diturunkan  dosis separuhnya kemudian ubah sesuai dengan respons pada interval 1-2 minggu; maksimum 720 UI/kg.
Secara injeksi intravena dalam 2 menit (atau infuse intravena jangka pendek) dosis awal 40 UI/kg 3 kali tiap minggu untuk 4 minggu, ditingkatkan sampai 80 UI/kg 3 kali seminggu bila kenaikan hemoglobin awal kurang dari  1 g/100ml per bulan, bila perlu dapat dinaikkan lebih lanjut pada interval bulanan masing – masing 20 UI/kg; dosis pemeliharaan ( sewaktu dicapai kadar hemoglobin 10-12 g/100 ml) mula – mula kurangi dosis separuhnya kemudian ubah sesuai dengan respons pada interval 1-2 minggu; maksimum 720 UI/kg. anemia pada bayi premature dengan bobot 750-1.00 g dan usia kehamilan kurang dari 34 minggu diberikan  injeksi subkutan, 250 UI/kg 3 kali seminggu lebih baik dimulai dalam 3 hari setelah kelahiran dan dilanjutkan hingga 6 minggu.
Untuk meningkatkan produksi darah autolog (untuk menghindari darah hemolog) dalam program predonasi untuk anemia moderat cukup ketika prosedur konservasi darah tidak cukup atau tidak tersedia, lihat literatur produk.
Overload besi yang berat dalam jaringan dapat timbul pada anemia aplastik dan anemia refrakter lainnya terutama akibat tranfusi darah berulang. Masalah utama ialah anemia refrakter dengan hyperplasia sumsum tulang, khususnya  talasemia major, di sini absorpsi besi yang berlebihan di usus dan terapi besi yang tidak tepat dapat memperberat siderosis jaringan.
Terapi veneseksi tidak boleh dilakukan, tetapi pemberian jangka panjang kelat besi desferioksamin mesylate ternyata berguna infuse subkutan desferioksamin (20-40 mg/kg dalam 8-12 jam) diberikan pada 3 sampai 7 malam tiap minggu. Desferioksamin (hingga 2 g per UI darah) dapat juga diberikan melalui selang infuse pada sat transfuse darah.
Ekskresi besi yang dipicu oleh desferioksamin ditingkatkan oleh pemberian vitamin C (lihat.6.3) dalam dosis 200 mg tiap hari (100 mg pada anak); harus diberikan terpisah dari makanan karena makan juga meningkatkan absorpi besi. Vitamin C harus dihindarkan untuk 1-2 minggu setelah pengobatan dengan desferioksamin.
Infuse desferioksamin dapat digunakan untuk mengobati kelebihan besi pada penderita dialysis;secara teoretis 100 mg desferioksamin mengikat 4.1 mg aluminium.
Kelat besi yang aktif secara oral baru ditemukan dalam penelitian dan tidak tersedia untuk penggunaan umum.

11.1.4     Autoimmune thrombocytopenic purpura
Biasanya pengobatan trombositopenia purpura autoimun (idiopatik) dimulai dengan kortikosteroid, misalnya  prednislon 1 mg/kg/hari, diturunkan  dosisnya bertahap  pada minggu – minggu  berikutnya. Pada penderita yang gagal mencapai  mencapai hitung trombosit yang memuaskan atau kambuh setelah  dosis kortikosteroid dikurangi atau dihentikan, dipertimbangkan speleknotomi.
Terai lain yang telah dicoba pada kasus refrakter termasuk azatioprin (lihat 10.2.1)
Siklofosfamid (lihat 10.1.1) vinkristin atau vinblastin (lihat 10.1.4) (atau prateter bermuatan vinblastin) siklosporin (10.2.2) dan danazol (8.7.2). Imunoglobulin intravena (lihat 14.5) juga telah digunakan pada kasus refrakter atau ketika diperlukan peningkatan platelet yang cepat untuk sementara, seperti pada kehamilan atau sebelum pambedahan. Untuk penderita trombositopenia berat kronis yang refrakter terhadap terapi lain, asam traneksamat (lihat 2.6.4) dapat diberikan untuk mengurangi keparahan pendarahan.

11.1.5    Defisiensi G6PD
Defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) prevalensinya sangat tinggi pada populasi yang berasal dari Afrika, sebagian besar daerah Asia, Oseania dan Eropa Selatan; ia dapat juga ditemui pada populasi lain, walaupun jarang.
Individu dengan defisiensi G6PD mudah terserang anemia hemolitik akut bila makan berbagai obat yang umum dipakai. Juga penderita mudah terkena anemia hemolitik akut ketika menghirup fava beans (vicia faba ); ini dinamai favism dan cenderung lebih parah pada anak atau bila fava beans dimakan mentah
Ketika meresepkan obat untuk penderita dengan defisiensi G6PD, 3 hal berikut harus diperhatikan :
1.      Defisiensi G6PD adalah heterogen secara genetik; varian genetik yang berbeda mengandung kepekaan yang berbeda  terhadap resiko hemolitik dari obat; jadi, obat yang ternyata aman untuk beberapa orang yang defisiensi G6PD mungkin tidak aman untuk penderita lain.
2.      Saat ini tidak ada pengujian yang dirancang spesifik untuk mengidentifikasi resiko potensial pada subjek defisiensi G6PD yang dilaksanakan oleh produsen obat;
3.      Resiko dan keparahan hemolisis hampir selalu bergantung pada dosis.
Tabel dibawah ini harus  dibaca dengan memperhatikan factor diatas. Bila mungkin, pengujian defisiensi G6PD harus dilakukan sebelum meresepkan obat yang berada  dalam daftar, khususnya bila penderita termasuk grup populasi yang lazim mengalami defisiensi G6PD.
Sebagian sangat kecil individu dengan defisiensi G6PD, dengan anemia hemolitik nonferositic kronik, mengalami hemolisis bahkan tanpa pemicu eksogen. Penderita ini harus dianggap mepunyai resiko tinggi untuk eksaserbasi  hemolisis yang parah sesudah  makan obat yang termasuk dalam daftar dibawah ini.
Obat dengan kemungkinan risiko hemolisis pada sebagian besar penderita defisiensi G6PD
Fapson dan sulfon lain (dosis tinggi untuk dermatitis herpetiformis cenderung menimbulkan masalah)
Metilen biru
Niridazol
Nitrofurantoin
Pamakuin
Primakuin (30 mg tiap minggu selama 8 minggu telah ditemukan tanpa efek berbahaya pada orang Afrika dan Asia (lihat 5.4.1)
4- kuinolon (termasuk profloksasin asam nalidiksat, noriloksasin dan ofloksasin)
Sulfonanid ( termasuk kotrimoksazole beberapa sulfonamide, contohnya sulfadiazine, telah diuji dan ditemukan tidak menimbulkan  haemolisis pada banyak subjek defisiensi G6PD.
Obat dengan risiko hemolisis mungkin terjadi pada beberapa subjek defisiensi G6PD
Asetosal (dapat ditoleransi pada dosis sedikitnya 1 g tiap hari pada kebanyakan orang dengan defisiensi G6PD.
Klorokuin (ditoleransi pada malaria akut)
Menadion yang larut air (misalnya menadiol natrium fosfat)
Probenesaid
Kinidin ( ditoleransi pada malaria akut)
Kinin ( ditoleransi pada malaria akut )

Catatan : Mothballs  dapat mengandung naftalen yang juga mengakibatkan haemolisis pada subjek dengan defisiensi G6PD.

11.1.6    Obat yang digunakan pada neutropenia
Recombinant human granulocyte-colony stimulating factor (rhG-CSF) merangsang produksi neutrofil dan dapat mengurangi masa berlangsungnya neutropenia yang diinduksi oleh kemoterapi dan karenanya mengurangi kejadian sepsis yang berhubungan dengan neutropenia; belum ada bukti rhG-CSF meningkatkan angka kelangsungan hidup (survival ) secara kesluruhan.
Filgrastim (unglycosylated rhG-SCF) dan lenograstim( glucosylated rhG-SCF) memiliki efek yang serupa; keduanya telah digunakan dalam berbagai keadaan klinik tetapi tidak ada indikasi yang jelas untuk keduanya. Pada neutropenia congenital, filgrastim biasanya meningkatkan hitung neutrofil dengan respons klinis yang baik. Penggunaan lama dihubungkan dengan risiko keganasan myeloid yang meningkat.
Molgramostim ( Recombinan human granulocyte-colony stimulating factor) merangsang produksi semua granulosit dan monosit. Memiliki lebih banyak efek samping daripada granulocyte-colony stimulating factor dan tidak efektif pada neutropenia congenital.
Pengobatan dengan recombinant human growth factor hanya boleh diberikan oleh mereka yang berpengalaman memakainya.

FILGRASTIM
( Recombinant human granulocyte – colony stimulating factor; G-CSF)
Indikasi: (hanya untuk digunakan  oleh spesialis) pengurangan masa neutropenia dan insidens febrile neutropenia (dan sequalaenya) dalam terapi myeloablasi yang dilanjutkan dengan transplantasi sumsum tulang; mobilisasi sel progenitor darah tepi untuk dipanen dan selanjutnya digunakan dalam infuse autolog; neutropenia congenital berat, neutropenia siklik atau neutropenia idiopatik dan adanya riwayat infeksi berat berulang (bedakan dengan cermat dari kelainan hematology lain, lihat literature). Infeksi HIV lanjut agar dapat melakukan pengobatan mielosupressif atau antivirus yang terjadwal
Peringatan : tumor berciri meiloid (risiko tumor membesar) kondisi prakeganasan meiloid; precursor myeloid berkurang; monitor hitung leukosit                   ( hentikan pengobatan bila timbul leukositosis, lihat literature produk); monitor hitung trombosit dan hemoglobin; dianjurkan pemeriksaan morfologik dan sitogenik sumsum tulang pada neutropenia  congenital  yang berat ( kemungkinan risiko sindrom mieloidisplasia atau leukeumia); monitor  ukuran limpa; penyakit tulang steoporotik (monitor bone density bila diberikan lebih dari 6 bulan); tidak mencegah efek toksik lain dari kemoterapi dosis tinggi; kehamilan; laktasi.
Kontraindikasi : neutropenia konginetal yang berat (sindrom kostman) dengan sitogenetik abnormal.
Efek samping : nyneri muskoskeletal, hipotensi selintas, gangguan enzim hati dan asam urat serum; trombositopenia; kelainan kencing termasuk disuria; reaksi alergi (lebih umum setelah infuse intravena) proteinuria, haematuria dan penurunan selintas glukosa  darah dilaporkan ; pada pengunaan jangka panjang  vaskulitis kutan juga dilaporkan, juga pembesaran limpa, hepatomegali, sakit kepala, diare, anemia, epitaksis, alopesia, osteoporosis, dan rash.
Dosis : neutropenia sitotoksik, lebih baik di beri secara injeksi subkutan atau infuse intravena( dalam 30 menit) DEWASA dan ANAK, 500.000 UI/kg hari dimulai tidak kurang dari 24 jam setelah kemoterapi sitotosik, dilanjutkan  sampai hitung  neutrofil dalam batas nrmal, biasanya hingga 14 hari. Terai mieloablatif dilanjutkan dengan transplantasi sumsum tulang, secara infuse intravena dalam 30 menit atau dalam 24 jam atau secara infuse subkutan dalam 24 jam, 1 juta UI/kg tiap hari, dimulai tidak kurang dari 24 jam setelah kemoterapi sitotoksik (dan dalam 24 jam setelah infuse sumsum tulang) kemudian diatur sesuai dengan hitung neutrofil absolute (lihat literature produk).
Mobilisasi sel progenitor darah perifer, digunakan tunggal, secara infeksi subkutan atau infuse subkutan dalam 24 jam, 1 juta UI/kg/hari untuk 6 hari; digunakan menyusul kemoterapi mielosupresif ajuvan (untuk meningkatkan keberhasilan) secara injeksi subkutan, 500.000 UI/kg/hari, dimulai pada hari selesainya kemoterapi dan dilanjutkan hingga hitung neutrofil mencapai batas normal ; untuk penentuan waktu (timing) leukapheresis lihat letaratur produk.
Neutropenia kronis yang berat, secara injesi subkutan, DEWASA dan ANAK, pada neutropenia congenital yang berat, dosis awal 1.2 juta UI/kg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi (dosis awal 500.000 UI/kg/hari pada neutropenia idiopatik atau siklik) disesuaikan dengan respon (lihat literature produk).
Penyembuhan neutropenia pada infkesi HIV stadium lanjut secara injeksi subkutan, dosis awwal 100.000 UI/kg/hari disesuaikan dengan respons hingga maksimum 400.000 UI/kg/hari sampai hitung neurofil dlam batas normal ; untuk memelihara hitung neutrofil tetap normal, dosis awal 30 juta UI/kg 3 kali tiap minggu kemudian disesuaikan dengan hitung neutrofil absolute (lihat literature produk) ; kurangi dosis dan kemudian hentikan filgrastim bila terapi mielosupresif dihentikan dan neutropenia tidak berulang.
Neupogen (Roche Indonesia) Injeksi, iflgrastim 30 juta UI (300 mcg/ml (K) vial 1 ml atau pre-filled syringe, 1.6 ml (48 juta UI).



LENOGRASTIM
(Recombinant human granulocyte – colony stimulating factor; rHuG-CSF)
Indikasi : (hanya untuk digunakan oleh spesialis) pengurangan lamanya neutropenia dan komplikasi yang berhubungan sesudah transplantasi sumsum tulang untuk keganasan non-mieloid atau menyusul pengobatan kemoterapi sitotoksik untuk insidens febrile neutropenia yang tinggi.
Peringatan :  efek samping : lihat Filgrastim
Dosis   : menyusul transplantasi sumsum tulang. Secara infuse intravena, DEWASA dan ANAK lebih dari 2 tahun 19.2 juta UI/m2 tiap hari dimulai pada hari selesainya transplantasi, dilanjutkan sampai hitung neutrofil stabil dalam batas yang bisa diterima (maksimum 28 hari).
Granocyte 34 (Rhone Poulenc Indonesia)
Injeksi, bubuk untuk dilarutkan, lenograstim, vial 13.4 juta UI (150 mcg) (dengan ampul 1 ml aquadestilata untuk injeksi); vial 33.6 juta UI (263 mcg) (dengan ampul 1 ml aquadestilata untuk injeksi) (K).

MOLGRAMOSTIM
(Recombinant human granulocyte macrophage-colony stimulating factor, GM-CSF)
Indikasi : (hanya untuk digunakan oleh spesialis) pengurangan keparahan neutropenia (dan risiko infeksi) dalam kemoterapi sitotoksik ; akselerasi pembentukan myeloid menyusul transplantasi sumsum tulang; neutropenia pada penderita yang diobati dengan gansiklovir pada cytomegalovirus retinitis yang berhubungan dengan AIDS
Peringatan : pantau kadar albumin serum dan hitung darah penuh termasuk diferensial leukosit, trombosit dan haemoglobin; monitor ketat penderita dengan penyakit paru-paru; riwayat predisposisi untuk penyakit auto-immun;kehamilan  dan laktasi;belum dianjurkan untuk penderita di bawah usia 18 tahun.
Kontraindikasi  : keganasan mieloid
Efek samping :  mual, diare, muntah, anoreksia, dispeneu, asthenia, lelah, rash, demam, rigors, flushing, nyeri muskoskeletal, reaksi lokal menyusul injeksi subkutan, juga dilaporkan nyeri dada non-spesifik, stomatitis, sakit kepala, keringat yang bertambah, nyeri abdominal, pruritus, udema perifer, pusing, parestesia, dan mialgia; reaksi serius dilaporkan meliputi anafilaksis, gagal jantung, sindrom kebocoran kapiler, kelainan cerebrovaskuler, kebingungan, konvulsi, hipotensi, aritmia, hipertensi intracranial, efusi pericardial, perikarditis, efusi pleural, udema paru, sinkope.
Dosis   :  (dosis pertama di bawah supervise medis)
Kemoterapi sitotoksik, secara injeksi subkutan 60.000 – 110.000 UI/kg, dimulai 24 jam setelah dosis terakhir kemoterapi, dilanjutkan untuk 7 – 10 hari. Transplantasi sumsum tulang, secara infuse intravena 110.000 UI/kg/hari, dimulai pada hari setelah transplantasi, dilanjutkan sampai hitung neutrofil absolut dalam batasan yang dikehendaki (lihat literature produk) ; maksimum lama pengobatan 30 hari.
Sebagai ajuvan pada pengobatan gansiklovir, secara injeksi subkutan, 60.000 UI/kg  untuk lima hari, kemudian diatur untuk menjaga hitung neutrofil absolut yang dikehendaki dan hitung sel darah putih.
Leucomax (Novartis) injeksi, bubuk untuk dilarutkan, molgramostim. Vial 1,67 juta UI (150 mcg) ; vial 3,33 juta UI (300 mcg) ; vial 4,44 juta UI (400 mcg).

INFEKSI NEUTROPENIK SITOTOKSIK
Amifostin secara khusus diberi izin edar untuk pengurangan risiko infeksi yang berhubungan dengan neutropenia pada penderita yang menjalani pengobatan dengan sisplatin dan siklofosfamid untuk carcinoma ovari stadium lanjut, harus diberikan dalam 30 menit sebelum kemoterapi.

AMIFOSTIN
Indikasi : (hanya untuk digunakan oleh spesialis) pengurangan risiko infeksi yang berhubungan dengan neutropenia akibat pengobatan siklofosfamid dan sisplatin pada penderita dengan karsinoma ovarium
Peringatan : pastikan hidrasi yang memadai sebelum pengobatan, infuse dengan penderita berbaring dan pantau tekanan darah arteri (hentikan sementara infuse bila tekanan darah turun secara signifikan, lihat literature produk), hentikan sementara terapi anti-hipertensi 24 jam sebelumnya dan pantau penderita dengan ketat, infuse dalam 15 menit (infus yang lebih lama berhubungan dengan insidens efek samping yang lebih tinggi, berilah obat antiemetik bersama dengan amifostin dan sebelum kemoterapi yang menimbulkan mual hebat, monitor kalsium serum pada penderita dengan risiko hipokalsemia; untuk direkomendasi pada kerusakan ginjal dan hati, kehamilan dan laktasi.
Interaksi  : lampiran 1 (amifostin)
Efek samping :  hipotensi (diperbaiki dengan infus NaCl fisiologis dan mengatur posisi tubuh), mual, muntah, flushing, menggigil, pusing, ngantuk, sendawa, bersin, jarang hipokalsemia klinis, reaksi alergis.
Dosis : infuse intravena dalam 15 menit, 910 mg/m2 sekali tiap hari dimulai dalam 30 menit sebelum kemoterapi (diturunkan ke 740 mg/m2 pada siklus-siklus berikutnya bila pada pertama kali tidak dapat diberikan dosis penuh akibat hipotensi yang berlangsung lebih dari 5 menit setelah interupsi, (lihat literatur produk), anak dan penderita LANJUT USIA (diatas 70 tahun) tidak dianjurkan.
Ethyol (Schering-Plough) Serbuk Injeksi 500 mg / vial (K)

11.2    CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tabel 11.1 dan 11.2 berikut ini memberikan pilihan dari beberapa nilai elektrolit yang berguna ; feses, muntahan, atau cairan aspirasi harus ditampung dan sedapat mungkin analisis bila dicurigai ada kehilangan yang abnormal, bila hal ini tidak bisa dilakukan, perkiraan di atas mungkin membantu pada perencanaan terapi substitusi.
11.2.1    Pemberian Oral
Garam natrium dan kalium yang dapat diberikan oral untuk mencegah defisiensi atau untuk mengobati defisiensi yang telah ada, ringan atau sedang, didiskusikan pada bagian ini. Sediaan oral untuk menghilangkan kelebihan kalium dan sediaan untuk terapi rehidrasi oral juga dibahas di sini. Bikarbonat oral untuk asidosis metabolik juga dibahas dalam bagian ini.
Untuk acuan tentang kalium, magnesium, dan fosfat, lihat 11.5
11.2.1.1    Kalium Oral
Untuk mengganti kehilangan kalium penting terutama untuk :
1.         Mereka yang diobati dengan digoksin atau antiaritmia karena kehilangan kalium dapat menginduksi aritmia;
2.         Pasien dengan hiperaldosteronisme sekunder, misalnya pada stenosis arteri ginjal, sirosis hati, sindrom nefrotik, dan gagal jantung yang berat.
3.         Pasien yang kehilangan kalium banyak melalui feses, misalnya : diare kronik yang berhubungan dengan malabsorpsi intestinal atau penyalahgunaan laksatif.
Cara-cara mengatasi kehilangan kalium mungkin dibutuhkan juga pada penderita lanjut usia karena asupan kaliumnya sering tidak memadai (tetapi lihat di bawah untuk peringatan pada gagal ginjal). Upaya ini mungkin diperlukan selama pengobatan lama dengan obat yang diketahui menginduksi kehilangan kalium (missal kortikosteroid). Suplemen kalium jarang sekali diperlukan pada penggunaan diuretic dosis kecil untuk hipertensi, lebih dianjurkan diuretik hemat kalium (daripada suplemen kalium) untuk mencegah hipokalemia akibat diuretic semacam frusemid atau tiazid (dosis besar, lebih dari 50 mg sehari) yang diberikan untuk menghilangkan udem.
DOSIS. Bila garam kalium diberikan untuk mencegah hipokalemia, dosis kalium klorida oral 2 – 4 g (kira-kira 25 – 50 mmol) tiap hari cocok untuk pasien yang makan secara normal.
Dosis yang lebih kecil harus digunakan bila terdapat gagal ginjal (biasa pada penderita lanjut usia) bila tidak ada bahaya hiperkalemia. Garam kalium menyebabkan mual dan muntah sehingga kepatuhan penderita yang rendah merupakan kendala utama keefektifannya, kalau memungkinkan, diuretic hemat kalium lebih dianjurkan (lihat juga diatas). Bila terbukti ada kehilangan kalium berat, diperlukan dosis.

Tabel 11.1. Kadar Elektrolit – Cairan Intravena

Infus Itravena

Milimol per liter
Na+
K+
HCO3-
Cl -
Ca2+
Nilai Plasma Normal
142
4,5
26
103
2,5
Natrium Klorida 0,9%
Campuran Natrium Laktat (Hartmann’s)
Natrium Klorida 0,18% dan Glukosa 4%
Kalium Klorida 0,3% dan Glukosa 5%
Kalium Klorida 0,3% dan Natrium Klorida 0,9%
105
131
30
-
150
-
5
-
40
40
-
29
-
-
-
150
111
30
40
190
-
2
-
-
-
Untuk memperbaiki asidosis metabolic





Natrium Bikarbonat 1,26%
Natrium Bikarbonat 8,4% untuk henti jantung
Natrium Laktat (M/6)
150
1000
167
-
1000
167
150
-
-
-
-
-
-
-
-

Tabel 11.2 Kandungan elektrolit – secret gastrointestinal
Tipe Cairan

Milimol per liter
H+
Na+
K+
HCO3-
Cl -
Cairan lambung
Sekret saluran empedu
Sekret pancreas
Cairan kecil
40 - 60
-
-
-
20 - 80
120 - 140
120 - 140
120 - 140
5 - 20
5 - 15
5 - 15
5 - 15
-
30 - 50
70 - 110
20 - 40
100 - 150
80 - 120
40 - 80
90 - 130

Besar yang jumlahnya bergantung pada besarnya kehilangan kalium yang berlanjut (monitor kadar plasma-kalium, konsultasian kepada ahlinya). Kehilangan kalium sering berhubungan dengan kehilangan klorida dan alkolosis metabolic dan kelainan ini memerlukan perbaikan.
CARA PEMBERIAN. Garam kalium lebih baik diberikan dalam bentuk sediaan cairan (atau effervescent) dari pada dalam bentuk modified-release tablet, obat harus diberikan sebagai klorida (penggunaan effervescent kalium tablet harus dibatasi hanya untuk keadaan hiperkloremik 11.2.1.3).
garam pengganti. Beberapa garam pengganti yang mengandung kalium klorida dalam jumlah yang berarti tersedia sebagai produk makanan kesehatan. Obat ini tidak untuk digunakan pada pasien gagal ginjal karena dapat timbul intoksikasi kalium.

KALIUM KLORIDA
Indikasi : kehilangan kalium (lihat catatan diata)
Peringatan : penderita lanju usia, kerusakan ginjal ringan sampai sedang (diperlukan pengawasan ketat) struktur usus, riwayat ulkus peptikum, hiatus hernia (untuk sediaan lepas lambat), penting :  bahaya khusus bila diberikan dengan obat yang bias menaikkan kadar plasma kalium seperti diuretic hemat kalium, ACE inhibitor, atau siklosporin.
Interaksi : lampiran 1 (garam kalium)
Kontraindikasi : kerusakan ginjal berat, kadar plasma kalium di atas 5 mmol / liter
Efek samping : mual dan muntah (bila berat dapat merupakan tanda obstruksi) ulserasi esophagus atau usus kecil.
Dosis : lihat catatan di atas.
Catatan. Jangan mengacaukan tablet effervescent kalium (lihat 11.2.1.3) dengan tablet effervescent kalium klorida. Tablet effervescent kalium tidak mengandung ion klorida dan penggunaannya hanya terbatas untuk keadaan hiperkloremia (11.2.1.3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2011 PAKAR BANGSA - All rights reserved. PIK REMAJA KECAMATAN PASEKAN INDRAMAYU