BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota tim kesehatan demi tercapainya cita cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada umumnya .KIA/KB dan kesehatan keluarga pada khususnya.
Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik detik yang sangat menentukan pada saat menyambut kelahiran insan generasi penerus secara selamat,aman dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan.
Menyadari tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus meningkatkan sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat ,sudah sewajarnya etik bidan ini berdasarkan pancasila dan undang undang dasar 1945 sebagai landasan idela dan garis garis besar haluan Negara sebagai landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijakan yang berlaku bagi bidan,kode etik ini merupakan pedoman dalam tatacara dan keselarasan dalam pelaksanan pelayanan profesional.
Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif terhadap ibu hamil ,ibu menyusui ,bayi dan balita pada khususnya sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi insane Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada khususnya.
1.2 Tujuan
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya tampak akrab. Misalnya : sikap empati atau berbagi pengalaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kewajiban Bidan Terhadap Klien Dan Masyarakat
1. Setiap bidan senantisasa menunjang tinggi ,menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya.dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan .
3. Setiap badan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien ,keluarga dan masyarakat .
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,menghormati hak klien dan menghormati nilai nilai yang berlaku di masyarakat .
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang di milikinya .
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya ,dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2.2 Proses Konseling
Hubungan antara konselor dan klien adalah inti proses konseling.
Proses konseling meliputi:
Proses konseling meliputi:
1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport).
“En rapport” mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuannya adalah menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Beberapa teknik untuk menguasai rapport adalah:
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Topik pembicaraan yangs sesuai
d. Menciptakan suasanan yang aman dan nyaman: sikap hangat, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan, kesadaran terhadap hakekat klien.
2. Pengumpulan dan pemberian informasi.
Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari konselor. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar keluhan klien, mengamati komunikasi non verbal klien, bertanya riwayat kesehatan, latar belakang keluarga, masalah, memberikan penjelasan masalah yang dihadapinya.
3. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Apabila data telah lengkap, maka bidan membantu klien untuk memecahkan masalah atau membuat perencanaan dalam pemecahan masalahnya.
Tahapan dalam memecahkan masalah adalah:
a. Menjajagi masalah (menetapkan masalah yang dihadapi klien)
b. Memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya)
c. Membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah)
d. Menjabarkan alternatif pemecahan masalah
e. Mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dg analisis SWOT)
f. Memilih alternatif terbaik
g. Menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.
2.3 Komunikasi Terapeutik Bidan dengan Klien
Peranan komunikasi bagi bidan sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari- hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi bidan dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni:
1. Pengetahuan
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari.
Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan kebidanan (nursing care plan), namun bilabidan mendiskusikannya dan mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses kebidanan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dimiliki bidan itu sendiri. Seorang bidan bukan sekedar menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari warga masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut, daripada menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja oleh karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya bidan yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan pengetahuannya terbatas.
2. Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja. Penampilan seorang bidan yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk melecehkannya atau mencemoohnya.
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang bidan sering berhadapan denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat.
Namun dengan sikapnya yang tulus seorang bidan dapat membantu meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya.
Meskipun gaji Bidan bukanlah gaji yang tinggi, namun seorang bidan memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sedikit pula yang merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberikan, sehingga muncul istilah suster judes.
3. Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan seorang bidan haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter ditaati sepenuhnya oleh pasien.
Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang terus dipompakan oleh bidan keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar lagi.
Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasama karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat disebabkan kurangnya perhatian bidan sehingga pasien merasa dikucilkan. Menghadapi situasi yang demikian, seorang bidan dengan naluri keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberikan dorongan. Jadi, selain bidan harus bersemangat dalam bekerja juga memberikan semangat kepada pasien.
4. Praktek
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang bidan bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sementara kepribadian bidan juga mendapat porsi yang sama.
Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktek berbicara di depan umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.
Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi bagi bidan baik di rumah sakit maupun di puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.
2.4 Budi Pekerti Dalam Kebidanan
Budi pekerti kebidanan merupakan salah satu pendorong kekuatan (stimulus) bagi bidan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Karena dari budi pekertilah yang menentukan martabat/derajat tinggi rendahnya sifat manusia itu sendiri.
Untuk keberhasilan suatu pekerjaan tergantung pada manusia yang jujur dalam menjalankannya. Lebih-lebih pekerjaan di rumah sakit, di mana hidup dan mati sering tergantung pada hal-hal yang remeh saja. Orang yang jujur dapat menjamin kekekalan persahabatan, keberesan pekerjaan dan kehormatan.
Mempertebal kejujuran itu bukan suatu usaha yang mudah. Hal ini memerlukan latihan intensif dari athun ke tahun yang sabar. Jujur serta bertanggung jawab dalam mengurus klien setiap hari. Dalam dunia kebidanan kejujuran itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan tindakan serta pembicaraan adalah penting untuk klien dan lingkungannya.
2.5 Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap KIP/K
Menurut model Johari windows untuk meningkatkan komunikasi interpersonal kuadran I perlu dibuka lebar-lebar di antaranya dengan cara membuka diri.sehingga diharapkan setiap individu tau benar tentang dirinya. Pemahaman diri diperlukan dengan tujuan mengetahui dan mengenal diri sendiri, apakah mempunyai persepsi yang sama dengan orang lain. Pemahaman diri meliputi
b. Kesadaran Diri
c. Klarifikasi Nilai
Kebutuhan klien harus selalu diutamakan, bidan sebaiknya mengklarifikasi nilai agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan antara bidan dengan klien. Dengan menyadari system nilai yang dimiliki bidan (missal : kepercayaan, seksual, dan ikatan keluarga), bidan akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan system nilai yang dimiliki.
d. Eksplorasi Perasaan
Bidan perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya dan mengontrolnya agar dapat menggunakan dirinya secara terapeutik., jika bidan terbuka kepada klien, bidan akan mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien.
e. Kemampuan Menjadi Model.
Bidan yang mempunyai masalah pribadi, seperti hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien.BIdan perlu memahami bagaiman menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan , kegembiraan klien. Bidan harus tahu bagaimana dirinya sendiri bersikap, apakah mudah cemas atau mudah tersinggung, sehingga bidan tahu keterbatasan diri sewaktu melayani klien.
2.6 Faktor Penghambat KIP/K
a. Faktor Individual
Orientasi cultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari factor fisik maupun kepekaan pancaindera (kemampuan untuk melihat dan mendengar), usia dan jenis kelamin, sudut pandang atau nilai-nilai yang dianut, serta factor social diantaranya sejarah keluarga dan relasi, jaringan social, peran dalam masyarakat, status social dan peran social.
b. Faktor yang berkaitan dengan interaksi
Meliputi tujuan dan harapan terhadap komunikasi , sikap terhadap interaksii, serta pembawaan diri seseorang terhadap orang lain seperti kehangatan, perhatian, dukungan.
c. Factor situasional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya merupaka situasi yang sangat mendukung, begitu pula sebaliknya.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu memilii kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal. Kompetensi yang harus dipenuhi tersebut meliputi :
a. Empati (empathy) adalah kecakapan memahami perasaan dan pengertisn orang lain
b. Perspektif sosial adalah kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang diambil oleh orang yang kita ajak komunikasi.
c. Kepekaan (sensivity) tehadap sesuatu hal dalam KIP/K
d. Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP/K
e. Memonitor diri adalah kemampuan menjaga ketepatan perilaku dan pengungkapan komunikan.
f. Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatandalam berinteraksi.
2.7 Pendekatan Komunikasi Terapeutik.
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
3. Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
4. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin.
Komunikasi non verbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
5. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan.
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengerangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis.
6. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh. Misalnya : bidan meminta klien ketika ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan mengatakan pada ibu untuk bernafas pajang dan rileks.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien.
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.
8. Memberikan pujian.
Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
9. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik detik yang sangat menentukan pada saat menyambut kelahiran insan generasi penerus secara selamat,aman dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan.
Menyadari tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus meningkatkan sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat ,sudah sewajarnya etik bidan ini berdasarkan pancasila dan undang undang dasar 1945 sebagai landasan idela dan garis garis besar haluan Negara sebagai landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijakan yang berlaku bagi bidan,kode etik ini merupakan pedoman dalam tatacara dan keselarasan dalam pelaksanan pelayanan profesional.
3.2 Saran
Pada kenyataanya bidan di samping kodratnya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di bidangnya, khususnya di bidang kebidanan. Bidan harus mampu menjalankan segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat, senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi kebidanan itu sendiri. Bidan dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini akan lebih baik lagi bila bidan dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar