Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh re m aja , y a itu l ak i- l a ki d an perempuan usia 10–24 tahun
(BKKBN-UNICEF, 2004).
Isu kesehatan reproduksi remaja merupakan isu yang mendesak untuk pembangunan kesehatan masyarakat, bukan hanya sekedar i s u m o r a l s e m a t a .
K o n d i s i kesehatan reproduksi remaja sangat penting dalam pembangunan nasional karena remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa. Dalam konteks inilah masyarakat internasional menekankan pentingnya setiap negara menyediakan sumber atau saluran yang dapat diakses oleh remaja dalam memenuhi haknya mem perol eh inform asi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang baik dan memadai sehingga terhindar dari informasi yang menyesatkan.
Ada beberapa faktor yang mendasari mengapa program KRR menjadi isu penting.
Pertama, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Hanya 17,1 persen perempuan dan 10,4 persen laki-laki mengetahui secara benar tentang m asa subur dan risiko kehamilan; remaja perempuan dan laki-laki usia 15–
24 tahun yang mengetahui kemungkinan hamil dengan hanya sekali berhubungan seks masing- masing berjumlah 55,2 persen perempuan dan 52 persen laki-laki.
Kedua, akses pada informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas, baik dari orangtua, sekolah, maupun media massa. Budaya
‘tabu’ dalam pembahasan seksualitas menjadi suatu kendala kuat dalam hal ini. Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)
yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi penting, baru berjumlah 682 (laporan akhir
2004) yang kemudian meningkat menjadi 2773 buah (Juli 2007). Masih belum memadainya jumlah PIK-KRR dan minat remaja mengetahui KRR secara
benar menyebabkan akses informasi ini rendah.
Ket i g a , inform asi menyesatkan y ang mem icu kehidup an seksual itas rem aja y ang sem akin meningkat dari berbagai media, yang apabila tidak dibarengi oleh tingginya pengetahuan yang tepat dapat memicu perilaku seksual bebas yang tidak bertanggungjawab.
Ke e m p a t , ke seha tan rep rodu ksi b erdam p ak panjang. Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial remaja. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) berdampak pada kesinambungan pendidikan, khususnya remaja putri. Remaja tertular HIV karena hubungan seksual tidak aman mengakhiri masa depan yang sehat dan berkualitas.
Kelima, status KRR yang rendah akan merusak masa depan remaja, seperti pernikahan, kehamilan serta seksual aktif sebelum menikah, juga terinfeksi HIV dan penyalahgunaan narkoba.
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SEBAGAI ISU PENTING
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar