Anatomi
Nasofaring.
Nasofaring letaknya tertinggi di antara
bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah do sal dari cavum nasi dan
dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi
dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh
laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut
:
Atas : Basis kranii.
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus
tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat
adenoid atau tonsila faringika.
Pengertian Carsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di
nasofaring.
Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang
paling banyak di THT.
Sebagian besar kien datang ke THT dalam keadaan
terlambat atau stadium lanjut.
Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada
wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia / umur rata-rata 30 –50 th.
Etiologi
Penyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih
belum jelas. Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan
penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada 5 faktor yang
mempengaruhi yakni :
1.
Faktor
Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).
2.
Faktor
Virus (Virus EIPSTEIN BARR)
3.
Faktor
lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok
dll).
4.
Iritasi
menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.
5.
Hormonal
: adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.
Pembagian Karsinoma Nasofaring
Menurut Histopatologi :
§
Well differentiated epidermoid carcinoma.
-
Keratinizing
-
Non Keratinizing.
§
Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic
carcinoma
-
Transitional
-
Lymphoepithelioma.
§
Adenocystic carcinoma
Menurut
bentuk dan cara tumbuh
§
Ulseratif
§
Eksofilik :
Tumbuh keluar seperti polip.
§
Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih
tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor)
Klasifikasi
Histopatologi menurut WHO (1982)
Tipe WHO 1
-
Karsinoma sel skuamosa (KSS)
-
Deferensiasi baik sampai sedang.
-
Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
Tipe WHO 2
-
Karsinoma non keratinisasi (KNK).
-
Paling banyak pariasinya.
-
Menyerupai karsinoma transisional
Tipe WHO 3
-
Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
-
Seperti
antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”,
varian sel spindel.
-
Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
Indonesia Cina
Tipe WHO 1 29% 35%
2 14% 23%
3 57% 42%
Klasifikasi
TNM
Menurut UICC
(1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :
T1 =
Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring
T2 =
Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 =
Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 =
Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
N1 =
Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil, soliter dan
berukuran kurang/sama dengan 3
cm.
N2 =
Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari
3 cm tetapi kurang dari 6 cm,
atau multipel dengan ukuran besar kurang dari 6 cm, atau
bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.
N3 =
Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.
M0 =
Tidak ada metastasis jauh.
M1 =
Didapatkan metastasis jauh.
Penentuan Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 – 3 N1 M0
Stadium IV T4 N0 – 1 M0
Semua T N2 – 3 M0
Semua T Semua N M1
Lokasi :
1
Fossa Rosenmulleri.
2
Sekitar tuba Eustachius.
3
Dinding belakang nasofaring.
4
Atap nasofaring.
Gejala Klinik
1.
Gejala Setempat :
Gejala Hidung :
Pilek dari satu atau kedua
lubang hidung yang terus-menerus/kronik.
Lendir dapat bercampur darah
atau nanah yang berbau.
Epistaksis dapat sedikit atau
banyak dan berulang.
Dapat juga hanya berupa riak
campur darah.
Obstruksio nasi unilateral
atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik
Gejala Telinga :
ü Kurang,
pendengaran.
ü Tinitus
ü OMP.
2.
Gejala
karena tumbuh dan menyebarnya tumor
Merupakan
gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif dan
metastasis.
a.
Ekspansif
A
Ke muka, tumor tumbuh ke depan mengisi
nasofaring dan menutuk koane sehingga timbul gejala obstruksi nasi/hidung
buntu.
A
Ke bawah, tumor mendesak palatum mole sehingga
terjadi “bombans palatum mole” sehingga timbul gangguan menelan/sesak.
b.
Infiltratif
A
Ke atas :
Melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka terkena
dura dan timbul sefalgia/sakit kepala hebat, Kemudian akan terkena N VI, timbul
diplopia, strabismus. Bila terkena N V, terjadi Trigeminal neuralgi dengan
gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang atas,
rahang bawah dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan
oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.
A
Ke samping :
Masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX dan X : Terjadi Paresis palatum mole,
faring dan laring dengan gejala regurgitasi makan-minum ke kavum nasi,
rinolalia aperta dan suara parau.
Menekan N XI :
Gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan otot trapezius.
Menekan N XII : Terjadi Deviasi lidah ke
samping/gangguan menelan
c.
Gejala
karena metastasis melalui aliran getah bening :
Terjadi pembesaran kelenjar
leher yang terletak di bawah ujung planum mastoid, di belakang ungulus
mandibula, medial dari ujung bagian atas muskulus sternokleidomastoideum, bisa
unilateal dan bilateral. Pembesaran ini di sebut tumor colli.
d.
Gejala
karena metastasis melalui aliran darah :
Akan terjadi metastasis jauh
yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan sebagainya.
Gejala di atas dapat dibedakan antara :
I.
Gejala
Dini : Merupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh dalam
batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang disebabkan oleh tumor
primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala telinga seperti di atas).
II. Gejala Lanjut : Merupakan gejala yang
dapat timbul oleh karena tumor telah tumbuh melewati batas nasofaring, baik
berupa metastasis ataupun infiltrasi dari tumor.
Sebagai pedoman :
Ingat akan adanya tumor ganas nasofaring bila
dijumpai TRIAS :
A.
Tumor
colli, gejala telinga, gejala hidung.
B.
Tumor
colli, gejala intrakranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan telinga.
C.
Gejala
Intrakranial, gejala hidung dan telinga.
Pemeriksaan
Fisik
A
Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
A
Pemeriksaan THT:
-
Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
-
Rinoskopia anterior :
o
Pada
tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak
sekret.
o
Pada
tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret
mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
-
Rinoskopia posterior :
o
Pada
tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak
rata dan paskularisasi meningkat.
o
Pada
tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
-
Faringoskopi dan laringoskopi :
Kadang faring menyempit karena
penebalan jaringan retrofaring; reflek muntah dapat menghilang.
-
X – foto :
tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
Pemeriksaan
tambahan
-
Biopsi :
Biopsi sedapat mungkin
diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai. Dilakukan dengan anestesi lokal.
Biopsi minimal dilakukan pada
dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan
bantuan cermin melalui rinoskopi posterior.
Bila perlu Biopsi dapat
diulang sampai tiga kali.
Bila tiga kali Biopsi hasil
negatif, sedang secara klinis mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsi
dapat diulang dengan anestesi umum.
Biopsi melalui
nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan umum kurang baik.
Biopsi kelenjar getah bening
leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah
kelenjar tersebut suatu metastasis.
Penatalaksanaan
:
ü
Terapi
utama : Radiasi/Radioterapi ® ditekankan
pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer (4000 – 6000 R)
ü
Terapi
tambahan : diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, inferferon,
Sitostatika/Kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus
Semua
pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih
tetap terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai macam kombinasi
dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum
sebagai inti. Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan
5-fluorouracil sedang dikembangkan di bagian THT Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga dengan hasil sementara yang cukup memuaskan. Demikian
pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi praradiasi dengan
efirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang cukup berat, tetapi
memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengakajian pada pasien post op :
§ Mengkaji pasien terhadap gejala;
§ Suara serak, sakit tenggorok, dispnea,
disfagia atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok. Leher pasien dipalpasi terhadap pembengkakan.
§ Penting perawat mengetahui
sifatdaripembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai .
§ Jika pasien diperkirakan akan tidak
mempunyai d suara lagi, evaluasi pascaoperatif diperlukan terapis wicara.
§ Perlu dikaji kemampuan pasien untuk
mendengar, melihat, membaca, dan menulis.
§ Mengkaji kesiapan psikologis pasien-
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
§ Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas: sekret berlebihan
§ Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
fisik
§ Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi/pengaturan
§ Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan trakeostomi/barier fisik
§ Kurang perawatan diri makan, mandi,
berpakaian dan toileting b.d kelemahan
§ PK: hipoalbumin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar