Hai anak muda Indonesia! Apakah selama ini kamu merasa cukup
mengenali, memahami dan memiliki diri dan tubuhmu sendiri? Atau menurut
kalian, orang lain lah yang lebih mengenali, memahami dan memiliki tubuh
kalian? Seperti teman, orang tua, pemuka agama atau bahkan negara?
Nah kamu bisa mengetahui siapa yang paling mengenali, memahami dan
memiliki diri dan tubuh kamu dengan mulai bertanya pada dirimu sendiri
beberapa pertanyaan sederhana seperti berikut. Apakah saya merasa nyaman
melihat tubuh saya sendiri di depan cermin? Apakah saya yang paling
mengetahui tentang bagian tubuh saya dan fungsi-fungsinya? Apakah cara
berpakaian saya ditentukan atas kemuan sendiri atau orang lain? Apakah
cara saya bersikap dan berprilaku ditentukan atas kemauan sendiri atau
orang lain?
Dari jawaban kamu atas pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin banyak
dari kamu yang merasa kurang mengenali, memahami atau memiliki diri dan
tubuhmu sendiri. Jangan khawatir, kamu tidak sendirian kok. Nyatanya
banyak remaja Indonesia yang merasakan hal yang sama dengan kamu. Hal
ini dikarenakan sejak kecil kita tidak pernah mendapatkan informasi
tentang kesehatan reproduksi, gender dan seksualitas yang benar. Padahal
informasi tentang kesehatan reproduksi, gender dan seksualitas yang
benar bisa membuat kita mengenali, memahami dan menjadi pemiliki penuh
atas diri dan tubuh kita.
Jadi apa sih sebeneranya gender dan seksualitas itu? Mungkin banyak
intrepretasi yang muncul di pikiran kamu saat kamu mendengar tentang
gender dan seksualitas ya. Nah sekarang yuk kita bahas definisi yang
tepat dari gender dan seksualitas.
Gender merupakan suatu konsep yang mengacu pada
peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil
konstruksi sosial yang dapat berubah pada situasi masyarakat tertentu.
Misalnya, peran gender antara perempuan dan laki-laki di Jawa Tengah
bereda dengan di Sumatera Barat. Gender itu bukan kodrat, jadi gender bisa dipertukarkan.
Misalnya kodrat seorang perempuan yakni mampu melahirkan, hal itu tidak
dapat diubah atau dipertukarkan. Sementara, urusan berbagi peran dalam
rumah tangga seperti mencuci, memasak, mengurus anak merupakan
bentukkan masyarakat yang dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini karena baik laki-laki maupun perempuan pada
kenyataanya bisa melakukan peran dalam rumah tangga tersebut. Nah tapi
kenyataanya di masyarkat bagaimana? Benar sekali, kenyataannya
masyarakat masih menganggap peran dalam rumah tangga tersebut sebagai
peran perempuan. Bagaimana menurut kamu tentang anggapan masyarakat ini?
Tentunya tidak sepakat kan.
Seksualitas merupakan suatu konsep yang luas yang
meliputi beberapa dimensi seperti hubungan dengan orang lain, rekreasi
(kesenangan), prokreasi (memiliki keturunan), emosi, fisik, dan fantasi
yang satu sama lain saling terkait. Nah seksualitas ini dipengaruhi
oleh interaksi faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik,
budaya, etika, hokum, sejarah, religi dan spiritual. Seksualitas
merupakan bentuk ekspresi seseorang terhadap dirinya dan orang lain,
menyangkut perilaku seksual, orientasi seksual, dan identitas seksual.
Pada intinya, seksualitas bukanlah sesuatu yang buruk untuk dipahami,
justru sangat baik karena bisa membantu kita memahami diri sendiri dalam
lingkungan sosial kita.
Jika masih penasaran dengan konsep gender dan seksualitas kamu bisa baca artikel tentang Manusia Genderbread. Si Manusia Genderbread ini memberikan gambaran secara sederhana terhadap konsep gender dan seksualitas kita.
Karena anak muda masih memiliki keterbatasan atas informasi yang
tepat tentang gender dan seksualitas, akibatnya banyak mitos-mitos yang
berkembang di masyarakat yang biasanya memojokkkan perempuan. Yuk simak
beberapa mitos tersebut beserta penjelasannya.
Orang tuaku bilang tubuh perempuan itu memalukan.
Apakah kamu setuju dengan pendapat ini? Sebenarnya, pendapat ini
sangat menyudutkan perempuan. Hal ini bisanya terjadi pada saat remaja
perempuan dalam masa pertumbuhan, yang biasanya diliputi rasa
keingintahuan terhadap tubuhnya dan bertanya-tanya mengapa alat
kelaminnya berbeda dengan remaja laki-laki. Bila orangtua
mengajarkannya bahwa tubuh perempuan itu “memalukan”, maka ia akan
kesulitan bertanya mengenai tubuhnya saat memasuki masa puber. Ia juga
tidak memahami bagaimana tubuhnya bisa merasakan kenikmatan seksual,
mengetahui bagaimana cara melindungi tubuhnya dari kehamilan tak
diinginkan atau infeksi menular seksual.
Teman-temanku bilang kebahagiaan perempuan tergantung pada keberadaan laki-laki.
Nah asumsi bahwa kebahagiaan perempuan hanya bila bersama laki-laki,
sering digunakan sebagai senjata untuk mengatur kehidupan perempuan dan
bahkan digunakan untuk ’membenarkan’ perkosaan. Masyarakat masih
menganggap bahwa kebahagiaan perempuan dicapai bila ia bisa melayani
kebutuhan pasangannya (pacar/suami), termasuk kebutuhan seksual. Padahal
sebagai manusia, perempuan juga memiliki kebutuhan yang sama dengan
laki-laki dalam hal ekspresi diri, pencapaian pendidikan dan karir,
serta kenikmatan seksual.
Orang tua dan pacarku bilang tubuh perempuan itu milik laki-laki.
Masyarakat masih menganggap dan memperlakukan perempuan seperti
barang milik orang tua atau pasangan (pacar/suami). Sejak kecil hingga
menikah, seorang perempuan dianggap milik sang orang tua yang bisa
menikahkannya dengan siapa saja yang dikehendakinya, serta menyuruh
perempuan mematuhi segala peraturannya dalam berpakaian, berbicara,
bergaul, mengerjakan tugas rumah tangga, dan lainnya. Kepemilikan atas
tubuh dan jiwa perempuan kemudian berlanjut saat ia menikah atau
memiliki pacar, dimana pacar/suami merasa berhak memanfaatkan tubuh
pacarnya/istrinya untuk mendapatkan kesenangan yang diinginkannya tanpa
memikirkan perasaan pacarnya/istrinya. Seharusnya, tubuh perempuan
adalah milik dirinya sendiri, dan ia berhak untuk memutuskan bagaiamana,
kapan dan dengan siapa akan berbagi. Termasuk juga hak untuk memiliki
pasangan (pacar/suami) atau tidak. Jadi yang paling berhak menentukan
sesuatu atas tubuhmu ya kamu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar